Monday, August 31, 2009

Aku Kalah Telak


"Aku kalah telak" Hanya itu yang mampu aku ucapkan, ketika aku berada di suatu lingkaran yang tidak mengijinkan aku untuk masuk di dalamnya.

Entah karena kesalahanku. Atau memang perkiraan mereka terhadap ku, yang aku rasa, tidak ada lagi tawa hangat menyertai kedatanganku.

Aku dianggap tidak peduli, tidak begitu penting bagi segudang permasalahan yang mereka hadapi, yang mungkin sebenarnya permasalahan itu adalah bagian dari masalahku juga.

Bukannya kita ini berada dalam satu team?

Bukankah seharusnya aku layak untuk dilibatkan?

Apa karena aku tidak mengemis-ngemis minta dilibatkan?

Apa karena aku tidak berasal dari kelimuan yang sama? Lalu, tolong katakan padaku! Kenapa kemudian kalian meletakkanku pada area ini? dengan status (let's say) IDLE!

Huff... sungguh aku sangat marah, kecewa dan bersedih.

Tidak mudah untukku menerima semuanya.

Notabene aku sudah berusaha semampu yang aku bisa. Walau mata kalian tidak pernah melihat ke arahku, sudahlah! aku masih mampu untuk menarik perhatian kalian lagi.

Namun, aku lupa bahwa terkadang kekuatanku juga memiliki batas. Kemarahanku dapat muncul ke permukaan. dan Kekecewaanku bisa tercipta begitu saja.

Lalu siapa yang akan mendengarkanku? sedang kalian yang berada dalam lingkaran itu tetap menutup mata dan telinga.

Okey, Selamat!
Atas kemenangan yang telah kalian raih.
Atas kekalahan yang telah kalian ciptakan.
Atas pembunuhan karakter yang baru saja kalian lakukan.

Mungkin suatu saat aku akan kembali dan menuntut.
Atau akan diam saja, sambil berlalu dan menjadikan "kepercayaan" bukan tertuju pada kalian lagi.


-Terimakasih-

"Aku kalah telak"
read more “Aku Kalah Telak”

Thursday, August 27, 2009

Perjalanan Menuju Ke Atas


Beberapa hari terakhir entah kenapa merasa begitu merindukan kegemaran saya yang satu ini, mendaki gunung.

Walau belum banyak gunung yang pernah saya daki, tapi aktivitas ini telah memberikan ruang tersendiri di hati saya. Ruang yang saya ingin terus mengisinya dengan kenangan-kenangan baru.

Catatlah baru ada 2 gunung yang saya daki, Merbabu dan Sumbing. Jika tracking ke Gunung Merapi bisa juga dikategorikan sebagai suatu "pendakian kecil", berarti ada 3 gunung yang baru saya jelajahi :)

Setiap tempat memberikan ceritanya sendiri. Menawarkan misteri tersendiri. Dan memberikan tantangan medan yang berbeda.

Satu yang pasti bahwa saya selalu terperangkap dalam pelukan keindahannya.

Sejauh apa saya berjalan dengan membawa beban yang tidak begitu ringan di pundak, tetap saja saya selalu tersenyum ketika berjumpa dengan ribuan pepohonan, yang terhampar bagai selimut abadi di bukit seberang, saya pun turut bernyanyi ketika burung-burung itu berkicau, atau saya malah tertawa ketika saya harus terperosok karena alas kaki saya yang bersinggungan dengan bebatuan atau tanah yang licin.

Belum lagi ketika malam menjelang, dan saya bisa melihat dengan nyata, tanpa batas, langit yang terhampar luas tepat berada di atas kepala saya. Malam itu pastinya dimeriahkan dengan berpuluh-puluh bintang jatuh. Sinarnya lemah memang, tapi bukan berarti kehilangan pesonanya. Tetap saja mereka luar biasa. Namun, tentunya momen ini tidak saya gunakan untuk meminta sebuah permohonan seperti halnya mitos tentang bintang jatuh. Karena belum lengkap satu doa saya panjatkan, bintang lainnya sudah jatuh. Dan begitu seterusnya. Jadi pastinya saya terlalu bingung akan memohon apa lagi karena begitu banyak bintang yang jatuh :)

Dan ketika pagi menjelang, udara dini hari lembut menusuk sekujur badan. Sedikit demi sedikit membuat tulang-tulang saya linu. Mungkin inilah saat yang paling tepat untuk memasak air panas untuk dicampurkan dengan sebungkus susu atau kopi. Entah kenapa, minuman atau makanan apapun terasa jauh lebih nikmat di sana.

Sambil berbagi rasa bersama-sama kawan seperjuangan, saya turut menikmati ketika sinar mentari mulai muncul untuk melaksanakan tugasnya lagi. Malu-malu dan kemerah-merahan. Persis seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Biasanya saya dan teman-teman tidak banyak berbicara ketika saat ini tiba. Hanya membiarkan diri terhanyut sesaat dalam sinarnya. Sambil melepaskan segala beban dan memenuhi rongga paru-paru dengan molekul oksigen sebanyak-banyaknya. Berharap masih bisa disimpan untuk tabungan jangka panjang :)


Kemudian, tibalah saya pada waktu perpisahan. Kembali pada tanah yang setiap hari saya pijak. Tanah yang setiap hari saya menapakkan cerita hidup di sana.

Tidak ada rasa sesal di hati dengan tulang-tulang yang seolah-olah ingin lepas dari engselnya atau kulit wajah yang mengelupas karena udara kering pegunungan, karena saya terlalu banyak mengambil pelajaran sewaktu saya berada di sana. Ya, pelajaran tentang semesta yang lebih luas, dan ternyata aku hanyalah makhluk kecil yang tiada bandingnya.

------

[obsesi berikutnya: Semeru]
read more “Perjalanan Menuju Ke Atas”

Tuesday, August 25, 2009

Pasir Itu Menggelitik Kakiku

apa yang mampu aku katakan lagi? selain indah!
lagi, Tuhan menunjukkan kuasaNYA.
semua tampak sempurna,
warna, ukuran, perpaduan, harmoni menjadi satu.
menggetarkan jiwa.
menenangkan hati.




17 agustus tahun ini, menjadi sedikit berbeda.
walaupun tiap tahunnya tidak nyaris sama.
tapi setidaknya tahun ini lebih berwarna.
aku berjalan.
berkenalan dengan banyak "keluarga" baru.
...dan bertemu denganNYA.
luar biasa.


[lalu, apa lagi yang dapat ku katakan selain indah?]


Karimun Jawa, 17 Agustus 2009
read more “Pasir Itu Menggelitik Kakiku”

Monday, August 10, 2009

Berdamai dengan Takdir


Raut wajah itu masih sama. Persis sejak pertama kali, waktu mengantarkanku pada perjumpaan.
Ia tidak pernah berdusta tentang ketulusannya menemani. tentang keindahan yang dibawakannya. atau tentang cinta yang dikenalkannya.
tak satupun yang tak dapat terbaca olehku. semua jelas terlihat.

begitu pula saat ini, ketika perih itu menyelemutinya.
aku tahu. aku teramat-sangat-mengerti.

Namun kali ini, tidak ku pinta ia untuk berdusta, tidak pula ku pinta ia untuk bercerita perihnya.
Aku hanya diam. sambil membiarkan diriku untuk hidup sejenak dalam siluet langkah kami.
langkah-langkah saat kau mengijinkanku tertawa karena cerita-cerita lucumu. membiarkanku merona merah ketika kau ucap kata sayang itu. lalu kau pura-pura merajuk ketika menungguku terlalu lama. kau begitu marah ketika aku tidak menjaga kesehatanku. atau ketika kedua tanganmu berusaha keras hanya untuk meneduhkanku dari tetesan hujan.
ahh...seperti baru saja terjadi kemarin. semua tampak nyata. semua masih terasa hangat.

namun apa yang terjadi ketika aku menantang sang waktu?
bukan ia yang kemudian tunduk dan mengalah, lalu memberikanku sedikit kesempatan.
tapi aku yang kemudian diantar ke masa ini. masa yang mengharuskan mata dan jiwaku untuk terjaga kembali.

aku menghela nafas. sambil membiarkan orang-orang berlalu-lalang seperti penonton untuk drama kehidupanku kali ini.
aku terdiam lagi. aku hilang.
kehilangan lebih tepatnya.
kehilangan berjuta kata yang mungkin telah ikut menguap bersama asa yang telah sebelumnya beranjak pergi.
semuanya telah secara perlahan dan pasti meninggalkanku bersama tetesan peluh perjuangan dan tangis bahagia.

Mungkin memang ini saatnya, untuk akhirnya menikmatimu dalam indah dan mendekapmu dalam kenangan.
Tidak! aku tidak akan mencaci-maki dirimu. tidak pula aku menuntut Tuhan.
karena mungkin inilah yang dikatakan anugerah.
berdamai dengan takdir.

kelak, aku akan hidup kembali. dengan nafas baru dan kedua kaki lagi yang akan siap menjejakkan tubuhku dengan tegap berdiri.
bukan untukmu. bukan juga untuk mereka.
hanya demi hati yang pernah terlengkapi. atau demi nafas yang kembali bersarang di tubuhku.

-----


[aku berjanji]
read more “Berdamai dengan Takdir”

Membeli Kenangan


[Prime to Megatron] At the end of this day, one shall stand...one shall fall…

[Camerlengo Patrick Mckenna to Robert Langdon]
“Do you believe in God, sir?”
“Father, I simply believe that religion...”
“I did not ask if you believe what man says about God. I asked if you believe in God. “
“I'm an academic. My mind tells me I will never understand God. “
“And your heart?”
“Tells me I'm not meant to. Faith is a gift that I have yet to receive.”

[Buck to Crash and Eddie]
“Are you ready for adventure?”
“Yes, sir!”
“For danger?”
“Yes, sir!”
“For the death?”
“Uhh, can you repeat the question?”

-------

Aku tidak sedang mengumpulkan script-script dari berbagai macam film. Tidak juga ingin menceritakan ulang ketiga film yang luar biasa di atas. Karena aku yakin kalian telah menyaksikannya sendiri. Dan menikmatinya dengan cara kalian sendiri tentunya.

Aku hanya ingin bercerita bahwa aku telah hanyut dalam visualisasi mereka sebanyak dua kali.

Dan keduanya aku lakukan di studio bioskop.

Aku melakukan kesia-siaan (mungkin). Menonton film yang sama untuk kedua kali dan di studio bioskop. Toh, apabila dipikir lebih jauh, aku sudah hafal ceritanya. Bahkan adegannya. Tidak ada lagi rasa menggebu-gebu atau penasaran yang teramat sangat akan seonggok masterpiece yang dibuat para orang-orang di belahan dunia sana. Mungkin ini akan menjadi cerita yang biasa saja ketika kita menonton film yang sama berkali-kali melalui DVD player dan DVD cassette yang kita miliki sendiri. Karena cara ini tentunya jauh lebih hemat biaya karena kita tidak perlu membayar uang sewa gedung, pajak bumi dan bangunan, atau belum lagi harus membeli seember pop corn dan sebotol minuman.

Lalu kenapa aku melakukannya…?

-------

Aku menikmati ketika memiliki orang-orang di sekelilingku. Karena dengan itu membuatku tidak lagi merasa sepi. [Entah kenapa aku selalu bermusuhan dengan yang namanya kesepian. Aku benci dia.]

Pun, aku sangat menyukai ketika para sahabatku tersenyum lebar karena leluconku-yang-terkadang-terlalu-maksa-untuk-disebut-sebagai-lelucon. Senyum mereka ku jadikan sebagai penghargaan terhadap kehidupan sosialku. Senyum mereka adalah benang merah untukku dan mereka.

Dan beruntunglah aku memiliki berbagai rupa sahabat yang sangat menikmati untuk terhanyut pada visualisasi imaginatif hasil karya orang-orang itu. Jadilah, selalu saja ada ajakan untuk menikmatinya bersama dari berbagai rupa sahabat.

Yup, aku selalu menonton dengan kawanan sahabat yang berbeda! Dan akan selalu ada cerita yang berbeda di setiap kesempatannya. Akan selalu ada kenangan yang berbeda yang siap mengisi memori otakku.

Inilah yang kemudian aku cari. Inilah yang kemudian aku aku rindukan. Inilah yang kemudian aku berikan penghargaanku.

Maka, tidak akan ada kata menyesal untuk mengulanginya. Karena Aku membeli tiket yang sama dari sebuah pertunjukkan namun untuk kenangan yang berbeda.

-------


-mau nonton G.I.Joe lagi sama temen2-

read more “Membeli Kenangan”

Friday, August 7, 2009

Bermain dengan Hati


Pagi ini, akhirnya gw melakukan sesuatu yang sudah-amat-sangat-lama gw tidak melakukannya.

Tennis meja! Yep! That’s kind of sport!

Boro2 ikut turnamen, megang bola pingpong aja kagak.

Dan ternyata gw harus maen hari ini untuk bertanding mempertahankan nama besar ke-deputi-an dan dengan lawan maen yang megang banget lah pokoknya! (oke! Untuk kata-kata terakhir, gw akui kalau gw sedikit lebay!)

Tapi, ya sudahlah, gw menerima ajakan itu, dan bertanding hari ini. Toh, gw pikir gak ada salahnya untuk maen, itung2 olahraga, ngeramein acara-kantor-yang-demam-lomba-lomba-tujuh-belasan, tepe-tepe kalau sempet, ya kind of refreshing in another way lah!

Dan jreng.. jreng.. gw tanding!

Lawan gw kalau dari segi skill, ya jelas lah menang dia. Pukulannya oke. Cuma kalau gw liat dia sering melakukan kesalahan dengan arah pukulan yang sering melebar. Tentunya, kondisi ini jadi keuntungan buat gw.

Awal-awal permainan, gw sempat memimpin, dengan pukulan cantik dan permainan yang lebih mementingkan style gw saat beraksi. Gimana gw tetap kelihatan oke walaupun dengan posisi sedang memukul bola dengan kerasnya. Dan gw benar-benar merasakan fun! Berkeringat! Dan semangat! :)

“Sooo, nice!”

Lalu apa yang terjadi dengan lawan gw, gak mau kalah point, dia lantas mengeluarkan semua teknik-tekniknya. Smash yang kenceng! Pukulan-pukulan yang menipu! Service yang susah dikembalikan.

Nampak jelas banget dari wajahnya, kalau dia pengen banget memenangkan permainan ini. I mean, seriously!

Aw aw aw! Gw sih gak keder. Cuma emang kayak gitu penting ya?

Bukannya kita cuma fun? Itung-itung ngeramein acara kantor? Memperat tali silaturrahmi antar kedeputian? Jadi lebih sehat karena berolahraga?

Atau…. Jangan-jangan gw yang gak punya jiwa kompetisi? Jiwa yang ingin unggul dari orang lain walaupun gw memang berada di arena pertandingan?

Yang gw tau adalah gw selalu melakukan apapun dengan hati. Melakukannya karena gw suka. Melakukannya dengan cara yang berbeda. Exciting yang sebenarnya dengan dunia itu. Tanpa berpikir gw menang atau kalah. Karena yang lebih gw cari adalah manfaat dan hati yang senang.

So, salahkah jika gw punya pikiran seperti itu? Di tengah jaman sekarang yang semakin kompetitif?

Hmm… sepertinya gw butuh psikotest lagi nih kapan2 buat mengetahui sejauh apa keinginan gw untuk berkompetisi :)



----


*btw, akhirnya gw kalah.... he*
read more “Bermain dengan Hati”

Wednesday, August 5, 2009

Mimpi Itu Mencuri Malamku

Entah mengapa Tuhan kemudian memberikanku mimpi semalam. Gambaran tentang aku, hatiku dan jiwaku yang menjadi seseorang yang tidak belajar arti ikhlas.



Dalam mimpi itu, aku melihatnya telah bersama seseorang yang akan menjadi teman hidupnya.

Pernikahan.

Ya, itulah yang aku lihat.

Lalu bagaimana dengan aku? Aku tetap sendiri. Tetap mencintainya. Tetap ingin berbagi dengannya tentang semua kisah kehidupan. Tertawa, bercerita, merawatnya ketika ia sakit, menjadi “penasehat” untuk berbagai kebimbangannya, dan menjadi teman yang selalu ada.

Tapi ternyata, ….Aku sakit. Ya, itulah aku yang ada dalam mimpi itu.

Aku tidak rela ada seseorang yang merasa paling tahu tentang apa yang dibutuhkannya. Aku tidak rela ketika ia berkeluh kesah, bukan aku yang dituju. Aku tidak rela ketika ia mencetak kehidupan yang berkualitas dan yang di sampingnya, bukan aku. Aku cemburu. Aku merasa sakit. Aku menuntut atas semua janji yang pernah ia ucapkan dulu.

Dalam mimpi itu, aku terus mengganggu kehidupannya. Memasuki kehidupan yang mana aku tidak diperkenankan berada di dalamnya. Merongrongnya dengan berbagai kenangan yang aku dan dia sempat miliki. Mencecarnya dengan berbagai tuntutan atas janji-janji yang sempat ia tuturkan dahulu. Berharap bahwa ia akan memutar arah hidupnya dan kembali padaku.

Tuhan… Aku jahat. Aku benar-benar jahat.

Mungkin ini terdengar klise, berlebihan, toh mimpi hanya bunga tidur. Tapi tidak denganku. Mimpi itu kemudian menyadarkanku sesuatu. Bahwa cepat atau lambat, aku harus belajar ikhlas. Ikhlas pada kemungkinan bahwa aku tidak bisa bersamanya. Ikhlas memaafkannya. Ikhlas untuk rasa cinta yang luar biasa ini untuk hilang dan menjadi kenangan indah, tanpa ada yang tersakiti. Karena aku benar-benar takut akan menjadi orang yang binasa karena cinta. Tentu, jika pada saat itu terjadi, aku benar-benar akan termasuk golongan yang merugi.


----


-berharap tidak ada lagi mimpi serupa yang mencuri malamku kembali-
read more “Mimpi Itu Mencuri Malamku”