tag:blogger.com,1999:blog-9461433128444339702024-03-13T10:05:31.028+07:00precious Lifesometimes you just have to sit back and relax.dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.comBlogger119125tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-30112799462453884082013-03-23T00:09:00.001+07:002013-03-23T00:13:11.261+07:00Kunang-kunang dalam toples<span style="color: black;">Kala itu, axis bumi kembali bergerak sekian derajat. Rupanya wajah bumi bagian Utara sedikit bergeser menjauhi matahari. Temperatur menurun dan densitas udara rasanya mampat. Beberapa pohon Oak dan Maple mulai susah payah mempertahankan diri. Daun-daun kecoklatan berjejari lima mulai berguguran, terinjak kaki-kaki para pejalan. Sudah hampir dua minggu lebih matahari hanya seperti gadis belia yang baru jatuh cinta. Muncul malu-malu, lalu kembali hilang tersingkap awan tebal. Memang, prolog musim dingin selalu seperti ini.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Tentu saja terkecuali sepuluh tahun yang lalu.
</span><br />
<span style="color: black;">Di pasar rakyat Oberhaussen,
</span><br />
<span style="color: black;">dalam tradisi menyambut Natal. </span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Kamu--lelaki yang di tangannya menggenggam segerombol kunang-kunang. Yang di kepalanya memelihara anak naga, muncul dalam kehidupanku tanpa rencana dan menawarkan cerita yang berlabel selamanya. Kau dan pertanyaan gilamu malam itu, menjadi hal menakjubkan kedua setelah keberadaan arum manis yang sebesar guling.
<i></i></span><br />
<i><span style="color: black;"></span></i><br />
<span style="color: black;"><i>"Mungkin momen ini juga tidak pernah terlintas di kepala logismu itu. Tapi, dengan ini aku sungguh-sungguh ingin tahu, apa pendapatmu jika aku minta kamu jadi istriku?"</i> </span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Begitulah beberapa kalimatmu yang hingga sepuluh tahun berselang, tak pernah lekang dalam ingatanku. Bahkan, katakan saja, aku masih hapal dengan benar bagaimana raut wajah dan harum parfummu kala itu. Tuhan memang tidak pernah main-main menciptakan kekuatan memori untuk makhluk yang katanya paling mulia ini.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;"><i>"Kamu gila"</i> kataku.
</span><br />
<span style="color: black;"><i>"Pendapat lainnya selain aku gila?"</i>
</span><br />
<span style="color: black;"><i>"Aku lebih gila lagi, karena aku tidak pernah berkeberatan hati untuk menghabiskan waktu bersama seseorang seperti dirimu"</i>
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Maka semenjak itu, ada perjanjian tak kasat mata antara kami berdua. Perjanjian yang enam bulan kemudian disahkan oleh agama dan negara. Yang sakralnya jauh melebihi kesakralan sumpah patih Gadjah Mada.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Satu, dua, empat, sampai sembilan tahun berselang. Keberadaan kami berdua, tak ayal seperti refleksi cermin. Tanpa perlu banyak bicara, pesan-pesan dengan cepat tersampaikan. Tanpa perlu perdebatan panjang, kami mencapai konsensus akan suatu hal dengan amat mudah. Keserupaan kami berdua banyak membius orang sekitar. Mereka menyebut kami, soulmate. Yang lainnya menyebut kami, pasangan serasi. Ah, apapun itu, kami mengamini setiap perkataan yang baik.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Kami hanya sering tersenyum, setiap kali muncul pertanyaan tentang bagaimana usaha kami sehingga menjadi pasangan yang harmonis. Demi Tuhan ku katakan, sungguh tidak ada rumus dan formula untuk hal-hal abstrak seperti ini. Yang ku tahu, jika kau sudah terlanjur menemukan sebelah jiwamu, maka kau bahkan tidak perlu melakukan apa-apa untuk membuat segala sesuatunya menjadi baik. Karena dengan sendirinya, semua akan bermuara menjadi kebaikan. </span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Namun, satu yang pasti. Tetap sisakan sebagian ruang untuk hal-hal yang kurang baik. Karena hidup akan tetap seperti ini. Menggodamu dengan liku dan terjalnya. Yang datangnya tidak akan pernah mampu kau prediksi.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">***
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Enam bulan lalu, seseorang yang merupakan teman kami berdua, mengirimiku sepucuk surat. Surat, yang karena kedatangannya, membuat waktu luang terasa menyiksa. Surat ini mungkin tidak ada apa-apanya dengan berbagai surat ancaman yang diterima sebagian penduduk bumi, yang bersengketa tanah dengan penduduk negara lain. Atau bahkan tidak sama kejamnya dengan surat hukuman mati yang diterima terdakwa narkoba. Tapi surat yang berlabel beberapa potong kalimat ini, aku yakin tak pernah terpikir oleh seluruh wanita di muka bumi ini yang memiliki pernikahan.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Semenjak kedatangannya, aku butuh sekedar pendistraksi hebat. </span><br />
<span style="color: black;">Aku hanya butuh rasa lelah yang teramat sangat. Hingga ketika waktu tidur tiba, aku hanya cukup berbaring di tempat tidur dan beberapa saat kemudian aku mampu terbawa jauh ke alam astral. </span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Surat yang semenjak kedatangannya, hanya aku baca dua kali.
</span><br />
<span style="color: black;">Yang pertama, tentu saja pada saat itu menghampiri meja kerjaku.
</span><br />
<span style="color: black;">Yang kedua, adalah saat ini. Setelah enam bulan berselang.
Saat jarak antara aku dan lelaki ku berada puluhan ribu kilometer. Aku di negara tempat kami pernah mengikrarkan janji. Yang setiap sudutnya selalu menggelitikku dengan kenangan. Sedangkan ia, terakhir ku ketahui berada di salah satu pulau tempat bersemayamnya dewa-dewi.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;"><i>"Oh Tuhan, aku lebih dari sekedar merindukannya"</i>
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Meski demikian, dari semua badai dan awan columbus yang terlalu penuh sesak di kepalaku, tetap tak ada satu katapun yang aku lontarkan. Selama enam bulan ini, aku memilih diam. Diam dengan segala tanya, yang bahkan terlalu letih untuk ku cari tahu jawabannya.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Aku kembali memandangi sepucuk surat tadi.
Dengan kekuatan yang entah datang dari mana, ku ambil pena kesayanganku dan ku bubuhkan tanda tangan di sana. Purna sudah perjalanan surat itu. Akhirnya, ia mendapatkan jawaban yang ingin ia miliki.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Tak lama berselang, ku ambil telepon genggamku dan ku tekan beberapa nomor yang kombinasinya pun telah ku hapal mati.
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;"><i>"Aku sudah menandatangani suratnya.
Akan ku kirimkan segera padamu dengan paket kilat esok pagi.
Aku tak peduli dengan berapa jumlah hartaku dan hartamu.
Karena kau telah menghidupkan segerombol kunang-kunang yang bisa ku simpan dalam toples ingatan, selamanya. Bagiku, itu lebih dari cukup.
Rayakanlah kemerdekaanmu segera.
Dan jangan marah padaku, jika mungkin terkadang, do'a-do'aku pada Tuhan sampai padamu"</i>
</span><br />
<span style="color: black;"></span><br />
<span style="color: black;">Mungkin bagi kami, cinta sudah mati.
</span><br />
<span style="color: black;">Tak perlu lagi ada kata "kenapa"
</span><br />
<span style="color: black;">Mati ya, mati.
</span><br />
<span style="color: black;">Sama seperti saat kami jatuh, selama sepuluh tahun ini.
</span><br />
<span style="color: black;">Tidak ada alasan.
</span>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-56966874946376954562013-02-02T22:31:00.001+07:002013-02-02T22:32:58.967+07:00Kalam RinduAku merindumu dalam aksara-aksara yang berwujud do'a<br />
Ku sertakan namamu di dalamnya<br />
Agar ia bertemu dengan Sang Maha pemberi kebaikan<br />
<br />
Aku merindumu dalam aksara-aksara yang berwujud waktu<br />
Pepat padat dalam kenangan<br />
Lalu menjelma menjadi pewarna pipi,<br />
Kemerahan<br />
<br />
Aku merindumu dalam aksara-aksara yang berbalut penerimaan<br />
Bahwa rindu adalah ilham dari cinta yang menyeruak<br />
Yang aromanya akan tiba kepadamu,<br />
Nanti<br />
<br />
Aku merindumu dalam aksara-aksara yang berjelujur manis di mesin tenun<br />
Aku mengambilnya satu persatu<br />
Sebagai bahan pembuat baju<br />
<br />
Jika nanti tiba masanya,<br />
Untaian rindu ini akan paripurna<br />
Lalu kenakanlah tepat di tubuhmu<br />
<br />
Dan katakan padaku sayang,<br />
Betapa beratnya iadswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-86678714327568444902012-10-12T02:04:00.003+07:002012-10-12T02:04:52.965+07:00Jalan Thamrin.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-prAARSq7OmM/UHcYDgZuRBI/AAAAAAAAAjc/jg7A0--I1As/s1600/317239_10150398976723241_458082604_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="http://4.bp.blogspot.com/-prAARSq7OmM/UHcYDgZuRBI/AAAAAAAAAjc/jg7A0--I1As/s400/317239_10150398976723241_458082604_n.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Photo </span></i><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: x-small; line-height: 16px;">©</span><i><span style="font-size: x-small;"> Rahmad Setiadi</span></i></div>
<br />
Aku merindukan Jakarta.<br />
Rindu bau knalpot tebal kopaja yang hampir ringsek.<br />
Rindu manuver-manuver spektakuler supir bajaj.<br />
Rindu berdesak-desakan dengan penumpang kereta pagi.<br />
Rindu nyaring klakson mobil mewah memecah kemacetan.<br />
<br />
Ah..
Tumben aku rindu Jakarta.<br />
Sangat rindu malah.<br />
Dengan sebuah kedai kopi di ujung jalan Thamrin sana.<br />
Yang letaknya masih berbagi bangunan dengan Djakarta Theater.<br />
Yang dengan koneksi internetnya,
berkasku tiba di meja para tuan dan nyonya penyandang beasiswa.dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-40149894146265177722012-10-03T19:43:00.000+07:002012-10-03T19:43:58.599+07:00Sampai jumpa lagi, Paman!Saya mulai menulis kalimat pertama, yang hanya saya hapus pada satu menit kemudian.
<br />
Saya mulai menulis lagi, lalu saya hapus lagi. <br />
Entah adegan ini berulang sampai berapa kali, saya sudah tidak mengingatnya.
<br />
Bukan kehilangan inspirasi, saya hanya bingung harus menuliskannya seperti apa.
<br />
<br />
Saya tidak mau jika tulisan ini berbicara kesedihan.
<br />
Karena saya yakin betul, bahwa apa yang terjadi saat ini adalah sebuah peristiwa yang mengagumkan.
<br />
Peristiwa saat seseorang berhasil mewujudkan impian dan berhasil menuntaskan salah satu amanah.<br />
Peristiwa yang jika saya ingat kembali, pasti tidak akan lupa saya sampaikan syukur pada Tuhan.
<br />
<br />
Karena Tuhan amat baik.
<br />
Amat sangat baik malah.
<br />
Ia mengijinkan saya bertemu dengannya.
<br />
Dia, seseorang yang penuh talenta dan yang sudah saya anggap seperti abang sendiri,
dalam beberapa jam lagi akan kembali ke Indonesia.
<br />
<br />
<strong>Back for good.</strong>
<br />
Begitulah biasanya kami menyebutnya.
<br />
Karena diharapkan sepulangnya dari perkuliahan di negeri seberang, putra-putri bangsa akan makin mampu berkontribusi positif bagi negeri ini.
<br />
<br />
Do'a yang sama, yang tentunya kami panjatkan untukmu, paman.
<br />
Tetaplah rendah hati dalam berbagi ilmu dan tetaplah menjadi paman yang seperti ini.
<br />
Yang kehadirannya membuat kami belajar banyak hal.
<br />
Yang kehadirannya mampu memberikan inspirasi baik untuk orang-orang sekitar.
<br />
<br />
Kau hebat, paman! <br />
dan pasti kami akan sangat rindu!
<br />
<br />
Ngomong-ngomong tentang rindu, saya sudah punya daftar panjangnya, paman. <br />
Sudah pasti saya akan meneruskan tradisi memasak nasi goreng dengan bawang merah yang super banyak.
<br />
Lalu mungkin suatu saat, ketika saya duduk di deretan kursi depan library, saya pasti akan mengingat paman. <br />
Karena paman seperti aplikasi komputer yang terprogram, selalu SMS dengan isi tulisan yang sama: "bulet, di forum gak?"
<br />
Mungkin saya juga akan ingat, bagaimana paman sangat melarang ketika saya nekat traveling ke Yunani sendirian. <br />
Maaf paman, tapi beginilah adikmu yang <em>stubborn </em>yang satu ini. :p <br />
Saya juga pastinya akan ingat bagaimana panjangnya diskusi kita tentang Iran, Mesir, distorsi agama dan budaya.
<br />
<br />
Gila, paman! <br />
Itu mungkin satu-satunya pembicaraan non-somplak yang pernah kita lakukan! <br />
hahaha! <br />
<br />
dan sudah pasti, saya akan kehilangan teman duet lagu "More Than Words".
<br />
<br />
Tapi saya yakin, paman. <br />
Kita bisa bertemu lagi, kan? <br />
Karena saya masih punya janji untuk mengunjungi paman di Makassar, <br />
dan paman masih punya janji untuk menjadi seksi cuci piring di pernikahan saya kelak!
<br />
hahaha!
<br />
<br />
Selamat kembali ke Indonesia ya, paman! <br />
Selamat memanen rindu dengan istri tercinta.
<br />
<br />
Kami akan rindu paman!
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-xDhygvCetLI/UGwypDl3KCI/AAAAAAAAAjE/UO_00w7FJPI/s1600/img014.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="270" src="http://1.bp.blogspot.com/-xDhygvCetLI/UGwypDl3KCI/AAAAAAAAAjE/UO_00w7FJPI/s400/img014.jpg" width="400" /></a></div>
dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-57313174335631302962012-09-21T00:01:00.001+07:002012-09-21T00:01:23.331+07:00Dua Penduduk Bumi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-P8W4Omto_9o/UFtLxO9eR5I/AAAAAAAAAio/B7i1EsbOBNg/s1600/IMG_0529+.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://4.bp.blogspot.com/-P8W4Omto_9o/UFtLxO9eR5I/AAAAAAAAAio/B7i1EsbOBNg/s400/IMG_0529+.jpg" width="266" /></a></div>
<br />
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
Kala itu selayaknya senja yang biasa di musim semi. Kau datang kembali ke bangku taman itu. Tempat yang entah sejak kapan selalu rutin kita kunjungi setiap Sabtu sore pukul lima. Aku tersenyum padamu dari kejauhan. Rupanya minus di mata kanan-kiriku masih berkompromi dengan baik untuk mengenalimu dari jarak lebih dari dua meter. Jarak yang seharusnya telah melampaui limit pandanganku, yang sayangnya tidak berlaku untuk mengenalimu dari jauh.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
Senja kali ini seperti senja biasa di musim semi. Temperatur udara ku prediksikan tak kurang dari 20 derajat. Suhu yang cukup hangat sebenarnya. Namun tetap saja kau berpakaian perang lengkap, jaket tebal dan syal abu-abu kotak. Kau lalu menatapku seraya berkata "Aku tahu.. Aku tahu.. walaupun hari ini cuaca cukup hangat, dan sebagai warga Eropa seharusnya aku sudah terbiasa dengan udara negeri empat musim, tapi tanyakan saja pertanyaanmu kepada metabolisme tubuhku. Dia tahu segalanya"</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
Aku tertawa keras sekali kala itu. Terkadang memang semudah itu berbicara denganmu. Tak perlu aku susah payah mengutarakannya, kau sudah mampu membacanya lebih dulu.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Jadi ada berita apa hari ini?" untuk kali ini, meskipun kau juga sudah bisa menebaknya, setidaknya biarkan ini diungkapkan. Rasa-rasanya aku akan gila jika senja yang berharga ini hanya dihabiskan dengan saling membaca pikiran, membaui perasaanmu, atau menangkap isyarat kerutan dahi.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Tidak ada yang luar biasa, kecuali bertemu denganmu" jawabmu tenang. Seperti biasa.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Oh demi Tuhan.. Berhentilah menggombal! Sudah berapa kali ku katakan, jika satu-satunya cara membawaku terbang ke angkasa hanya bermodal pesawat ulang-alik, bukan rayuan!"</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Oke.. Oke.. dan entah kenapa Tuhan menciptakan wanita seberharga ini tapi kehilangan cita rasa romantismenya" sangkalmu kemudian.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Jadi, kau akan membagi ceritamu hari ini atau tidak? Karena jika tidak, aku pikir segelas kopi hangat di cafe depan gereja sana sepertinya lebih menarik"</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Kamu boleh berpikir aku gila. Tapi ada satu pertanyaan yang benar-benar mengganggu" katamu kemudian dengan nada bicara agak lebih serius dari sebelumnya.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Semoga bukan sesuatu yang berhubungan dengan genetika atau hal-hal mikro lainnya. Sungguh, bahkan bapak Hippocrates pun butuh mengistirahatkan pikirannya.." </div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Kau tahu berapa jumlah penduduk di negaramu?" tanyamu kemudian.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Mungkin sekitar 240 juta jiwa. Ada apa?"</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"..dan kau tahu berapa jumlah penduduk di negaraku? Kurang dari 11 juta jiwa saja" jelasmu kemudian.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Lalu? Apa yang sebenarnya ingin kau sampaikan?" </div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Lalu.. berapa jumlah wargamu dan wargaku yang berada di kota ini?" tanyamu lagi seolah tidak menangkap rasa penasaranku.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Apa kita perlu ke kantor catatan kependudukan sekarang untuk memastikan?" tanyaku balik setengah tidak sabar.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
"Lalu apa jawabanmu sayang, ketika pertanyaan ini ditanyakan padamu: di segala kemungkinan peristiwa di dunia ini yang amat random, alasan logis apa yang mampu menjelaskan perihal mengapa kita dipertemukan?"</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
Aku menatapmu lama.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
Sama lamanya seperti kau menatapku.</div>
<div style="background-color: white; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16.5px; margin: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
Lalu detik berikutnya kita berdua sepakat, untuk kali ini secangkir kopi di cafe depan gereja sana lebih menarik.</div>
dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-4662486369449713332012-08-30T20:16:00.001+07:002012-08-31T01:35:40.325+07:00Dimensi Lain.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-C13V_REihW4/UD9nKnO_uYI/AAAAAAAAAiQ/_bP_74sI-PI/s1600/IMG_7825+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="http://2.bp.blogspot.com/-C13V_REihW4/UD9nKnO_uYI/AAAAAAAAAiQ/_bP_74sI-PI/s400/IMG_7825+1.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Pernah punya pengalaman bertemu dengan orang yang karakternya kompleks? Semacam <i>mind-manipulator, stubborn, introvert, sensitive, deep thinker, analyzer, yet super caring and passionate</i>?<br />
<br />
Saya pernah!<br />
Bukan hanya bertemu malah, hampir dapat dikatakan "(cukup) kenal baik".<br />
Kenapa saya menggunakan kata "cukup", karena apa yang bisa saya jelaskan dari seorang introvert? Jika yang saya lihat darinya hanyalah sedikit pengetahuan tentangnya ditambah beberapa asumsi yang berdasarkan pada fakta aktual yang jarang terlihat.<br />
<br />
Hah!<br />
<br />
Hampir putus asa rasanya mengimbangi langkahnya.<br />
Terlebih dengan sifat saya sendiri yang sangat Aries (iya, ini agak-agak non-logis), tapi begitulah. Saya orangnya bisa sangat optimis, independen, <i>stubborn</i>, suka berkonfrontasi (baca: kurang suka mengalah kalau berdebat dengan orang yang saya anggap penting. haha!), <i>risk-taker</i> sejati, bisa sangat menganalisis sesuatu, bisa juga sembrono banget, dan... kemudian saya harus bertemu dengan orang se-kompleks ini.<br />
<br />
Terkadang saya membenarkan permainan semesta yang mempertemukan saya dengan orang yang berbeda kutub dengan saya ini. <i>You know</i>.. di dalam dunia ini selalu diciptakan berpasang-pasangan. <i>Yin and Yang</i>. Tujuannya tak lain tak bukan adalah untuk menyeimbangkan segala sesuatunya. <br />
<br />
Tapi sepertinya dia terlalu kompleks bagi saya, dan saya pun sepertinya hanya akan menambah ke-kompleks-an kehidupannya.<br />
<br />
Dia merasa sangat nyaman dengan kehidupannya yang sangat hati-hati, sedangkan ketika bersama saya, terkadang saya ajak untuk jatuh bebas ke dunia antah-berantah yang mengejutkan dan punya sisi kebahagiaan yang belum pernah dia definisikan sebelumnya. Tapi kembali lagi.. di dekat saya, hidupnya merasa terancam. Mungkin karena saya akan menariknya kuat ke dalam dimensi lain, dan mungkin dengan demikian dia akan semakin memperlihatkan wajah aslinya.<br />
<br />
Iya, baginya ini adalah zona yang tidak aman..<br />
<br />
<i>However, both of us never know how life will take us.. what the future holds.. </i><br />
<i>Apart from that, no matter what it will be, at last time will say, won't it?</i>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-81243147099899204272012-08-28T00:41:00.001+07:002012-08-30T20:17:06.801+07:00Dua Kursi Kosong.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-fuzRQ7GskVc/UDuxI7fAsmI/AAAAAAAAAh4/KHAfHOVZP9M/s1600/IMG_9051-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://1.bp.blogspot.com/-fuzRQ7GskVc/UDuxI7fAsmI/AAAAAAAAAh4/KHAfHOVZP9M/s400/IMG_9051-3.jpg" width="265" /></a></div>
<br />
<div style="color: black;">
Barangkali, ilmu menerka adalah ilmu yang paling mudah sekaligus membahayakan.</div>
<div style="color: black;">
Barangkali, berandai-andai dengan masa depan, adalah candu yang paling gila.</div>
<div style="color: black;">
Merasuki dengan mudah, lalu bermetastasis.</div>
<div style="color: black;">
Mendekam di alam bawah sadar dan mengubah pandanganmu pada hal-hal yang nyata.</div>
<div style="color: black;">
<br /></div>
<div style="color: black;">
Seperti dua kursi kosong, yang seharusnya kosong.</div>
<div style="color: black;">
Namun ternyata penuh sesak dengan rangkaian cerita.</div>
<div style="color: black;">
Yang rangkaiannya terbuat dari sampah-sampah kenangan.</div>
<div style="color: black;">
Yang bahannya adalah sederet janji yang utopis.</div>
<div style="color: black;">
<br /></div>
<div style="color: black;">
Dua kursi kosong itu tidak pernah punya paham "seharusnya"</div>
<div style="color: black;">
Seharusnya kita berada di sana.</div>
<div style="color: black;">
Seharusnya kita tenggelam dalam balutan sinar matahari senja</div>
<div style="color: black;">
Atau seharusnya kita mabuk dalam cinta yang meronakan wajah.</div>
<div style="color: black;">
<br /></div>
<div style="color: black;">
Ah, gila.</div>
<div style="color: black;">
Karena sebaik apapun pengandaian,</div>
<div style="color: black;">
Toh nyatanya tangan kita berbalut rindu yang berbeda arah.</div>
<div style="color: black;">
Aku menggenggammu.</div>
<div style="color: black;">
Namun kau kepadanya.<br />
<br /></div>
<div style="color: black;">
Sebenarnya, semesta ini sedang punya rencana apa, sayang?</div>
<div style="color: black;">
<br /></div>
<div style="color: black;">
<br /></div>
<div style="color: black;">
<br /></div>
<div style="color: black;">
<br /></div>
<div style="color: black;">
---</div>
<div style="color: black;">
Oia, 3 Agustus 2012.</div>
<br />dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-55668007647006021732012-08-27T23:02:00.003+07:002012-08-30T20:17:27.582+07:00Rollercoaster.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-mB--RNBA2w8/UDuZYD6AOWI/AAAAAAAAAhg/iqHBeC864bI/s1600/Greece1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://3.bp.blogspot.com/-mB--RNBA2w8/UDuZYD6AOWI/AAAAAAAAAhg/iqHBeC864bI/s400/Greece1.jpg" width="266" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="color: #ea9999; font-size: x-small;">Oia, Santorini. 8.00PM. 3 Agustus 2012.</span></i></div>
<br />
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Entah sejak kapan blog ini ditinggalkan lagi untuk kembali dipenuhi sarang laba-laba. Mau bagaimana lagi, jika waktu 24 jam hampir tersita dengan seluruh kerja keras perkuliahan yang notabene harus dilakukan demi menghindari kekecewaan sponsor. Iya, semenjak mendapat kesempatan hijrah ke Belanda, saya punya tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan perkuliahan sebaik mungkin dan setepat waktu mungkin. Tiga hari setelah graduation, harus rela didepak dari tanah Eropa yang (mulai dirasakan) nyaman ini.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Meski tanah Eropa nyaman, tapi sepertinya langit Belanda lebih mirip langit Makkah. Tiap perbuatan, rasa-rasanya cepat dapat balasannya. Baik itu dalam konteks kebaikan, atau konteks agak-sedikit-kurang-baik. Baru 6 bulan di sini, hidup seperti naik rollercoaster. Setiap hari.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Beberapa waktu lalu saya kehilangan Eyang Putri saya untuk selama-lamanya. Beliau sakit dan sempat dirawat di rumah sakit selama seminggu. Tuhan rupanya sangat sayang pada Beliau. Sakitnya dihilangkan dengan cara mengambil kembali beliau ke dekatNya. Kami sekeluarga tentu saja harus ikhlas, karena mungkin jalan inilah yang paling baik buat beliau. Tapi, ternyata menghadapi kehilangan seperti ini sama sekali tidak mudah bagi saya, terlebih dengan kondisi jarak yang membentang cukup jauh antara Indonesia dan Belanda.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Saya tidak akan bisa serta merta bisa pulang ke Indonesia, karena selain harga tiket mahal, juga kembali aktivitas perkuliahan pada saat itu sedang genting-gentingnya. Project hampir menyita kehidupan seluruh periode 6, belum ditambah presentasi dan pembuatan laporan. Intinya, 24 jam saya setiap harinya hanya didedikasikan untuk kampus. Tapi ini juga sebenarnya sangat baik sih, jadi kondisi hati yang pada saat itu tengah remuk redam, bisa teralihkan.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">See? 6 bulan di sini, perkuliahan menggila, tidak sempat berbicara dengan Eyang Putri untuk terakhir kalinya, harus ditambah pula patah hati. Langit macam apa pula ini tempat saya bernaung? :)))</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Maka dari itu, ketika summer holidays ada di depan mata, senangnya bukan main! Ibaratnya adrenalin seperti terproduksi berlebih. Mungkin kalau saya kelinci atau kangguru, pasti akan berjalan sambil loncat-loncat saking senangnya.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Akhirnya entah kerasukan dewa-dewi apa, pada saat itu saya memutuskan untuk booking tiket ke Yunani, dengan pilihan tanggal, pas... bulan puasa!</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Jeng jeng!</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Terlalu lama bermukim di Wageningen rasa-rasanya membuat otak semakin tidak sehat!
Lebih tidak warasnya lagi, saya akan ke sana seorang diri!</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Iya, teman-teman yang semula tertarik dengan Yunani mengundurkan diri dengan baik dan benar, tepat sebelum tiket dibooking.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Ya sudah, berbekal hasil kumpulan artikel dari beberapa website perjalanan terkemuka yang cuma saya copy-paste dan saya print (baru dibaca ketika sudah berada di Yunani), saya nekat ke sana seorang diri. Delapan hari saya di Yunani, dengan mengambil rute Wageningen-Berlin-Utrecht-Wageningen-Brussel-<b>Yunani</b>-Brussel-Utrecht-Wageningen.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Rutenya panjang? Iya, memang! Sama panjangnya dengan cerita dibalik itu. Intinya yang penting saya sampai Yunani! Haha!</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Terus kenapa Yunani? Ada dua alasan; yang pertama tentang mitos dan sejarahnya, yang kedua tentang cinta.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Perjalanan ke Yunani menyenangkan. Sangat menyenangkan malah. Mungkin walaupun saya adalah orang yang bertipikal <i>short-term-memory person</i>, tapi untuk urusan yang ini, mungkin saya akan mengingatnya jauh lebih lama dari yang pernah saya bayangkan.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Penduduk lokalnya yang sangat <i>friendly. </i>Saya bertemu teman baru yang hingga kini masih sering kontak. Namun yang lebih penting, mimpi saya ke Yunani tercapai dan ada cinta yang saya tinggalkan di sana. Bukan untuk dirutuki, disesali, atau dibuang, tapi dititipkan untuk saya ambil kembali nanti.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Sepertinya, Aphrodite tidak keberatan harus menanggung satu hati lagi yang sedikit lebam biru di sana-sini.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><b>D.Srikandi</b></span></div>
dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-874680265154992112012-07-04T00:44:00.003+07:002012-08-28T00:47:45.091+07:00An Eternal Storage.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-kw1S7LUAUD0/T_Mvh6IaUHI/AAAAAAAAAhU/S7bePj_cv8A/s1600/catching_time_by_astridle-d55x1h8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-kw1S7LUAUD0/T_Mvh6IaUHI/AAAAAAAAAhU/S7bePj_cv8A/s320/catching_time_by_astridle-d55x1h8.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Life teaches me the art of losing in these recently times. </div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
It teaches me how to be grateful in the pouring of tears. </div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
It teaches me smile when a hope is swept away. </div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
It teaches me that I can be so late to say thank you or I love you. </div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
It reminds me that the prayer is the closest thing to hold the beloved ones. </div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
It reminds me that I should be prepared saying a hello for a goodbye. </div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
It reminds me of You--God, the great Director.</div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Goodbye, dear grandma.. </div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Your love and your kindness will always be there. </div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Inside something eternal that we named it as heart..</div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
--</div>
<div style="color: black; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Could I ask forgiveness for not flying back to Indonesia, Eyang?</div>
dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-63963243747445343162012-06-13T01:57:00.000+07:002012-08-28T00:50:14.113+07:00Human Nature.<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">We are only two strangers made by nature. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Time is folded in a perfect pattern as it's the Universe's conspiracy. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Smiles, laughs and private conversations are the stories. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">We were happy, effortlessly. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Time passes,
Some stories end up as a fairy tale. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Some stories become an irony. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Some stories are just another history. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Now, strangers become strangers. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">That's how life teaches us if there's nothing lasts forever. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Not even the happiness, nor sadness. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">We are only human, dear half. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">Designed by nature, </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit;">
<span style="font-size: small;">to feel like the human being. </span></div>
<br />
<br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-0USmD0-iGAk/T9eRB2AwVKI/AAAAAAAAAhI/NM_NA2iLoRI/s1600/just_the_two_of_us____by_xavierschneider-d53bsxn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="http://1.bp.blogspot.com/-0USmD0-iGAk/T9eRB2AwVKI/AAAAAAAAAhI/NM_NA2iLoRI/s400/just_the_two_of_us____by_xavierschneider-d53bsxn.jpg" width="400" /></a>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-52696199425910151022012-03-18T06:13:00.000+07:002012-08-28T00:50:48.897+07:00Tujuh Musim.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-Wktq3cvDZLU/T2Uaciu_DaI/AAAAAAAAAg8/dxM6ZcV3pAI/s1600/IMG_5167+%282%29.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-Wktq3cvDZLU/T2Uaciu_DaI/AAAAAAAAAg8/dxM6ZcV3pAI/s320/IMG_5167+%282%29.jpg" width="213" /></a></div>
<br />
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Saya adalah orang yang begitu mencintai angkasa. Alasannya sederhana, karena ia mampu menampung semua kata-kata, impian dan entah berapa ratus perasaan lain yang sering kali singgah dalam kepala atau hati.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mungkin terkesan konyol, tapi saya percaya bahwa angkasa adalah tempat penyimpanan paling hebat. Lihat saja, sampai sekarang belum ada data empiris yang menyatakan tentang nilai luasnya angkasa. Jadi, kamu bisa bayangkan, berapa banyak data yang bisa kamu titipkan ke angkasa.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dulu, dulu sekali. Di tengah ribuan data-data saya di angkasa, saya pernah mencatutkan satu hal; hidup di luar Indonesia. Pikir saya waktu itu, saya ingin membuat boneka salju super besar yang berbahan asli dari butir-butir es dari langit Tuhan. Karena hingga saat ini, Indonesia masih merupakan negara yang tropis, satu-satunya solusi untuk membuat boneka salju super besar adalah, hanya dengan tinggal di negara empat musim. Tidak untuk selamanya tentu saja karena saya terlalu cinta Indonesia. Tapi setidaknya cukup satu atau bulan ketika musim salju tiba.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Lalu, masih di waktu yang sama. Pada jaman dulu, dulu sekali.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Saya juga menyimpan kata-kata ini di angkasa; mau berbicara bahasa Inggris setiap hari. Alasan saya sederhana, karena nilai Bahasa Indonesia saya sejak SMP hingga SMA, tidak pernah lebih baik jika dibandingkan dengan nilai Bahasa Inggris. Bahasa Inggris mungkin jauh lebih sederhana. Setidaknya ia tidak memiliki majas personifikasi, metonimia, litotes, totem prototo atau pras proparte. Jangan pernah tanyakan bagaimana perbedaan di antaranya. Yang masih jelas di kepala, hanya majas personifikasi saja.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Berikutnya, saya pernah menuliskan kata-kata ini juga; terlibat lagi dalam pendidikan formil, merasakan kembali masa-masa begadang mengerjakan tugas atau persiapan ujian di perkuliahan, mendaratkan kaki di lebih dari separuh negara-negara di Eropa dengan tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun, lalu <strike>jatuh cinta</strike>.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Hingga pada akhirnya, tanggal 31 Januari 2012 tiba. Pada saat itu, saya merasakan romantisme luar biasa dengan angkasa. Langit tentu saja tidak sedang hujan strawberry, dia hanya menjatuhi saya dengan sederetan kata yang pernah saya titipkan di sana. Tentu saja Tuhan yang menjatuhkannya.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dalam hampir enam belas jam perjalanan mengarungi angkasa, saya hanya tersenyum dan menangis haru. Karena sesungguhnya, ada banyak kata yang saya benar-benar sudah lupa jika pernah menitipkannya di langit, tapi pada hari itu sepertinya hujan kata-kata saya, turun dengan derasnya. </span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Tuhan begitu baik. Dia memberikan kesempatan kepada saya untuk menjejakkan kata-kata tadi ke bumi. Yang lebih hebat lagi, Dia menjatuhkannya dalam waktu yang luar biasa tepat. Tidak satu tahun yang lalu, atau tidak tiga tahun kemudian.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ah.. Tuhan memang selalu baik.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Saat ini, hampir dua bulan saya menginjakkan kaki di Belanda. Waktu yang masih singkat tapi sudah dipenuhi dengan ratusan peristiwa yang mengejutkan. Lagi-lagi, Tuhan selalu penuh misteri kan? Saya tidak hanya diberi hujan, tapi terkadang gemuruh, awan hitam tebal bahkan rentetan pelangi. Saya hampir lupa jika saat ini saya hanya punya empat musim. Tapi Tuhan, sekali lagi memberikan banyak bonus; empat musim normal, ditambah lagi tiga musim spesial; musim hujan kata, musim kemarau, lalu musim rindu. Moga-moga kepala dan hati saya selalu sanggup menerima banyak bonus ini.</span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="color: black; font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Oya, untuk kamu, atau kamu, dan kamu. Jangan pernah khawatir mengucapkan kata-kata ke angkasa. Karena kita tidak pernah tahu bagaimana cara Tuhan mengembalikannya ke bumi. Tapi kalau bisa, jangan pernah lupa ajak selalu tangan, kaki, kepala, dan hati untuk bekerja sama. Lalu jemputlah kejutanmu.</span></div>
dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-92116074743957395112011-09-30T10:58:00.001+07:002011-09-30T10:58:03.154+07:00Delapanpuluh Batu<div style="color: black;">Mungkin aku hanyalah lakon kecil dari sederetan nama besar yang gaung hikayatnya telah menembus dimensi waktu kekinian. Aku pun tidak ingat namaku. Namun yang aku ingat dengan seyakin-yakinnya adalah, aku akan menjadi satu-satunya pengantar cerita ini kepada kaum kalian. Kaum yang memiliki tata semestanya sendiri. Tata semesta yang disebut hati―yang ku dengar lebih rumit dibanding pertanyaan Kresna pada Gusti Agung tentang "Apakah titisan dewa tidak bisa mati?"―yang ku perkirakan juga lebih rumit dari segala alasan yang menjadikan pertikaian antara Pandawa dan Kurawa benar adanya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku adalah bagian yang tidak perlu diingat. Pun keberadaanku pada malam itu tidak istimewa sama sekali. Namun cukup sudah malam itu mengajariku tentang arti kehilangan yang dalam. Arti harapan yang terburai sia-sia. Atau arti cinta yang menutupi mata.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Kisah ini dimulai ketika seorang kawan mengabarkan adanya lowongan pekerjaan di suatu tempat yang mengagumkan―setidaknya mungkin ini istilah yang paling mendekati dengan keadaan jaman dulu, karena sesungguhnya kaum kami tidak mengenal sebutan "kawan" atau "lowongan pekerjaan". </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Pekerjaan yang ditawarkan sebenarnya sangat mudah. Tidak memerlukan keterampilan khusus. Kami hanya mengikuti perintah tentang bagaimana dan dimana kami harus menumpuk-numpuk batu agar terbentuk suatu bangunan. Sejauh ini memang tidak ada yang aneh, namun jika kalian melihat berapa jumlah pekerja yang dikumpulkan malam itu, mungkin kalian akan merinding. Entah berapa ribu bala bantuan yang dihadirkan dari seluruh pelosok negeri.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku bertanya-tanya pada kawanku, "Sebenarnya ada apa semua dengan semua ini?"</div><div style="color: black;">"Sama seperti dirimu. Aku juga tidak tahu. Kau mengerti kan, pekerja seperti kita tidak pernah punya hak mewah, bahkan untuk sekedar mengetahui tujuan setiap pekerjaanpun, kita tidak punya" Jawab kawanku yang kemudian membuatku diam.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tidak berapa lama kemudian, seluruh pekerja dibagi beberapa kelompok, atau mungkin ratusan kelompok. Sungguh, aku tidak tahu pasti. Malam itu gelap dan aku tak bisa leluasa memperhatikan sekeliling karena setiap kelompok kerja diawasi Mandor. Sayup-sayup ku dengar dari obrolan para mandor yang entah berarti apa, namun ada kata-kata berikut ini: "1000 bagian", "terbit fajar", dan "cinta".</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku mungkin pekerja yang paling tidak bisa tenang waktu itu―karena demi seluruh Dewa Dewi yang ada di langit―aroma teka-teki yang tidak biasa ini tercium keras. Mungkin sama kerasnya dengan perintah-perintah yang memaksa kami untuk bekerja lebih cepat lagi dan lagi. Tanpa ada kegagalan sebelum fajar tiba.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tunggu! Apakah tadi aku mendengar kalimat "tanpa ada kegagalan sebelum fajar tiba?"</div><div style="color: black;">Benarkah?</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ah.. akhirnya aku setidaknya mengetahui berapa lama lagi aku harus selesai bekerja. Yang menurut perkiraanku saat itu, hanya tinggal beberapa saat lagi sampai fajar menyingsing.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Namun tidak, sampai terjadi hal ini...</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Entah apa yang ku lakukan, aku menumpuk batu yang salah sedari tadi. Ini karena aku yang terlalu sibuk menelaah semua keanehan malam ini. Ini karena aku selalu tidak ingin menerima mentah-mentah setiap perintah. Ini karena.. aku melakukan kesalahan fatal!</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ada 80 tumpukan batu yang menempati tempat yang tidak semestinya, yang lewat dari kesadaranku bekerja atau yang sama sekali lalai dari pengamatan mandor.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku melakukan usaha tercepat yang pernah aku lakukan. Ku robohkan dengan tergesa kedelapan puluh tumpukan batu yang berpenampilan abstrak itu. Aku bisa merasakan tatapan cemoohan ribuan pekerja lainnya, tapi sungguh aku tak peduli. Aku lebih peduli pada monster mengerikan yang berada di belakang punggungku, monster yang bernama "fajar menyingsing" yang semakin berlari mendekat.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tidak. Jangan harap ampunan dari Sing Mbahu Rekso. Bahkan ku pastikan tidak akan ada seorang mandorpun yang akan memaafkan kesalahanku kali ini. Tidak ada.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Sampai akhirnya, masih ada duabelas batu lagi yang harus aku susun, kemudian kami semua dikejutkan oleh ayam jantan dari kampung seberang yang berkokok dengan lantangnya. Bukan seekor ayam jantan, mungkin ada satu kampung ayam jantan yang sedang berkokok bersahutan berbarengan. Belum lagi bunyi ibu-ibu petani yang memukul lesung padi yang menandakan pekerjaan manusia telah dimulai. Saat itu, semua bebunyian itu menyatu menjadi iirama yang paling meradang di gendang telinga.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Fajar sudah menyingsing. Fajar sudah terbit.</div><div style="color: black;">Sedang pekerjaan belum berakhir. </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Tidak! Tolong Dewa, jangan kau bilang hari ini sudah subuh. Aku paham benar kapan waktu pagi dan dini hari. Tidak. Ini belum waktunya mataharimu menerangi bumi. Tidak sampai aku selesaikan duabelas batu lagi, untuk menggenapi 1000 bangunan yang diminta. Tidak, Dewa! Tidak!" teriakku dalam batin.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Seketika Sing Mbahu Rekso―Pangeran yang Agung, menggelegarkan amarah yang membuncah angkasa. Sungguh, aku pikir kali itu adalah masa terakhirku. Aku sepertinya sangat pantas apabila dihabisi saat itu juga. Namun, tidak!</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Pangeran justru murka pada Putri. Ia berteriak keras bahwa sang Putri telah berbuat curang. Memanggil pagi lebih dahulu, semata-mata demi menggagalkan pembuatan 1000 bangunan dalam semalam. Semata-mata menggagalkan keinginannya untuk bersanding dengan Putri selamanya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Pangeran marah. Ini amarah terbesarnya. Amarah yang tidak main-main. </div><div style="color: black;">Tidak ada seorangpun dari kami yang berani mengangkat wajah. Tidak ada seorangpun yang dengan bodohnya berani bergerak.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Putri.. sesungguhnya kecantikan paras dan hatimu lah yang mengantarkanku kemari. Yang mengantar ribuan pekerja untuk melengkapi 1000 bangunan prasyaratmu. Yang dengan lugunya ku amini sebagai harapan nyata bahwa kita dapat bersama. Namun kali ini biarlah pengkhianatanmu sendiri yang mengantarkanmu pada akhir cerita hidupmu, Putri. Janji sudah terlanjur terkoyak oleh kelakuanmu"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">" Andai cinta yang sesungguhnya sempat singgah di hatimu, Pangeran. Maka kau akan paham bagaimana aku rela kembali ke tanah, dibanding memuja lelaki yang tak pernah ku cintai sepanjang hayat"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Kau benar-benar menghinaku, Putri! Pergilah. Lengkapilah prasyaratmu dengan tubuhmu!"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Seketika itu pula, langit subuh dihiasi cahaya biru yang menyilaukan mata. Mengakhiri segala amarah dan harapan yang pernah meletup-letup dalam dada Pangeran. Mengakhiri kisah cinta yang tak pernah menemukan muaranya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Pangeran tetap terluka. Sedang Putri hidup kekal―dalam jelmaannya sebagai bangunan ke-seribu. </div><div style="color: black;">Di suatu tempat yang kalian kini menyebutnya sebagai Candi Prambanan.</div><br />
<br />
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="background: transparent; border: 0 !important;" /></a>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-24588824083124864112011-08-18T09:31:00.001+07:002011-08-18T09:32:12.990+07:00Lihat Nanti.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/--OGmrO4YotE/Tkx5HPuP6II/AAAAAAAAAg4/y0BzfNzgE3A/s1600/time_by_eliseenchanted-d46wrfg.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://1.bp.blogspot.com/--OGmrO4YotE/Tkx5HPuP6II/AAAAAAAAAg4/y0BzfNzgE3A/s320/time_by_eliseenchanted-d46wrfg.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><a href="http://www.deviantart.com/#/d46wrfg">pic</a></div><br />
Mungkin nanti ada saatnya semesta bercerita<br />
Menyenandungkan setiap kata dari melodi pengharapan<br />
Melodi satir yang lagi-lagi bernada cinta<br />
Atas nama tak berbalas atau tak sempat terucap lisan<br />
<br />
Mungkin nanti ada saatnya alam astral mentasbihkan pertanyaan<br />
Penyambung lidah dari rasa di sanubari<br />
Yang terlanjur dibentengi oleh sikapmu<br />
Yang tidak memberi kunci pada pintu kesempatan<br />
<br />
Mungkin nanti ada saatnya<br />
Kau terhanyut dalam kembang api monokrom<br />
Yang warnanya luruh oleh cinta yang kau tolak<br />
Yang tak kau dengarkan<br />
Yang kau acuhkan<br />
<br />
Mungkin nanti akan ada saatnya <br />
Kau berjalan menuju rumah<br />
Dengan bayangan sebagai pasangan setia<br />
<br />
Dan bila saat itu tiba,<br />
Jangan berusaha mengingatku<br />
Karena jatuh cinta padamu cukup sekali<br />
Dan sudah berakhir sejak sehari lalu<br />
<br />
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="background: none repeat scroll 0% 0% transparent; border: 0pt none ! important;" /></a>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-65411050565426484482011-04-20T20:12:00.000+07:002011-04-20T20:12:19.504+07:00Anomali.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-LfCTMo7tR1c/Ta7bRLGzJcI/AAAAAAAAAg0/Byo-wAA8TtY/s1600/anomali.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-LfCTMo7tR1c/Ta7bRLGzJcI/AAAAAAAAAg0/Byo-wAA8TtY/s320/anomali.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: black; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i><a href="http://www.coolhunting.com/culture/assets/images/alison-lomography.jpg">pic</a></i></span> </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Sedang baca apa sih? Serius begitu wajahnya" tanya suara berat di sampingnya.</div><div style="color: black;">"Penggalan surat Kartini yang ditulis untuk Nyonya Abendanon. Beliau adalah salah satu sahabat pena Ibu Kartini. Coba dengarkan sebentar, biar ku bacakan"</div><div style="color: black;">Lelaki itu nampak ingin protes, namun wanita di sampingnya sudah terlanjur bersuara.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Pasti tiba saat di mana aku akan disandingkan dengan seorang suami yang belum kukenal. Di Jawa, cinta hanya sebuah khayalan. Orang Jawa yang sangat beradab bisa dihitung dengan jari, tapi budaya dan pendidikan belum diperhitungkan dalam hal immoralitas. Carilah dan mintalah sesuatu dari dunia aristokrasi laki-laki itu tapi bukan ini, moralitas, karena akan sia-sia. Aku benci. Aku memandang rendah mereka semua.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Hmm.. sudah selesai?"</div><div style="color: black;">"Iya"</div><div style="color: black;">"Lalu.. apa kau sekarang akan memandang rendah kaum kami?"</div><div style="color: black;">"Tidak. Kecuali kaum kalian masih tidak mau belajar moralitas. Hal yang sama yang kaum kami minta sejak dulu. Setidaknya sejak jaman Ibu Kartini"</div><div style="color: black;">"Hmm.. apa yang membuatmu berpikir bahwa kami tidak belajar moralitas?"</div><div style="color: black;">"Jangan pura-pura kau tak mengetahui, hidup seperti apa yang sedang kita jalani saat ini. Angka KDRT yang tinggi, perdagangan wanita, eksploitasi kehormatan wanita, bahkan sexual harassment di angkutan publik. Demi Tuhan, entah dimana letaknya hati kalian"</div><div style="color: black;">"Oh wow! Nampaknya anda sedang masuk dalam ranah generalisasi, Nona!"</div><div style="color: black;">"Hahaha.. Biar kuberi tahu ya Tuan, mau generalisasi atau tidak, faktanya susah betul jaman sekarang untuk bisa bertemu dengan laki-laki baik. Kecuali kau tentunya, harus ku akui kalau aku cukup beruntung"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Lalu.. apa pendapatmu tentang cinta? Apa kau akan seperjuangan dengan Ibu Kartini?"</div><div style="color: black;">"Oh C'mon.. kau jangan meledek begitu! Tapi memang harus ku akui, aku setuju dengan beliau. Cinta itu impian harga mahal. Khayalan paripurna dari sosok Cinderella atau Putri Tidur. Mungkin hanya eksis sebagai teori, selayaknya teori hukum gas ideal. Pengingat bahwa kita semua bermimpi untuk memiliki hal sesempurna itu, karena kenyataannya tidak"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Ah kau terlalu berlebihan, cinta itu natural. Hadiah gratis dari Tuhan yang akan diberikan untuk setiap umatnya. Cinta itu yang menghangatkan hatimu, yang menyentuh jiwamu untuk berbuat baik"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Begitukah menurutmu? Aku fikir ketika kau berbuat baik, lebih dikarenakan oleh isi otakmu yang sedang berfikir baik. Logikamu berjalan bahwa kebaikan akan memberikan manfaat bagi banyak orang, sedang sebaliknya tidak"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Lalu teori apa lagi yang bisa kau jelaskan dari dua manusia yang menikah? Menurutmu apa itu ditentukan juga oleh otak yang berfikir baik?"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Entahlah.. tapi ku rasa mereka telah memproklamirkan diri untuk menghamba pada impian mahal tadi—Cinta. Entah untuk merasakan utopia atau mencoba membuktikan bahwa suatu yang sempurna itu ada"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Entah apa isi kepalamu hingga sedemikian skeptisnya. Tapi.. coba sekali-sekali kau berlogika seperti ini, kau akan butuh pasangan. Sebagai tempat kau berbagi rasa, bercerita dan menjalani hidup bersama"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Satu, aku sudah punya Tuhan. Dia Maha Cukup sebagai tempatku berbagi dan bercerita. Bahkan segala solusi terbaik dimiliki olehNya. Kedua, aku punya sahabat—kau salah satunya, yang setia menjalani kegilaan sehari-hari bersamaku. Tiga, aku punya diriku. Itu yang paling penting. Karena kau tahu, ketika orang lain datang dan pergi dalam kehidupanmu, dirimu sendiri adalah satu-satunya makhluk yang akan tersisa yang akan menemani tubuhmu. So, apa lagi yang aku butuhkan?"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Eh aku turun di sini aja deh. Baru ingat tadi Edo nitip dibeliin makan siang. Salam buat Nayla ya, sorry gak bisa lihat pentasnya"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Iya, hari ini sudah dua kali lelaki kehilangan kesempatan untuk berbicara lebih dulu. Entah berapa lama ia terpaku di tempat parkir, walau bayang wanita tadi—ia yang bernama Kandi, telah jauh memunggungi mobilnya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">*****</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Ayah! Aku deg-degan! Aku takut gak hafal lagu Ibu Kita Kartini!" teriak bocah berumur 7 tahun bernama Nayla itu sesaat setelah Sang Ayah menampakkan wajahnya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Bidadari gak pernah takut, sayang. Apalagi sudah sering latihan kan? Pokoknya kalau bisa gak gugup tampilnya, sabtu ini kita jalan-jalan ke Dufan deh! Terus kita makan yang enak-enak. Bagaimana?"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Ayah, aku mau hadiahnya Tante Kandi jadi Mama Nayla! Bisa kan, Yah?"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Nayla.. sini yuk sama baris sama teman-temannya yang lain, sebentar lagi kalian tampil loh"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Dah, Ayah!" Kecup Nayla cepat segera berkumpul dengan teman lainnya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tiga kali.</div><div style="color: black;">Tiga kali dalam sehari ini ia kalah dalam adu cepat dalam berbicara. Namun, tidak untuk yang ketiga.</div><div style="color: black;">Ia merasa diselamatkan.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="background: none repeat scroll 0% 0% transparent; border: 0pt none ! important;" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
<div style="color: #e06666;"><i>PS: Penggalan surat Kartini diambil dari <a href="http://falling-eve.blogspot.com/2011/04/perempuan-dari-jepara.html">sini</a> </i></div>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-84499313796682690542011-02-25T14:05:00.001+07:002011-02-25T14:07:10.956+07:00Diam-diam.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-pIBcRCNM1cE/TWdUbclkRuI/AAAAAAAAAgs/hBSmzqtOTmE/s1600/secretly.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-pIBcRCNM1cE/TWdUbclkRuI/AAAAAAAAAgs/hBSmzqtOTmE/s320/secretly.jpg" width="263" /></a></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i><a href="http://lloydhughes.deviantart.com/art/Missing-You-1-85251489">source pic</a></i></span> </div><br />
<div style="color: black;">Ada detak yang kembali terdengar. Detak yang sama siang itu, saat kupu-kupu pertama kali berterbangan di dalam perut. Detak yang juga sama, yang mengirimi sinyal-sinyal ke syaraf pipi membuatnya semerah tomat. Detak yang sama pada beberapa hari lalu, saat jarak hanya sepenggalan, namun kata-kata terlalu dalam tercekat. Menguarkan penyesalan tentang keberanian, yang pada saat itu menjadi zat paling volatil yang pernah ada.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Iya. Bodoh!</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Untuk kali ini tidak apa-apa menjadi bodoh. Sesekali keluar dari fatwa makhluk Aries. Sesekali tidak sesumbar tentang keberanian. Sesekali tidak mencemooh kaum-kaum penakut. Karena aku sudah terlanjur bersimpuh. Menurut lunglai pada detak itu, yang membunuh sementara keberanian dan menghidupkan rasa malu berkali-kali lipat kuatnya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ini bukan tentang gengsi. Bukan juga tentang tabu. Sungguh, aku tidak pernah kenal dua kata itu. Ini hanya tentang menguapnya keberanian. Ini hanya tentang kepasrahan, yang terlanjur dilahirkan sebelum ada perjuangan.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ini... tentang jatuh dalam diam.</div><div style="color: black;">Kepada kamu yang sama sekali tak pernah direncanakan oleh hati dan otak.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Kamu, boleh saja mengejekku. Menertawakan sepuasnya.</div><div style="color: black;">Ketika yang berkata dengan lincah hanya sepuluh jari.</div><div style="color: black;">Ketika yang mengungkap dengan jujur hanya deretan alinea panjang, surat-surat yang tak terkirim, atau secuil kenangan. Sepersekian detik dari waktu kita yang diijinkan bersinggungan.</div><div style="color: black;">Selebihnya, aku berkencan dengan detak, kupu-kupu yang berterbangan, dan secangkir kopi.</div><div style="color: black;">Yang asapnya mengepul rindu, menampar-nampar alam bawah sadar tentang rindu yang terlanjur penuh sesak di dalam sana.</div><div style="color: black;">Di dekat sumber detak keparat itu.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Kamu, apa kamu masih tertawa sekarang?</div><div style="color: black;">Teruskan saja! Rayakan kebodohanku.</div><div style="color: black;">Asal kau tahu, jika esok masih ada, jangan pernah marah.</div><div style="color: black;">Karena rindu untukmu belum tamat.</div><div style="color: black;">Meski aku selalu diam—dan mungkin akan selalu diam. </div><br />
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="background: none repeat scroll 0% 0% transparent; border: 0pt none ! important;" /> </a>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-80865905180749059242011-02-18T16:29:00.000+07:002011-02-18T16:29:15.075+07:00Hei Putri, Kau Bahagia?<div style="color: black;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-iLEe8JeHpDY/TV46s5-HgUI/AAAAAAAAAgo/26y772GyPVs/s1600/angel-cloud.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="286" src="http://2.bp.blogspot.com/-iLEe8JeHpDY/TV46s5-HgUI/AAAAAAAAAgo/26y772GyPVs/s320/angel-cloud.jpg" width="320" /></a></div>"Dia sudah menulis berbagai impiannya dalam hidup, Mbak. Mulai dari kursus bahasa, target kerja, kuliah hingga cita-citanya untuk menikah di umur 25 tahun. Kadang saya sering bilang "kok kamu ngoyo banget tho, Nduk? Bercita-cita dan berusaha boleh tapi jangan terlalu. Sisakan juga untuk menyenangkan diri sendiri" Ibu itu mengambil jeda sejenak sambil melanjutkan lagi pembicaraannya. Kali ini bukan cerita tentang putrinya, tapi beliau bertanya pada saya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Mbak, umurnya berapa? Mirip sekali dengan putri saya"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Oh.. saya kelahiran 86, Bu. Jadi, sekarang masih 24 tahun" jawab saya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Ah..persis sekali seperti putri saya. Dia juga 24 tahun sekarang. Dia suka sekali ilmu kimia, Mbak. Makanya waktu kuliah kemarin, dia mengambil jurusan Kimia Analis"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Ini kebetulannya banyak sekali ya, Bu. Saya.. uhm.. mungkin bisa dibilang kelainan. Terkadang perfeksionis tentang perencanaan. Sama seperti putri Ibu. Saya juga sangat menggilai Kimia. dulu kuliah juga ambil jurusan Kimia. Alhamdulillah.. sekarang pun punya pekerjaan yang hampir sesuai keinginan, tidak begitu jauh dari ilmu Kimia"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Hahaha... iya, saya tahu persis bagaimana rasanya Mbak. Waktu putri saya dulu diterima menjadi Kimia Analis juga, rasanya membahagiakan sekali. Idealismenya menjadi kenyataan. Semangat dan kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil yang manis"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Putri Ibu masih bekerja sebagai analis sekarang? Dimana? Sepertinya kapan-kapan kalau saya bisa bertemu dan <i>ngobrol</i> dengannya sepertinya akan seru sekali!"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Putri saya sudah <i>nggak</i> ada, Mbak. Kecelakaan motor satu setengah tahun lalu, mengambil dia dari saya. Padahal impiannya masih banyak. Cita-citanya belum tercapai. Kursus bahasa, kuliah lagi dan pergi ke luar negeri. Kamarnya hingga sekarang masih sama sejak terakhir dia tinggalkan. Jejak-jejak semangatnya, gigihnya bekerja hingga larut malam. Saya masih benar-benar mengingatnya. Tapi... memang hidup tidak bisa ditebak kan, Mbak?"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Saya diam. </div><blockquote style="color: black;">Hai, kamu yang di atas sana. Tidak keberatan kan kalau aku panggil Putri? <br />
Apa kabar di sana? Semoga kamu selalu bahagia.<br />
Err... ralat!<br />
Aku yakin kamu pasti selalu bahagia, karena Tuhan begitu dekat denganmu kan?<br />
Ngomong-ngomong, kau punya Ibu yang hebat.<br />
Dan sama seperti sebelumnya, kali ini aku yakin, jika semua untaian do'anya terkirim padamu.<br />
Tetaplah bahagia di sana. Jangan pikirkan mimpimu yang belum tercapai.<br />
karena Tuhan begitu sayang dirimu.</blockquote><br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="background: none repeat scroll 0% 0% transparent; border: 0pt none ! important;" /></a>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-90271882879997622662011-02-11T17:45:00.000+07:002011-02-11T17:45:38.177+07:00Tolong Kirimkan ke Rotterdam<div style="color: black;">Kepada <a href="http://twitter.com/syamsuria">@syamsuria</a></div><div style="color: black;">Sahabatku,</div><div style="color: black;">Pemain bola idolaku.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Hai,</div><div style="color: black;">Apa kabarnya Belanda?</div><div style="color: black;">Apa suhu masih menggigit persendianmu?</div><div style="color: black;">Atau musim dingin sudah lama berlalu?</div><div style="color: black;">Ah entah sudah berapa lama kita tidak pernah lagi mendiskusikan perbedaan musim antara Rotterdam dan Jakarta.</div><div style="color: black;">Tapi satu yang pasti, ketika aku menulis surat ini sekarang (9.17 PM), kau masih diselimuti langit sore.</div><div style="color: black;">Kira-kira pukul empat di Rotterdam.</div><div style="color: black;">Benar kan? :)</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Oya, apa kau masih berada di perpus sekarang?</div><div style="color: black;">Jangan terlalu giat belajar, makanlah sepiring pancake atau spaghetti dulu.</div><div style="color: black;">Katamu, di arah jalan pulang menuju apartemenmu ada resto spaghetti enak dengan harga sesuai kantong mahasiswa Indonesia. </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ahh.. Andai kita bisa rebutan sepiring spagetti berdua. Tentu akan seru!</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Masih ingat kan dulu.. Entah berapa tahun yang lalu, kita berebut satu mangkuk mie ayam.</div><div style="color: black;">Kau curang sekali, mengambil dengan sumpit lalu menggulungnya berkali-kali sampai terbentuk bulatan besar.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Kau tahu? Itu hampir 3/4 dari seluruh porsi yang ada.</div><div style="color: black;">Tentu saja pada akhirnya kau yang akan lebih kenyang daripada aku!</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Lalu, apa kau ingat juga ketika kita saling membantu saat skripsi? Ya ampun.. Kau guruku yang paling galak!</div><div style="color: black;">Mengajariku cara presentasi yang baik tapi dengan nada marah-marah. Padahal kau tahu, aku tidak mungkin bisa sepertimu.</div><div style="color: black;">Kamu.. Uhmm.. Dilahirkan dengan bakat alami sebagai presenter! Sedangkan aku, uhmm.. Peneliti sejati mungkin. Terkadang kikuk harus berhadapan dengan banyak orang.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Namun sebagai sahabat kita juga tidak luput dari ujian. </div><div style="color: black;">Aku hampir pastikan bahwa kau tidak akan lupa bagaimana kita pernah bertengkar sangat hebat!</div><div style="color: black;">Kita pernah tak saling bertegur sapa dalam waktu yang cukup lama. Kita membiarkan aura benci membutakan rasa kasih yang sesungguhnya hidup di antara kita. Kita menumbuhkan egoisme dan gengsi untuk menuturkan kata maaf.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tapi aku sungguh bersyukur pada Sang Pemilik Waktu. Dia memang perencana paling hebat. Memberikan saat yang tepat untuk kita bertegur sapa kembali. Menyelipkan banyak pelajaran pada saat kita saling berjauhan. Sampai akhirnya, aku kembali bertemu kamu. </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Iya, sesaat sebelum kau meninggalkan Indonesia.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Kau harusnya tahu, jangan lama-lama marah padaku. Karena itu artinya kau melewatkan banyak kejadian penting dalam hari-hariku.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Akhirnya terbukti kan? Semenjak bertemu denganmu lagi, aku bercerita tanpa henti. Aku seolah-olah punya ribuan buku untuk dibacakan padamu. Sampai-sampai kau terlelap tidur saking lelahnya mendengarkanku! Hahaha.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tapi meskipun begitu, aku tetap suka berbicara denganmu. Kau menempatkanku pada level yang sama denganmu. Kau sungguh mengerti bagaimana memperlakukan orang berkarakter Aries, yang tidak suka diperintah, didikte, atau disalahkan. Yah.. walaupun pada akhirnya aku meng-amin-i nasehat-nasehatmu sih, tapi setidaknya untuk tiba di sana, kita melalui tahapan diskusi yang panjang. Hahaha! </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Oke. Sepertinya jika aku terus meracau di sini, pasti aku tidak akan selesai. Lagipula nanti kau bisa ge-er berlebihan, seolah-olah rasa sayangku padamu begitu menggunung, melebihi rasa sayangmu padaku.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Enak saja!</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku,</div><div style="color: black;">Sahabatmu,</div><div style="color: black;">Salah satu tempat terpercayamu. :p</div><br />
<br />
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 0pt none ! important;" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
<div style="color: #e06666;"><i><b>PS:</b></i> Jangan mengajakku chatting akhir pekan ini. Aku sibuk persiapan Rakor Kedeputian.</div><div style="color: #e06666;"><i><b>PPS: </b></i>Sebagai gantinya, tulis saja surat balasan. Entah kau hubungi Tukang Pos Cinta, atau alamat emailku! :p</div>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-1714728647274018002011-01-16T22:40:00.001+07:002011-01-16T22:41:46.293+07:00Bertemu Tabib.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TTMQ42nnswI/AAAAAAAAAgg/QwRM78okBAU/s1600/joyful-girl1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="http://1.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TTMQ42nnswI/AAAAAAAAAgg/QwRM78okBAU/s200/joyful-girl1.jpg" width="200" /></a></div><div style="color: black;"> Empat tahun yang lalu, bukan di pantai yang eksotik, bukan di ujung senja, bukan juga di bawah dekapan hangat hujan deras, kita—aku dan kamu—pertama kalinya bersua wajah.</div><div style="color: black;">Sebuah kota kecil yang asri, yang masih dikelilingi banyak sawah hijau dan pohon-pohon kapas yang menjulang tinggi menjadi saksi awal kisah kita.</div><div style="color: black;">Pada saat itu kau menyapaku dengan hangat, sangat hangat malah. </div><div style="color: black;">Seolah-olah kau sudah mengenaliku lebih dulu, sudah mengumpulkan banyak informasi tentangku, sudah hafal gerak-gerikku, bahkan seperti sudah mengerti isi kepalaku, padahal kita baru saja bertemu. </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku, baru benar-benar ketemu kamu.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tapi, ya begitulah kamu. Terlalu berpengalaman dalam hal bagaimana membina hubungan pertemanan. Hingga tak heran jika selanjutnya kita menjadi sahabat karib.</div><div style="color: black;">Teman seiring sejalan.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Kau pun royal memberiku hadiah. Dari kupu-kupu, bunga mawar, injeksi adrenalin gratis, hingga kekuatan tambahan untuk otot-otot pipi supaya tidak pegal ketika harus terus-menerus tersenyum sepanjang hari.</div><div style="color: black;">Kau juga terkadang sangat iseng. Menghadiahiku pelangi. </div><div style="color: black;">Jika sudah begitu, aku pasti akan marah-marah. </div><div style="color: black;">“Aku suka pelangi. Sungguh suka. tapi kalau Tuhan marah bagaimana? Salah satu keindahanNya kan sedang dicuri olehmu”</div><div style="color: black;">“Kalau manusia lain juga iri bagaimana? Apa aku harus membagi-baginya?” Kataku kemudian.</div><div style="color: black;">“Tenang saja.. itu hadiah dari Tuhan kok” jawabmu santai sambil tak lupa tersenyum simpul.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Jawaban ini pula yang aku dapatkan ketika suatu waktu aku pernah bertanya dari mana asalmu. </div><div style="color: black;">Jujur, kau begitu misterius. Sangat misterius.</div><div style="color: black;">Kau begitu mengerti aku, kau begitu memahamiku. Sedangkan aku? Sama sekali tidak mengenalmu.</div><div style="color: black;">Setiap kali aku bertanya, kau pasti akan selalu menjawab “Dari Tuhan”.</div><div style="color: black;">Setiap kali aku berkeluh kesah dalam memahamimu, kau pun akan selalu bilang “Tanyalah pada Tuhan”</div><div style="color: black;">Setiap kali pertanyaan lain muncul, kau tetap menjawab “Coba cari tahu sendiri. Itu pekerjaan rumah dari Tuhan”</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Sampai akhirnya, kita diuji.</div><div style="color: black;">Lebih tepatnya, aku yang diuji.</div><div style="color: black;">Dua tahun di umur pertemanan kita, aku meledak.</div><div style="color: black;">Aku marah besar.</div><div style="color: black;">Aku sedang dalam kesulitan, dan kau yang selama ini mengaku sebagai sahabatku cuma bisa diam dan melihat saja.</div><div style="color: black;">Tidak ada lagi komunikasi berarti.</div><div style="color: black;">Karena semua perkataanku akan mendapat reaksi yang sama darimu.</div><div style="color: black;">Kau seperti robot yang hanya terprogram untuk bisa bilang “Itu dari Tuhan”.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku-pada-saat-itu-benci-sekali-padamu.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Hingga kemudian aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan pertemanan ini.</div><div style="color: black;">Kau berpetualang sendiri.</div><div style="color: black;">Dan aku hidup sendiri dengan…. penyakit.</div><div style="color: black;">Ya!</div><div style="color: black;">Entah kenapa semenjak kita berpisah, penyakit itu datang.</div><div style="color: black;">Aku didera penyakit ganas.</div><div style="color: black;">Namanya Nosophobia*.</div><div style="color: black;">Entah kau mencampurkan virus apa selama ini dalam setiap hadiah yang kau beri, sampai-sampai aku semenderita ini.</div><div style="color: black;">Aku selalu ketakutan. Aku selalu marah. Aku selalu merasa benci. Aku selalu ingin berontak.</div><div style="color: black;">Aku lupa kata damai. Sungguh lupa.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Dan anehnya, ketika aku semakin tak mempercayaimu, semakin aku membencimu, maka semakin menyebar pula penyakit itu. Tak ubahnya seperti tumor yang bermetastatis ke seluruh tubuh.</div><div style="color: black;">Dan sungguh tidak mudah mengobati penyakit ini.</div><div style="color: black;">Segala hal ku lakukan. Segala hal. Sampai-sampai aku tidak sanggup menghitungnya lagi.</div><div style="color: black;">Segala hal, tanpa mencoba memasukkan nama tabib terhebat di muka bumi ini yang selalu kau sebut dulu. </div><div style="color: black;">Ya. Kau tahu kan? Aku benci dan tidak percaya lagi padamu, lalu kenapa aku harus percaya perkataanmu dulu? Aku gengsi!</div><div style="color: black;">Tapi karena entah kenapa nama itu terus bergema di telinga, akhirnya ku langkahkan kaki ke sana. Ku tundukkan wajah ke hadapannya.</div><div style="color: black;">Berusaha berkunjung kepadanya.</div><div style="color: black;">Dan kau benar. Kau sungguh benar. Dia sungguh tabib yang hebat.</div><div style="color: black;">Iya. Tuhan, tabib terhebat yang pernah ada.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Dia menyembuhkan setiap luka dengan perlahan. </div><div style="color: black;">Penuh kasih. Penuh sayang.</div><div style="color: black;">Dia tak memarahiku yang pada saat itu datang terlambat.</div><div style="color: black;">Dia masih tersenyum padaku. </div><div style="color: black;">Dia hangat merengkuhku.</div><div style="color: black;">Bahkan Dia membuat kita rujuk kembali.</div><div style="color: black;">Ya, Aku mungkin terlalu terlambat menyadarinya, tapi kau memang sahabat yang baik.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Kau, yang bernama Cinta adalah sahabat yang baik.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku baru menyadari bahwa luka dalam bercinta bukanlah karena ulahmu.</div><div style="color: black;">Tapi karena manusia bengis yang suka melakukan sesuatu yang keji dengan meminjam namamu.</div><div style="color: black;">Membuat manusia yang awam tentang cinta seperti ku ini langsung membabi buta menyerangmu.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ah Cinta, maafkan aku.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Kelak jika ada lagi ketidakbahagiaan dalam cinta, mungkin akan ku anggap itu bonus.</div><div style="color: black;">Untuk lebih bermurah hati dan melatih memaafkan.</div><div style="color: black;">Untuk lebih mencintai kebahagiaan dan mensyukuri setiap senyuman yang tercipta.</div><div style="color: black;">Untuk lebih menghargai lagi setiap tetes air mata.</div><div style="color: black;">Untuk lebih berterimakasih akan anugerahNya.</div><div style="color: black;">Iya, kau yang bersematkan nama Cinta.</div><br />
<div style="color: black;"><b>Aku,</b></div><div style="color: black;"><b>Dewi Srikandi.</b></div><br />
<br />
<div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><i><b>PS</b></i>: Bisa kau katakan kepada Arjuna jika kali ini aku sedang tidak menulis tentangnya. Katakan saja, aku memimpikannya semalam. </div><div style="color: black;"><i><b>PPS</b></i>: Oh ya Cinta, terimakasih kau datang lagi kali ini. :)</div><br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i>*Nosophobia = istilah dramatis yang berarti ketakutan yang irrasional terhadap suatu penyakit, misal: jatuh cinta atau patah hati lagi. Istilah ini diambil dari buku Doctors-Erich Seagal </i></span>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-39351117144086419132011-01-15T14:16:00.003+07:002011-01-15T14:42:03.059+07:00Tarian Hujan.<div class="separator" style="clear: both; color: black; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TTFJKoRnazI/AAAAAAAAAgc/B1ksOmuoZG4/s1600/water+drop.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="271" src="http://3.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TTFJKoRnazI/AAAAAAAAAgc/B1ksOmuoZG4/s320/water+drop.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: black; text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i><a href="http://xeneras.deviantart.com/art/Keep-in-touch-171040558">Source pic</a></i></span></div><div style="color: black;"><br />
Seharusnya surat ini bisa terkirim empat jam yang lalu.</div><div style="color: black;">Saat hujan sedang lebat-lebatnya. </div><div style="color: black;">Saat matahari sedang sembunyi-sembunyinya.</div><div style="color: black;">Saat aku kehilangan tapak-tapak bayanganmu di ujung jalan sana.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tapi sayang, empat jam yang lalu aku masih berjibaku di dapur.</div><div style="color: black;">Mengepulkan asap masakan hari ini.</div><div style="color: black;">Tidak istimewa, hanya tumis wortel-buncis dengan ikan goreng yang lengkap dengan sambal terasinya.</div><div style="color: black;">Jangan bayangkan makanannya sekarang!</div><div style="color: black;">Kelak, jika kita sudah berbagi atap dalam cinta yang sama,<br />
kau akan menjadi orang pertama yang rutin ku jamu masakan tanganku setiap hari.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku janji tidak akan ada MSG, karena aku tak mau kita kehabisan ingatan terlalu cepat.</div><div style="color: black;">Tidak akan ada garam berlebih, kau tahu kan? cukup karena cintaku saja jantungmu berdetak terlalu cepat. Bukan karena hipertensi.</div><div style="color: black;">Tidak akan ada minyak berlebihan, karena dengan begitu faringitis akan menjauhiku.</div><div style="color: black;">Dan tidak akan ada <i>junkfood</i> berlebih. Selain tidak terlalu sehat, aku tidak mau lidahmu lebih terbiasa cita rasa resto dibanding masakanku sendiri.</div><div style="color: black;">Toh mulai sekarang pun aku suka bereksperimen dengan masakan resto kok.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Sebut saja <i>pancake</i> atau <i>steak</i>. </div><div style="color: black;">Dua makanan ini jadi makanan favorit yang sering aku uji coba di dapur.</div><div style="color: black;">Walaupun akhirnya terkadang terlalu manis, atau terlalu matang.</div><div style="color: black;">Tapi tenang saja, akan ku pastikan, di saat kau semakin dekat menujuku, semakin mahir pula aku menguasai keduanya. </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Oh ya, sudah ku katakan belum jika hari ini aku bahagia?</div><div style="color: black;"></div><div style="color: black;">Berbahagia untuk mengetahuimu masih berada di kota yang sama.</div><div style="color: black;">Kita masih berbagi matahari dan hujan yang sama.</div><div style="color: black;">Hujan tadi pagi yang lebat.</div><div style="color: black;">Yang sayangnya tidak cukup lebat untuk menghapus rindu.</div><div style="color: black;">Kau tahu kan?</div><div style="color: black;">Akan selalu ada rindu yang tersimpan dalam tiap tetes hujan. </div><div style="color: black;">Rindu untuk melihat matahari. </div><div style="color: black;">Karena hanya dengan sinarnya, membuat bayanganmu nyata</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><b>Aku,</b></div><div style="color: black;"><b><span style="font-size: small;">Dewi Srikandi</span>, yang selalu suka memperhatikanmu diam-diam.</b></div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><span style="font-size: small;"><i><b>PS:</b></i></span> Ah Arjuna, maaf jika suratku tidak panjang. Aku sedang terburu-buru sekarang. Mau mengusir kucing betina hamil yang sering sekali masuk rumah lewat atap. Bukan aku benci kucing, kau tahu kan mereka makhluk manis? Hanya saja aku kelewat khawatir jika waktu kelahirannya ada di rumah ini. Aku sungguh tak kuasa melihat bayi-bayi kucing baru lahir. Ah aku harus buru-buru sekarang. Oh Tidak! Dia mulai naik ke atas meja makanku! Semoga harimu menyenangkan!</div>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-3013143274531321132011-01-14T15:16:00.002+07:002011-01-15T12:25:56.972+07:00Pengakuan Resmi.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TTAF4_Ij1NI/AAAAAAAAAgY/y9uTpSzlcb0/s1600/javanese_shadowpuppet_arjuna.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://4.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TTAF4_Ij1NI/AAAAAAAAAgY/y9uTpSzlcb0/s320/javanese_shadowpuppet_arjuna.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Hai Arjuna,</div><div style="color: black;">Tak keberatan kan jika aku sebut seperti itu?</div><div style="color: black;">Satu, karena aku memang menyukai Dewi Srikandi. Wanita gagah berani dengan bekal panah Hrusangkali di tangannya.</div><div style="color: black;">Dua, dan karena aku jatuh cinta pada Dewi Srikandi, sudah dapat dipastikan bahwa aku juga akan jatuh cinta pada nama Arjuna.</div><div style="color: black;">Untuk itu, kau akan ku panggil Arjuna.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Oh ya, jangan terlalu memasukkan dalam hati perihal banyak mitos yang berkembang tentang Arjuna dan Srikandi.</div><div style="color: black;">Ahli sejarah banyak yang mengemukakan bahwa Srikandi melakukan segala cara untuk mendapatkan Arjuna,</div><div style="color: black;">termasuk merebutnya dari hati orang lain.</div><div style="color: black;">Tapi Srikandi yang ini berbeda.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Hanya jatuh padamu dalam diam.</div><div style="color: black;">Dalam segenap bunga matahari yang mekar dalam hati.</div><div style="color: black;">Dalam segerombolan kupu-kupu yang terbang menyesakkan perut.</div><div style="color: black;">Dalam pipi yang bersemu merah.</div><div style="color: black;">Diam-diam.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Jangan pernah bertanya kapan pula kita pertama kali bertemu.</div><div style="color: black;">Itu adalah permainan semesta.</div><div style="color: black;">Dimensi waktu kita disinggungkan tanpa pernah aku rencanakan.</div><div style="color: black;">Tanpa pernah kamu rencanakan.</div><div style="color: black;">Tanpa pernah kita rencanakan.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Satu yang pasti, kita hanya pernah bersua wajah dua kali.</div><div style="color: black;">Tapi itu cukup bagiku. Untuk merekam betapa tegasnya garis wajahmu.</div><div style="color: black;">Atau betapa pelitnya senyumanmu.</div><div style="color: black;">Iya. Kamu sungguh-amat-sangat-pelit untuk tersenyum.</div><div style="color: black;">Dan juga pelit berbicara.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tapi kemudian, siapa yang peduli?</div><div style="color: black;">Jika hati yang jatuh padamu?</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ah. sudahlah.</div><div style="color: black;">Lebih baik aku menyudahi saja surat ini.</div><div style="color: black;">Sebelum jantung ini copot saking banyak berdetak tak karuan.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Aku,</div><div style="color: black;"><b>Dewi Srikandi.</b></div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: #ea9999;"><b><br />
</b></div><div style="color: #ea9999; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>PS: Jangan marah, jika aku jadi lebih sering memperhatikanmu. diam-diam.</b></span></div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">*<i>Ini proyek #30harimenulissuratcinta gagasan @perempuansore dan @ekaOtto di Twitter. Hati-hati saja, mungkin aku akan menulis untukmu <3 </i>* </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><a href="http://www.google.co.id/imglanding?q=arjuna&hl=id&gbv=2&tbs=isch:1&tbnid=pvGEvDuOrxa31M:&imgrefurl=http://zakilovic.blogspot.com/&imgurl=http://3.bp.blogspot.com/_w2JDEJBT75Q/S1U4s5ncO4I/AAAAAAAAAAM/IteESVqsTKc/S700/javanese_shadowpuppet_arjuna.jpg&ei=1AQwTbq1Bs7wrQf5gvDDCA&zoom=1&w=500&h=333&iact=hc&oei=1AQwTbq1Bs7wrQf5gvDDCA&esq=1&page=1&tbnh=126&tbnw=168&start=0&ndsp=27&ved=1t:429,r:19,s:0&biw=1280&bih=547">Source pic </a></div>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-40768924328600576012010-12-30T13:54:00.000+07:002010-12-30T13:54:07.094+07:00Negeri Merah.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TRwsFFEt06I/AAAAAAAAAfw/SY4RtnK5z_s/s1600/Negeri%2BMerah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="295" src="http://4.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TRwsFFEt06I/AAAAAAAAAfw/SY4RtnK5z_s/s400/Negeri%2BMerah.jpg" width="400" /></a></div><br />
<div style="color: black;">Apa rasanya melebur bersama 96.000 manusia berbalut busana merah? Apa rasanya ketika 96.000 manusia ini tiba-tiba diam bersamaan dan menyanyikan dengan lantang lagu Indonesia Raya secara serentak? Apa rasanya memiliki satu suara bersama 96.000 manusia yang terus-menerus mengucap satu kata: Indonesia?</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Percayalah, itu surga kecil yang saya rasakan kemarin.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Duduk bersama manusia merah lainnya. Adrenalin terpicu seperti dua kali lipat dibandingkan sebelumnya. Riuh rendah terompet atau teriakan—yang bahkan kau, tidak bisa lagi mendengar suaramu sendiri. Gemetar hebat sewaktu tanpa dikomando, 96.000 manusia ini memiliki gerakan yang sama. Merinding saat seluruh 96.000 manusia ini mengerahkan semangatnya untuk Firman Utina ketika tidak mampu mengeksekusi kesempatan emas pinalti. Semua berteriak. Semua bersuara. Membuncah ke seluruh sudut stadion Gelora Bung Karno.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ini gila kawan! Ternyata untuk malam ini persatuan mudah diciptakan. Ternyata kedamaian penuh sesak membanjiri Negara ini. Kau tidak lagi memandang The Jak, Bonek, atau sematan-sematan simbol lainnya. Kau tidak perlu lagi rusuh tolol untuk hal yang sesungguhnya kita sebut permainan: sepakbola. </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ini memang gila kawan! sungguh gila! Karena untuk pertama kalinya, saya—dan mungkin semua manusia merah, tidak lagi peduli masalah Piala. Tidak begitu peduli lagi masalah Juara. Semua sudah terbayar dengan kesungguhan perjuangan dari para punggawa Garuda dan semangat suportivitas pendukung. Semua tercipta sebagai satu bingkisan akhir tahun yang tak ternilai.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Sebut saja saya norak. Tapi mungkin inilah setitik oase. Penawar baik untuk semua rindu selama ini. Rindu pada prestasi, berita baik, martabat bangsa yang kuat, atau—sebut saja—kedamaian. Kita terlalu sering disuguhi drama politik busuk, penyelewengan harta Negara dan rakyat, profil-profil pejabat yang ketinggalan hati dan otaknya di rumah, atau teriakan-teriakan pertikaian antara kaum minoritas dan mayoritas. Tapi semalam, Garuda mengepakkan sayapnya ke seluruh antero negeri. Menggetarkan hati manusia merah yang masih memiliki nama Indonesia di dalamnya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Terimakasih TIMNAS. Kesungguhan perjuangan Anda menggetarkan hati kami. Biarkan saja Malaysia membawa pulang Piala. Toh, kami sudah mendapat Piala yang lebih hebat. Nama Garuda sudah tertera dalam hati dan pastinya di sana ada nama kalian juga. Tetaplah bermain bola. Nikmatilah irama permainannya. Biarkan suara-suara rusak pejabat di organisasi bola kita terus bergaung, kadang-kadang mereka suka lupa tentang teori “Tidak ada yang abadi”, termasuk kesemena-menaan terhadap bangsa sendiri.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Kami menunggumu berlaga lagi. Biarkan suara kami saja yang mengalirkan energi baik untuk kalian. Oya, salam juga untuk manusia hebat yang sering kalian sebut—Opa Riedl. Kami yakin harapan untuk Garuda akan selalu ada ketika Opa Riedl masih bersama kalian.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Dan satu lagi, mau do’akan kami? kadang-kadang manusia merah seperti kami suka labil. Nasionalisme setengah-setengah. Nasionalisme kondisional. Do’akan saja semoga damai dalam nasionalisme bukan milik semalam saja. Saya masih ingin merasakannya esok, esok, dan esoknya lagi. Sampai kita semua tidak mampu lagi menghitung.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="background: none repeat scroll 0% 0% transparent; border: 0pt none ! important;" /></a><br />
<br />
<br />
<div style="color: #cc0000;"><b>PS:</b> Terimakasih untuk teman-teman yang ikut berjuang mengantri tiket, kalian baik sekali! Memberikan kesempatan bagi saya untuk menyeka air mata pertama kali di Stadion Gelora Bung Karno. :')</div><div style="color: #cc0000;"><br />
</div><div style="color: #cc0000;"><b>PPS:</b> Photo Courtesy by Mamet Rockafella and Surya Pratama</div>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-10625687754664473862010-12-29T10:19:00.001+07:002010-12-29T10:35:30.955+07:00Cerita Kedua.<div style="color: black;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TRql91Q8aRI/AAAAAAAAAfs/TosV4C_y8YY/s1600/make_you_smile_by_chemicalsunflower-d35vaqq.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://4.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TRql91Q8aRI/AAAAAAAAAfs/TosV4C_y8YY/s320/make_you_smile_by_chemicalsunflower-d35vaqq.jpg" width="320" /></a></div>Saat itu, senja hampir menukik ke pelataran terakhir sebelum gelap gulita mengambil posisinya. Waktu kembali bermain api. Meletakkan dengan manis cerita lama dalam secarik percakapan rindu. Percakapan dua pecinta dari masa lalu dengan dua cangkir <i>caffe latte</i>.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Jadi, ada apa denganmu dan kota ini?" sapa si Nona dalam kesibukannya meniupkan udara dingin ke kopi panasnya.</div><div style="color: black;">"Menurutmu?" jawab lawan bicaranya dengan tenang.</div><div style="color: black;">"Percayalah, Tuan.. Aku tidak serta merta demikian penasaran untuk menebak alasannya. Karena rasa penasaranku hampir habis tersita oleh penelitian <i>gene expression regulator</i>"</div><div style="color: black;">"Hahahaha. Kau sama sekali belum berubah! Sampai kapan kau akan terus mendekam di Laboratorium? Tak heran jika kulitmu pucat. Hampir dapat dipastikan kau jarang menengok matahari"</div><div style="color: black;">"Lalu, apa usulmu, Tuan?" tanya si Nona setengah sebal.</div><div style="color: black;">"Pergilah besok makan siang denganku. Jangan pernah menolak atau kau akan ku seret keluar dari Lab."</div><div style="color: black;">"Nah, sekarang ijinkan aku pamit lebih dulu." lanjutnya kemudian. "Jangan kembali bekerja, lingkar hitam di matamu sudah cukup menandakan bahwa kau butuh tempat tidur, bukan Laboratorium." sahutnya hangat sembari mengusap lembut kepala Nona. </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Bagai <i>double-helix</i> DNA, percakapan di kedai kopi itu tak ubahnya sebagai <i>prekursor</i> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent>—unsur pemantik perjumpaan lain yang saling bertautan. Tuan dan Nona rupanya begitu larut. Sepakat untuk mabuk bersama. Menengguk sisa-sisa jamuan cinta masa lalu. Jamuan cinta yang sama manisnya atau mungkin lebih manis. Entah mana yang lebih benar. Karena siapa lagi yang kelak peduli? jika sepenggal kisah terdahulu, datang lagi dan melengkapi?</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ya, Mereka bersepakat atas nama kesempatan kedua.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">*</div><div style="color: black;">"Kenapa mobilnya berhenti, Tuan?" tanya Nona saat mobil yang mereka kendarai diberhentikan oleh lelaki di sampingnya.</div><div style="color: black;">"Entah. Sepertinya ada ban yang kempes" jawabnya setengah panik. "Aku bisa minta tolong? Selagi aku memeriksa bagian yang bermasalah, tolong ambilkan alat pendongkrak di bagasi ya"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Wanita itu menurut. Turun dari mobil tanpa banyak tanya dan berjalan ke belakang, tempat bagasi berada. Alih-alih setumpuk alat dongkrak, di sana ia hanya menemukan satu <i>bouquet</i> mawar merah yang cantik. Entah jumlahnya berapa, yang pasti lebih dari 20 tangkai.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Mana dongkraknya? Kok malah diam?" kata Tuan setengah berteriak.</div><div style="color: black;">"Sejak kapan sekarang alat dongkrak diganti dengan bunga mawar?" sahut Nona dengan suara tak kalah kerasnya.</div><div style="color: black;">"Sejak jaman Hippocrates, sayang. Sejak beberapa eksperimennya menunjukkan perulangan yang sama. Bahwa ternyata hormon endorfin seorang wanita bisa didongkrak dengan cinta dalam persatuan beberapa kuntum bunga mawar merah" jelasnya <i>ngawur</i>. </div><div style="color: black;">"Boleh kita jalan lagi? Aku sudah lapar" tawar Nona, yang sekarang pipinya sudah merah padam.</div><div style="color: black;">"Happy Anniversary, Nona".</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">*</div><div style="color: black;">Musim semi berikutnya, bukan perjalanan mudah bagi Nona. Penelitiannya mengalami masa suram. Fakta-fakta yang dihasilkan membalikkan hipotesis dengan telak. Sementara penyebab utama kegagalan masih terasa samar untuk dipastikan. Tak heran jika laboratorium kembali memenuhi semua waktunya selama 4 bulan terakhir. Tidak siang, tidak malam, semua hampir terasa sama saja. Satu-satunya tanggal yang ia ingat hanyalah kapan penelitian itu harus menemui eksekusi akhirnya. </div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tak beda jauh dengan Tuan. Tugas beberapa kali ke luar kota menjadi agenda wajibnya. Entah planet mana yang sedang berputar dekat dengan bumi, gravitasinya terasa lebih kecil dari 9,8 m/s. Ia sering merasa lemah lunglai tak berdaya begitu tiba di rumah. Hitungan 3 jam sehari benar-benar jadi keberuntungan untuknya jika dapat dilalui dengan tidur tenang.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Praktis, Tuan dan Nona jarang bersua wajah. Bahkan kata-katanya sendiri enggan bercinta di udara.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Hai, apa aku membangunkanmu?" sapa Nona melalui telepon pagi itu.</div><div style="color: black;">"Err.. mungkin bisa dibilang begitu" jawabnya sambil memperhatikan jarum jam yang ternyata baru saja menunjukkan waktu 30 menit setelah ia benar-benar terlelap.</div><div style="color: black;">"Maafkan aku, Tuan. Hanya saja aku tidak bisa menahan kabar gembira ini lebih lama. Penyusunan tesisku sudah selesai dan tanggal <i>oral examination thesis</i>-ku sudah ditetapkan, yang artinya aku minggu depan akan berperang besar. Entah, meskipun aku sering presentasi, tentu saja kali ini membuat hati tidak karuan, Sepertinya kau harus menjadi <i>supervisor</i>ku lagi. Kapan kau ada waktu? Latihlah aku cara presentasi yang baik!" jelas Nona panjang lebar tanpa jeda sedikitpun.</div><div style="color: black;">"Tuan? Tuan? kau masih mendengarkanku?"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Nyatanya, Nona hanya berbicara pada udara pagi.</div><div style="color: black;">Bahkan ketika uap air kembali dipeluk malam, tidak ada satupun SMS atau <i>e-mail</i> atau telepon permintaan maaf.</div><div style="color: black;">Nona kembali diam dalam sejuta praduga.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">*</div><div style="color: black;">Katakan saja, ini adalah hari Nona. Ketika keberhasilannya mempertahankan segala macam teori, hipotesis dan hasil penelitiannya di depan beberapa profesor berbuah nilai A. Waktu rasanya berjalan lambat di dalam ruang sidang, entah berapa jam sebenarnya ia di dalam tadi.</div><blockquote style="color: #e06666;"><i>Hanya jika kau ingin mengetahui, hari ini aku sudah lulus sidang tesis. Tidak, ini bukan dalam rangka mengemis ucapan selamat darimu. Katakan saja, hanya kabar selingan di balik pekerjaan kantormu.</i></blockquote><div style="color: black;"><b>E-mail sent. </b></div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tiga hari berselang sejak Nona tinggal selangkah lagi menuju gelas Masternya. Masih tidak ada balasan e-mail. Tidak juga SMS. Apalagi sebuah telepon.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><span style="color: black;">Taman kota juga sepi. Hanya tersisa samar-samar bayangan Tuan yang sedang duduk di kursi panjang sambil membaca buku. Entah sudah berapa lama mereka tidak bertemu. Sepertinya adegan mawar merah kemarin yang terakhir. </span></div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"></div><div style="color: black; text-align: left;">*</div><div style="color: black;">Senja kembali menukik ke pelataran terakhir sebelum gelap gulita mengambil posisinya. Tidak ada secangkir <i>caffe latte</i>. Tidak ada degupan jantung yang keras. Tidak ada tatapan hangat mata cokelat. Tidak ada cinta di udara.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Hanya udara dingin teman setia Nona hingga tiba di Amsterdam Airport Schiphol. Entah sudah berapa kali kepalanya menoleh ke belakang dan layar telepon genggamnya. Bergantian. Sampai-sampai ia membiasakan alam bawah sadar untuk melakukannya.</div><blockquote style="color: #e06666;"><i>"Aku mencoba menapaki setiap bayanganmu. Mencoba berpacu dengan waktu meraihmu. Entah sahabat mana lagi yang aku datangi. Semua menjawab "tak tahu". Kau terlampau misterius bagiku. Sayangnya, aku bukan wanita misterius untukmu. Berkelanalah semaumu. Dan akan ku biarkan takdir menyinggungkan waktu kita kembali, dengan semua jawaban darimu menjadi hadiah untuk rinduku selama ini"</i></blockquote><div style="color: black;"><b>Email sent.</b></div><b>Airplane flight.</b><br />
*<br />
<div style="color: black;"><b>"British Airways plane crash caused by 'unknown' ice buildup"</b></div><div style="color: black;">Selanjutnya, hanya berita ini yang beberapa waktu sempat menghiasi daratan Eropa.</div><div style="color: black;">Waktu, (mungkin) meredupkan api antara Tuan dan Nona.</div><b><br />
</b><br />
<b><br />
</b><br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 0pt none ! important;" /> </a><br />
<br />
<br />
<a href="http://www.guardian.co.uk/world/2010/feb/09/british-airways-plane-crash-ice">Source news</a><br />
<a href="http://browse.deviantart.com/photography/?order=24&offset=120#/d35vaqq">Source pic</a>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-32011122365183425642010-12-29T08:21:00.000+07:002010-12-29T08:21:54.110+07:00Hilangnya Sarang Laba-Laba.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TRqMoXqJ25I/AAAAAAAAAfk/xkqWcq7dBx8/s1600/akvals_by_fogke-d35vdtx.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TRqMoXqJ25I/AAAAAAAAAfk/xkqWcq7dBx8/s200/akvals_by_fogke-d35vdtx.jpg" width="133" /></a></div><div style="color: black;">Ada waktu yang berjeda sejak terakhir kali meninggalkan cerita.</div><div style="color: black;">Katakan saja dua bulan. Tidak lama sebenarnya. </div><div style="color: black;">Namun tetap saja, itu... Jeda!</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Dan kalian tahu? </div><div style="color: black;">Akhir-akhir ini waktu sungguh curang.</div><div style="color: black;">Anak-anak waktu yang kita sebut: Detik dan berjumlah banyak itu, mulai membuat ulah.</div><div style="color: black;">Mereka berlompatan keluar dari jam pasir dengan beringas, </div><div style="color: black;">katanya di sana terlalu sempit.</div><div style="color: black;">Tidak cukup menampung semangat mereka untuk mengganti hari.</div><div style="color: black;">Merobek kalender.</div><div style="color: black;">Mengubah bulan.</div><div style="color: black;">Hingga nyaris mengganti tahun.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Untung saja matahari masih berbaik hati.</div><div style="color: black;">Memakai gincu paling merah untuk mengecup dahiku.</div><div style="color: black;">Bangunkan segera dari kehidupan monokrom</div><div style="color: black;">Tanpa hela nafas hanya untuk bekerja.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">"Lihatlah otakmu, dia seperti ingin menari-nari dalam kata.</div><div style="color: black;">Lihat pula hatimu, sudah bersemu merah jambu tentang cinta yang baru.</div><div style="color: black;">Lihat juga tanganmu, sudah enggan menulis laporan penelitian.</div><div style="color: black;">Lihat tubuh kurusmu, menginginkan surga lain selain makanan hasil seminar atau rapat"</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Ya ya ya.</div><div style="color: black;">Matahari, sepanjang pagi ini cerewet sekali.</div><div style="color: black;">Ngomel tidak jelas.</div><div style="color: black;">Membuat pesan macam-macam.</div><div style="color: black;">Sampai-sampai menitipkan pesan juga pada angin atau sekotak permen gulali.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tapi bagaimanapun aku tidak akan marah padanya.</div><div style="color: black;">Hanya dia yang mengecupku dengan super hangat!</div><div style="color: black;">Hingga sarang laba-laba di sini juga ikut lenyap.</div><div style="color: black;">Sutera tipis pembangunnya terurai satu-satu.</div><div style="color: black;">Kembali membuka pintu cerita yang telah lama ditutupinya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Iya. Sarang laba-laba di sini sudah mulai hilang.</div><div style="color: black;">Hatiku... juga hangat! :)</div><br />
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="background: none repeat scroll 0% 0% transparent; border: 0pt none ! important;" /></a><br />
<br />
<div style="color: #ea9999;"><br />
</div><div style="color: #ea9999;"><a href="http://browse.deviantart.com/photography/?order=24&offset=48#/d35vdtx">Source Pic</a></div>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-22450606687404116622010-10-05T15:07:00.000+07:002010-10-05T15:07:14.519+07:00Perfectionist (not).<div style="color: black;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.wellesley.edu/Activities/homepage/omha/mental_health/ocd_page/ocd_pic.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.wellesley.edu/Activities/homepage/omha/mental_health/ocd_page/ocd_pic.jpeg" /></a></div><br />
Otak, merupakan fitrah yang diberikan Tuhan kepada makhlukNya, lengkap dengan akal yang kemudian menjadikan kita sederajat lebih tinggi dibanding makhluk penghuni bumi lainnya. Tidak kurang dari 100 juta neuron sebagai ‘<i>nyawa</i>’ di dalamnya juga diberikan secara cuma-cuma. Benda ini yang kemudian bertanggung jawab untuk mengatur kerja kompleks dari tubuh, mulai dari menerima rangsangan dari kelima indera, mengatur metabolisme, tekanan darah, suhu tubuh, sintesis protein, menunjukkan realita berbagai rasa emosional, hingga memproyeksikan mimpi.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tapi lupakan sejenak dengan neuron dan kinerjanya, karena fungsi dari otak yang paling sering kita gunakan adalah untuk berpikir. Entah untuk berpikir hal-hal yang baik, atau untuk berpikir hal-hal yang tidak ada gunanya, ya, setidaknya demikianlah adanya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Dan katakan saja dalam berpikir tentunya setiap manusia memiliki preferensi tertentu. Memiliki gaya tersendiri dalam merencanakan sesuatu hingga bagaimana langkah eksekusinya. Ada yang cenderung teratur, runut dari awal sampai akhir, ada yang cenderung spontanitas, ada pula yang cenderung melabrak pakem yang sudah ada, bahkan ada yang bingung dari mana harus memulai.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Dari sekian banyak preferensi gaya berpikir, mungkin tidak asing dengan istilah ini—Perfeksionis, yang katanya merupakan cabang lain dari turunan OCD (<i>Obsessive-Compulsive Disorder</i>).</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Bagi orang-orang pengidap perfeksionis, maka kami punya pembelaan tersendiri. Jangan pernah salah tanggap. Perfeksionis bukan gaya berpikiran untuk menjadi sempurna, namun bagaimana caranya agar ketidaksempurnaan itu bisa paling minim dimunculkan. Entah menetapkan standar tertentu, menghindari kesalahan teknis, memberikan perhatian lebih pada detil, membuat catatan panjang tentang hal-hal yang krusial hanya untuk menjamin tidak ada hal yang ‘<i>missed</i>’, mengatur dan memilih dengan cermat segala material yang akan digunakan dalam mencapai tujuan, hingga beberapa kali melakukan revisi atas suatu kerjaan.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Untuk sifat yang terakhir, saya akan memberikan sedikit contoh nyatanya: <i>So, well</i>, pernah melihat seseorang yang sedang drafting atau membuat suatu portofolio atau sedang membuat tulisan/laporan ilmiah tapi setelah jadi malah dibuang? Atau setidaknya ia melakukan adegan <i>Ctrl+A</i>, lalu <i>Ctrl+del</i> berpuluh-puluh kali? Kalau Anda belum pernah menyaksikannya, maka dengan senang hati saya akan menunjukkannya pada Anda sesekali.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><b>Sesekali? Iya. Sesekali.</b> Karena untuk kasus saya, saya pribadi hanya memunculkan sifat ini sesekali dan dipengaruhi oleh rangsangan pada hal-hal tertentu. Khususnya untuk hal-hal yang berhubungan dengan personal passion, hal-hal yang menyangkut cita-cita, dan hal-hal yang menyangkut pekerjaan. Selebihnya? Saya menjadi <i>Procrastinator Perfectionist</i>—Tidak terlalu peduli dan seolah memiliki banyak waktu untuk dibuang-buang.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">So, Anda mulai takut dengan saya sekarang? <i>Ouh well</i>, tidak salah juga sih sebenarnya. Tapi setidaknya itu membuktikan bahwa saya mengenal diri sendiri hingga ke bagian yang bersemat ‘<i>disorder</i>’.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Lalu, bagaimana dengan Anda? Seberapa jauh Anda mengenal diri Anda? Apakah setipe dengan saya? Ataukah memiliki personal yang jauh lebih baik? Well, kalau iya, selamat untuk Anda!</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Tapi percayalah, sesekali cobalah menjadi Perfeksionis, tidak terlalu buruk kok. Kecuali jika tidak tahan, Anda akan sedikit limbung, karena Perfeksionis kehilangan satu kata dalam kamusnya: kegagalan.</div><br />
<br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="background: none repeat scroll 0% 0% transparent; border: 0pt none ! important;" /></a><br />
<br />
<br />
<div style="color: #e06666;"><br />
<div style="color: #e06666;"><i><b>P.S:</b> Apa kalian pikir saya harus mulai membuat janji dengan Psikiater? kalau iya, tolong rekomendasikan psikiater ahli yang pintar, baik, ganteng, dan single. sekian.</i></div></div>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-946143312844433970.post-18623306334533107952010-09-22T12:12:00.001+07:002010-12-30T15:37:42.139+07:00Kadaver.<a href="http://3.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TJdQrjq_tiI/AAAAAAAAAe4/OtRg1yH4p1w/s1600/doctor.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5518968577606006306" src="http://3.bp.blogspot.com/_VgFj2vT3Cc0/TJdQrjq_tiI/AAAAAAAAAe4/OtRg1yH4p1w/s200/doctor.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 150px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 200px;" /></a><span style="color: black;">Dante, mungkin jadi pengunjung terakhir perpustakaan malam ini. Menatap ulang buku sakti tubuh manusia “</span><span style="color: black; font-style: italic;">Sobotta: Atlas of Human Anatomy</span><span style="color: black;">”, beberapa jurnal, catatan kuliah, buku praktikum dan informasi lain yang sebanyak mungkin dapat diperoleh mengenai anatomi.</span><br />
<div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Bukan menghadapi ujian kelas Anatomi, tetapi ujian calon Asisten Lab. Anatomi lebih tepatnya. Dan sudah menjadi konstitusi umum, untuk dapat direkrut sebagai asisten Anatomi bukanlah sesuatu yang mudah. Mereka─Dosen yang turun tangan langsung dalam perekrutan asisten tidak pernah main-main dalam memberikan materi seleksi. Kualitas perekrutan yang tinggi dan aura kompetitif, tidak heran jika gelar asisten Lab.Anatomi menjadi prestise tersendiri di kalangan mahasiswa kedokteran di kampus ini.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">“<span style="font-style: italic;">Maaf mas, perpustakaan sebentar lagi tutup. Silahkan dibereskan buku-bukunya dan kembalikan ke rak semula</span>” kata petugas perpustakaan mengalihkan perhatian belajarnya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">“<span style="font-style: italic;">Oh iya, Bu. Sebentar lagi saya rapikan</span>” jawabnya kemudian.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Setelah mengambil tas di loker, Dante memutuskan tidak pulang. Ruang terbuka antara ruang kelas dan laboratorium Mikrobiologi yang sering disebut selasar oleh para mahasiswa di sini menjadi tempat pemberhentian berikutnya. Tampak di sana, masih ada tiga orang mahasiswa yang sedang berkutat dengan laptop memanfaatkan wi-fi gratis. Dipilihnya satu meja kosong, dan ia kembali tenggelam dalam catatan Anatominya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Di tengah imajinasinya dengan scalpel yang mengiris lapisan kulit mulai dari epidermis, dermis, lemak subkutis, fasia superfasial, fasia dalam, otot, tiba-tiba suara seorang Bapak membuyarkan konsentrasinya.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">“<span style="font-style: italic;">Sedang belajar Anatomi? Ujian atau asisten?</span>” sapanya mengawali pembicaraan.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">“<span style="font-style: italic;">Oh..untuk asisten, Pak</span>” kata Dante sambil membereskan kertas yang berada di kursi sebelahnya supaya bisa diduduki.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">“<span style="font-style: italic;">Mau belajar bersama saya?</span>” tawarnya kemudian.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">“<span style="font-style: italic;">Err.. bukan bermaksud tidak menghargai, Pak. Tapi kalau boleh saya tahu, siapa Bapak sebenarnya?</span>” jawab Dante ragu.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">“<span style="font-style: italic;">Asal muasal saya tidak penting, yang pasti saya cukup mahir dalam Anatomi</span>” yakinnya kemudian.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Dante mengenyahkan segala rasa penasarannya. Karena diskusi anatomi dengan Bapak Misterius ini berjalan menyenangkan. Dari gagasan para ahli anatomi yang menentukan dari mana sebaiknya mempelajari tubuh manusia, lalu ke manubrium, <span style="font-style: italic;">xiphoid process</span>, otot di antara tulang iga, saraf toraks hingga ke jantung─yang menurut Bapak tersebut jantung merupakan ‘jantung’ persoalan dari penyakit.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Akhirnya, diskusi malam itu diakhiri dengan ucapan “<span style="font-style: italic;">Semoga Sukses</span>” dari si Bapak Misterius. Belum sempat mengucapkan terima kasih, lelaki tersebut telah menghilang secepat kepala menoleh.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">*</div><div style="color: black;">Ujian asisten Anatomi dibagi dalam dua sesi: ujian tulis dan praktik. Dante tidak mengalami kesulitan mengerjakan sesi pertama. Betapa mengejutkan, apa yang menjadi bahan diskusinya semalam benar-benar membantu.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Satu jam kemudian, bersama dosen dan mahasiswa lain, mereka telah berada di dalam lab, masing-masing mengelilingi kadaver.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">“<span style="font-style: italic;">Kita semua tahu, tubuh-tubuh di sini dulunya adalah manusia yang hidup, bernafas dan memiliki perasaan, dan ketika kematian menghadapi, mereka dengan murah hati mendermakan tubuhnya untuk Ilmu Pengetahuan. Di samping setiap kadaver ada lembar kerja untuk sesi ujian praktik ini. Kerjakan dengan tenang dan penuh hormat</span>” perintah seorang dosen.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;">Setelah dipersilakan bekerja, Dante memberi hormat kepada kadaver di sampingnya dan memeriksa nama label yang terkait pada ibu jari kakinya. “Seorang Profesor. Luar biasa dedikasinya” batinnya dalam hati. Lalu dibukanya kain penutup wajah. Seketika dia diam. Dia tahu siapa orang ini. Setidaknya sebelas jam yang lalu.</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><span style="font-style: italic;">-dan jangan pernah bertanya berapa umur kadaver.</span></div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><div style="color: black;"><br />
</div><br />
<a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img border="0" src="http://signatures.mylivesignature.com/85758/queeniieangela/81a75841261eae5ba13ac4d1a1c117c6.png" style="background: none repeat scroll 0% 0% transparent; border: 0pt none ! important;" /></a><br />
<br />
<br />
<span style="color: #ff6666; font-style: italic;"><br />
P.S: Kata-kata kedokteran di atas diperoleh dari Sobotta (mengintip sedikit), Doctors karya Erich Segal, dan Google. yup. mesin hampir-tahu-segala-hal kecuali jodoh saya. Sekian.</span>dswrikandihttp://www.blogger.com/profile/16730695040411383438noreply@blogger.com4