Dante, mungkin jadi pengunjung terakhir perpustakaan malam ini. Menatap ulang buku sakti tubuh manusia “Sobotta: Atlas of Human Anatomy”, beberapa jurnal, catatan kuliah, buku praktikum dan informasi lain yang sebanyak mungkin dapat diperoleh mengenai anatomi.
P.S: Kata-kata kedokteran di atas diperoleh dari Sobotta (mengintip sedikit), Doctors karya Erich Segal, dan Google. yup. mesin hampir-tahu-segala-hal kecuali jodoh saya. Sekian.
read more “Kadaver.”
Bukan menghadapi ujian kelas Anatomi, tetapi ujian calon Asisten Lab. Anatomi lebih tepatnya. Dan sudah menjadi konstitusi umum, untuk dapat direkrut sebagai asisten Anatomi bukanlah sesuatu yang mudah. Mereka─Dosen yang turun tangan langsung dalam perekrutan asisten tidak pernah main-main dalam memberikan materi seleksi. Kualitas perekrutan yang tinggi dan aura kompetitif, tidak heran jika gelar asisten Lab.Anatomi menjadi prestise tersendiri di kalangan mahasiswa kedokteran di kampus ini.
“Maaf mas, perpustakaan sebentar lagi tutup. Silahkan dibereskan buku-bukunya dan kembalikan ke rak semula” kata petugas perpustakaan mengalihkan perhatian belajarnya.
“Oh iya, Bu. Sebentar lagi saya rapikan” jawabnya kemudian.
Setelah mengambil tas di loker, Dante memutuskan tidak pulang. Ruang terbuka antara ruang kelas dan laboratorium Mikrobiologi yang sering disebut selasar oleh para mahasiswa di sini menjadi tempat pemberhentian berikutnya. Tampak di sana, masih ada tiga orang mahasiswa yang sedang berkutat dengan laptop memanfaatkan wi-fi gratis. Dipilihnya satu meja kosong, dan ia kembali tenggelam dalam catatan Anatominya.
Di tengah imajinasinya dengan scalpel yang mengiris lapisan kulit mulai dari epidermis, dermis, lemak subkutis, fasia superfasial, fasia dalam, otot, tiba-tiba suara seorang Bapak membuyarkan konsentrasinya.
“Sedang belajar Anatomi? Ujian atau asisten?” sapanya mengawali pembicaraan.
“Oh..untuk asisten, Pak” kata Dante sambil membereskan kertas yang berada di kursi sebelahnya supaya bisa diduduki.
“Mau belajar bersama saya?” tawarnya kemudian.
“Err.. bukan bermaksud tidak menghargai, Pak. Tapi kalau boleh saya tahu, siapa Bapak sebenarnya?” jawab Dante ragu.
“Asal muasal saya tidak penting, yang pasti saya cukup mahir dalam Anatomi” yakinnya kemudian.
Dante mengenyahkan segala rasa penasarannya. Karena diskusi anatomi dengan Bapak Misterius ini berjalan menyenangkan. Dari gagasan para ahli anatomi yang menentukan dari mana sebaiknya mempelajari tubuh manusia, lalu ke manubrium, xiphoid process, otot di antara tulang iga, saraf toraks hingga ke jantung─yang menurut Bapak tersebut jantung merupakan ‘jantung’ persoalan dari penyakit.
Akhirnya, diskusi malam itu diakhiri dengan ucapan “Semoga Sukses” dari si Bapak Misterius. Belum sempat mengucapkan terima kasih, lelaki tersebut telah menghilang secepat kepala menoleh.
*
Ujian asisten Anatomi dibagi dalam dua sesi: ujian tulis dan praktik. Dante tidak mengalami kesulitan mengerjakan sesi pertama. Betapa mengejutkan, apa yang menjadi bahan diskusinya semalam benar-benar membantu.
Satu jam kemudian, bersama dosen dan mahasiswa lain, mereka telah berada di dalam lab, masing-masing mengelilingi kadaver.
“Kita semua tahu, tubuh-tubuh di sini dulunya adalah manusia yang hidup, bernafas dan memiliki perasaan, dan ketika kematian menghadapi, mereka dengan murah hati mendermakan tubuhnya untuk Ilmu Pengetahuan. Di samping setiap kadaver ada lembar kerja untuk sesi ujian praktik ini. Kerjakan dengan tenang dan penuh hormat” perintah seorang dosen.
Setelah dipersilakan bekerja, Dante memberi hormat kepada kadaver di sampingnya dan memeriksa nama label yang terkait pada ibu jari kakinya. “Seorang Profesor. Luar biasa dedikasinya” batinnya dalam hati. Lalu dibukanya kain penutup wajah. Seketika dia diam. Dia tahu siapa orang ini. Setidaknya sebelas jam yang lalu.
-dan jangan pernah bertanya berapa umur kadaver.
P.S: Kata-kata kedokteran di atas diperoleh dari Sobotta (mengintip sedikit), Doctors karya Erich Segal, dan Google. yup. mesin hampir-tahu-segala-hal kecuali jodoh saya. Sekian.