Friday, October 12, 2012

Jalan Thamrin.

Photo © Rahmad Setiadi

Aku merindukan Jakarta.
Rindu bau knalpot tebal kopaja yang hampir ringsek.
Rindu manuver-manuver spektakuler supir bajaj.
Rindu berdesak-desakan dengan penumpang kereta pagi.
Rindu nyaring klakson mobil mewah memecah kemacetan.

 Ah.. Tumben aku rindu Jakarta.
Sangat rindu malah.
Dengan sebuah kedai kopi di ujung jalan Thamrin sana.
Yang letaknya masih berbagi bangunan dengan Djakarta Theater.
Yang dengan koneksi internetnya, berkasku tiba di meja para tuan dan nyonya penyandang beasiswa.
read more “Jalan Thamrin.”

Wednesday, October 3, 2012

Sampai jumpa lagi, Paman!

Saya mulai menulis kalimat pertama, yang hanya saya hapus pada satu menit kemudian.
Saya mulai menulis lagi, lalu saya hapus lagi.
Entah adegan ini berulang sampai berapa kali, saya sudah tidak mengingatnya.
Bukan kehilangan inspirasi, saya hanya bingung harus menuliskannya seperti apa.

Saya tidak mau jika tulisan ini berbicara kesedihan.
Karena saya yakin betul, bahwa apa yang terjadi saat ini adalah sebuah peristiwa yang mengagumkan.
Peristiwa saat seseorang berhasil mewujudkan impian dan berhasil menuntaskan salah satu amanah.
Peristiwa yang jika saya ingat kembali, pasti tidak akan lupa saya sampaikan syukur pada Tuhan.

Karena Tuhan amat baik.
Amat sangat baik malah.
Ia mengijinkan saya bertemu dengannya.
Dia, seseorang yang penuh talenta dan yang sudah saya anggap seperti abang sendiri, dalam beberapa jam lagi akan kembali ke Indonesia.

Back for good.
Begitulah biasanya kami menyebutnya.
Karena diharapkan sepulangnya dari perkuliahan di negeri seberang, putra-putri bangsa akan makin mampu berkontribusi positif bagi negeri ini.

Do'a yang sama, yang tentunya kami panjatkan untukmu, paman.
Tetaplah rendah hati dalam berbagi ilmu dan tetaplah menjadi paman yang seperti ini.
Yang kehadirannya membuat kami belajar banyak hal.
Yang kehadirannya mampu memberikan inspirasi baik untuk orang-orang sekitar.

Kau hebat, paman!
dan pasti kami akan sangat rindu!

Ngomong-ngomong tentang rindu, saya sudah punya daftar panjangnya, paman.
Sudah pasti saya akan meneruskan tradisi memasak nasi goreng dengan bawang merah yang super banyak.
Lalu mungkin suatu saat, ketika saya duduk di deretan kursi depan library, saya pasti akan mengingat paman.
Karena paman seperti aplikasi komputer yang terprogram, selalu SMS dengan isi tulisan yang sama: "bulet, di forum gak?"
Mungkin saya juga akan ingat, bagaimana paman sangat melarang ketika saya nekat traveling ke Yunani sendirian.
Maaf paman, tapi beginilah adikmu yang stubborn yang satu ini. :p
Saya juga pastinya akan ingat bagaimana panjangnya diskusi kita tentang Iran, Mesir, distorsi agama dan budaya.

Gila, paman!
Itu mungkin satu-satunya pembicaraan non-somplak yang pernah kita lakukan!
hahaha!

dan sudah pasti, saya akan kehilangan teman duet lagu "More Than Words".

Tapi saya yakin, paman.
Kita bisa bertemu lagi, kan?
Karena saya masih punya janji untuk mengunjungi paman di Makassar,
dan paman masih punya janji untuk menjadi seksi cuci piring di pernikahan saya kelak!
hahaha!

Selamat kembali ke Indonesia ya, paman!
Selamat memanen rindu dengan istri tercinta.

Kami akan rindu paman!

read more “Sampai jumpa lagi, Paman!”