Monday, November 30, 2009

Tanpa Label


“You don't marry someone you can live with, you marry the person who you cannot live without.”
-Anonymous-

semalam saya sempat ngobrol dengan teman lama. sebut saja obrolan khas antar kami. yang terkadang lebih banyak seriusnya dibanding bercandanya.

obrolan kami pun tidak pernah jauh-jauh dari hidup dan kehidupannya. cerita tentang antar anak manusia, hingga trik di dalamnya. sering kami berbeda pendapat. namun bagi kami sudah menjadi hal biasa. sampai akhirnya kami tiba pada pembicaraan tentang pernikahan dan hal-hal yang menyertainya. pembicaraan yang disebabkan oleh pernyataan aneh darinya :)

"besok kalau lo cari suami, jangan sama konsultan ya. kagak ada waktu buat anak istri. waktunya sama kerjaan mulu. kasian lo nanti."

"hmm... kayaknya gak cuma konsultan deh, apapun itu kalau udah workaholic juga bakal bernasib sama. gak punya waktu"

"udaahh.. lo cari suami PNS aja. setidaknya secara status sosial juga lebih tinggi daripada pegawai swasta"

"ah bisa aja lo! teori darimana tuh? lo juga pegawai swasta kan? konsultan pula! hahaha."

"yaahh.. menurut beberapa orang, bagaimanapun PNS punya status sosial yang lebih tinggi. karena gak semua orang bisa jadi PNS. jadi lebih prestise gitu loh."

"hahahaha.. gw bingung banget, masih ada ya teori aneh kayak gitu. udah lah yang penting bokap-nyokap gw ridho, oke-oke aja lah. itu aja sih yang gw pikirin serius."

lagi, pembicaraan seperti ini kembali mengingatkan saya pada beberapa alasan aneh yang membuat beberapa pasangan yang saling mencintai harus mengambil langkah perpisahan sebelum mereka melangsungkan niat baik mereka untuk berkeluarga.

alasan-alasan aneh itu antara lain:
[1] perbedaan status pekerjaan (PNS dan swasta)
[2] perbedaan status sosial di masyarakat (terpandang-kurang terpandang, kaya-miskin)
[3] perbedaan status pendidikan (gelar berderet-deret dan tidak punya gelar)
[4] perbedaan suku (suku A harus dengan suku A, suku B tidak boleh menikahi suku A)

oke.. biarkan saya sedikit "marah-marah" di sini!

[1] status pekerjaan
menurut saya, apapun itu selama pekerjaan halal dan menghasilkan sesuatu yang halal pula, tidak akan menjadi masalah. toh, rejeki bisa datang darimana saja. dan kedudukan seseorang bagaimanapun terletak pada dirinya sendiri. dari tingkah laku, tutur kata dan perbuatannya. dan saya masih meyakini, bahwa orang-orang yang "mulia" akan tetap terlihat dengan sendirinya. tanpa harus berlabelkan PNS atau Swasta. lagipula, baik PNS ataupun Swasta, memiliki kesulitannya masing-masing untuk bisa masuk ke dalamnya. dan perlu intelegensi masing-masing pula. jadi, kenapa mesti dipermasalahkan?

[2]
status sosial di masyarakat
label keturunan raja, orang terpandang se-kampung, kaya dan miskin, masih menjadi alasan yang kurang make sense bagi saya. karena sepertinya, yang paling terlihat dari point ini adalah gengsi semata. malu mempunyai besan dengan orang yang lebih miskin, kurang terpandang dan bukan keturunan raja.
lalu memangnya kenapa? apakah baik tidaknya seseorang ditentukan dengan nilai-nilai seperti itu? apakah embel-embel ini menjadi tolak ukur terpenting dari sebuah hati yang baik? padahal kita tahu pasti bahwa pada jaman sekarang, sudah sangat langka ditemui orang-orang yang memiliki hati yang baik, even untuk orang-orang yang (katanya) terpandang, kaya dan keturunan. oh please... being truly human is not just about having all matters. but knowing all matters better...

[3] status pendidikan
ini lagi! point yang tidak kalah aneh. oke! pendidikan memang penting. dan tidak bohong, saya pun menginginkan seorang suami yang pandai. tapi itu bukan berarti hanya dibuktikan dengan gelar yang berderet.
saya yang mungkin sedikit akrab dengan dunia pendidikan dan penelitian, tak jarang diperlihatkan bahwa terkadang seseorang yang berlabel "Doktor" (bukan Dokter yah!) tidak sepenuhnya berkelakuan selayaknya seorang Doktor, yang seharusnya mengikuti ilmu padi yaitu "semakin berisi, semakin menunduk". demikian sebaliknya, tak jarang pula saya diperlihatkan bahwa banyak orang tanpa label memiliki kepandaian yang tidak kalah tingginya. hanya saja mungkin mereka tidak memiliki banyak "kesempatan" seperti lainnya. so, masih kah kemudian kita bersombong diri memberikan label pada seseorang? jika selalu ada langit yang lebih tinggi di atas kita?

[4] status suku
mungkin ini adalah alasan yang paling aneh yang pernah saya dengar. tapi saya kemudian mempercayainya, karena justru alasan yang paling aneh inilah yang terjadi pada saya.
ceritanya adalah saya pernah diharuskan berpisah karena saya tidak berasal dari suku yang sama dengannya. suku-nya menganggap bahwa kaum dari suku saya, susah untuk dimengerti, tidak sepaham, dan lain-lain. beberapa cara negosiasi telah diusahakan namun sayang sekali hal ini tidak dapat diganggu gugat. karena berkaitan dengan restu orang tua. dan bagi saya, jika telah menyangkut ranah ini, itu artinya harga mati yang tidak bisa ditawar. harus dituruti.
selanjutnya, saya tidak ingin berkomentar macam-macam, karena saya hanya punya satu pertanyaan: "Pernahkah saya sendiri yang meminta kepada Tuhan untuk dilahirkan sebagai bagian dari suku yang tersemat pada diri saya sekarang?"

namun diantara berbagai pikiran-sok-tau saya sebagai anak dari orang tua dan cucu / sepupu / ponakan dari bagian sebuah keluarga besar, mungkin memang ada kewajaran mengapa mereka lantas berpikiran seperti itu.

yup! kekhawatiran akan melepas sang anak untuk dipercayakan pada orang lain. apakah dirinya kelak akan juga mendapatkan "kenyamanan" yang sama seperti yang ia dapatkan sewaktu masih menjadi anaknya dulu? namun sekali lagi, saya masih berharap bahwa kelak semakin sedikit saja orang-orang yang berpikiran sempit seperti ini.

dan saya pun sangat bersyukur lahir dan besar di lingkungan keluarga yang demokratis. di tengah berbagai keinginan yang ada, saya masih diberikan kesempatan untuk menyuarakan kata-kata saya!

semoga, hal-hal aneh tadi tidak berlaku pada kalian, teman-teman! :)

*****


-dan saya pikir, anak saya kelak, harus dididik lebih bijak lagi tentang masalah ini-

read more “Tanpa Label”

Thursday, November 26, 2009

Happy Birthday, Queeniie!


seharusnya saya menulis ini 15 hari yang lalu, di saat tanggal 11 November. karena pada tanggal itulah, saya berulang tahun.

saya dalam sosok Queeniie Angela.

Queeniie tidaklah jauh berbeda dengan saya. sama-sama berkarakterkan senang bercerita, tidak pernah bisa diam dan lebih menyukai mengekspresikan dirinya melalui tulisan, walaupun dalam perjalanannya, tidak semua mampu terangkum di sini.

Queeniie sendiri pernah mengalami 2 kali masa hiatus yang cukup panjang. dari November 2008 hingga April 2009. lalu dari April 2009 hingga Agustus 2009. Tentunya dari masa-masa hiatus itu terdapat berbagai macam cerita yang mungkin bisa dimaknai bersama di sini, yang sayangnya tidak sempat terekam. namun meskipun begitu, beberapa cerita tersebut masih tersimpan rapi dalam indera saya. dan beberapa makna yang ada, masih mempengaruhi saya hingga kini.

dan karena hari ini ulang tahun Queeniie, biarkanlah saya sedikit bercerita mengenai sejarah yang menyertainya.

Queeniie lahir berdasar atas kecintaan akan menulis, atau mungkin lebih tepatnya bercerita. tidak bermaksud mengumbar suatu bagian kehidupan, namun amat sayang jika pembelajaran luar biasa yang pernah Tuhan berikan dalam kehidupan, hanya mengendap sia-sia di sisi ingatan saya saja. karena sesungguhnya kita punya kewajiban untuk berbagi ilmu walaupun sedikit kan? nah, itulah yang saya coba terapkan. di berbagai kekurangan yang ada, biarkanlah setiap pembaca di sini memaknai sendiri arti di setiap cerita yang saya tulis.

Queeniie, lahir pula atas dasar keinginan untuk mengasah rangkaian huruf-huruf itu menjadi suatu diksi yang harmonis. ya! karena saya yang sesungguhnya berlatar belakang sains, terkadang susah untuk menggali bakat "menulis" yang satu ini. katakan saja saya mungkin sedikit banyak mengetahui bagaimana menulis proposal ataupun laporan penelitian, apalagi di tempat saya bekerja sekarang, seperti makanan sehari-hari. namun ketika berhadapan dengan penulisan sajak, syair, cerpen atau novel, pengetahuan akan tulis-menulis seolah-olah bubar tak karuan begitu saja.

terkadang, jika saya membuka file lama, yang berisi celotehan saya tentang syair atau puisi, saya masih sering tertawa geli, benar-benar masih kalah jauh dari karya rekan-rekan blogger lainnya.

belum lagi, ketika saya dalam sosok Queeniie sedang kehilangan kata-kata untuk menulis, jadilah tulisan yang saya hasilkan lebih mirip sebagai "laporan perjalanan" yang tidak "bernyawa". penyakit ini yang terkadang membuat saya berhenti untuk menulis apa-apa. dan ternyata penyakit ini begitu berbahaya karena dia tidak pandang bulu menerjang saya, dia bisa datang kapan saja sekehendak hatinya tanpa peduli bahwa pada saat itu saya dalam kondisi sedih ataupun bahagia. jika begini adanya, saya hanya melepaskan diri dari Queeniie, memakan sebatang coklat, mendengarkan musik dan menikmati penyakit ini.

dan ketika sembuh, saya akan kembali lagi menjadi sosok Queeniie. yang gemar bercerita.

saya juga menjadi teringat akan saat-saat sepi pengunjung. masih awam dengan utak atik blogspot dan segenap peraturan di dalamnya tentang blogging, Queeniie menjadi benar-benar tidak terurus. dan ketika satu persatu pengunjung mulai berdatangan, dari yang sekedar mampir, membaca, hingga berbagi pengalaman, memberikan tambahan semangatnya tersendiri bagi saya untuk terus menulis dan menghasilkan rangkaian diksi yang lebih baik lagi.

maka dari itu, untuk saat yang baik ini, ijinkan saya mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya bagi seluruh pembaca yang pernah secara sengaja atau tidak sengaja mampir di sini.

selamat menulis.
selamat menikmati hidup.


salam hangat,
-saya dalam Queeniie Angela-


read more “Happy Birthday, Queeniie!”

Tuesday, November 24, 2009

I'm not Your Body and Mind!


"kamu hari ini pergi ya? sama siapa?"

kira-kira begitu lah maksud pesan singkat yang dikirimkan seseorang kepada saya beberapa waktu lalu.

saya sempat mengeryitkan dahi demi membaca pesan itu. ya. entah kenapa saya seolah-olah seperti tahanan kota yang memiliki keharusan wajib lapor 24 jam jika saya mau pergi kemana dan bersama siapa.

oke! katakan saja pada saat itu, saya sedang berada dalam naungan aura PMS, yang membuat saya menjadi begitu sensitif sehingga meributkan hal sepele seperti ini. tapi jika kejadian ini berulang, saya pikir wajar jika saya kemudian merasa sedikit terganggu. terlebih jika yang mengatakannya bukan keluarga atau orang terdekat saya.

dan karena saya adalah orang Aries, yang terkadang terlalu frontal dalam berekspresi, saya hanya menjawab sekenanya saja "gak pergi. di rumah."

di lain cerita, ketika saya ingin pergi dengan seseorang yang lain, sebut saja si A, dimana baik saya dan si A kenal juga dengan si B. dan pada saat itu, kebetulan saya tidak mengajak si B dengan alasan bukan semata pada "personal interest" tetapi memang banyak alasan logis yang tidak memungkinkan untuk mengajaknya ikut serta. maka bisa ditebak kelanjutan ceritanya seperti apa. yup! si B marah.

pada cerita berikutnya, saya kena tumpahan marah salah seorang teman yang mungkin pada saat itu dia sedang memiliki masalah pribadi yang-saya-tidak-tahu-apa-dan-saya-juga-tidak-mau-tahu-apa. yang pasti, saya bisa menilai bahwa apapun masalahnya tidak ada kaitannya dengan saya.

lalu kenapa saya yang harus dijadikan pelampiasan amarahnya? apa saat ini saya lebih mirip sebagai samsak tinju? sehingga sangat halal untuk dipukul-pukul dengan ratusan amarah? ohh. 'cmon... we're not child anymore. ada kalanya kita harus pandai memisahkan mana yang merupakan kepentingan pribadi dan mana yang harus dijaga untuk kenyamanan lingkungan sekitar.

mungkin saya juga tidak sepenuhnya berhasil melakukannya, tapi setidaknya ketika memang saya berada dalam kondisi super bad mood, saya akan menepi dari keramaian, lebih banyak diam, dan mengurangi atau bahkan tidak berinteraksi sama sekali dengan lingkungan di luar saya pribadi. karena ketika betapa pun kecilnya "pemantik", jika kita sudah berada dalam posisi yang tidak oke, maka tetap saja akan menjadi nyala api yang besar. dan jika begini sangat tidak adil bila kemudian lingkungan saya yang harus merasakannya.

[1] dalam berinteraksi dengan banyak orang, yang-memang-diciptakan-dengan-banyak-kemauan-dan-perasaan, saya mungkin tipikal orang yang bermain dalam level "kholeris". saya bisa begitu cuek bebek dan frontal dalam mengkritisi sesuatu terlebih jika saya harus direpotkan dengan aturan yang mengikat dan berlabel "mengganggu".

[2] dalam berinteraksi dengan banyak orang juga, saya sebisa mungkin berusaha membuat kondisi yang nyaman dengan lingkungan sekitar. menghargai apa yang telah menjadi batasan antara personal dan konsumsi publik. menghargai adalah terletak pada pemberian kebebasan pada siapapun untuk berteman dengan siapapun dan melakukan apapun yang disukai. menghargai adalah terletak pada koridor "memanusiakan manusia".

[3] namun ketika memang membutuhkan rekan untuk sharing, entah siapapun itu yang memintanya dan kebetulan saya bisa membantu sekecil apapun itu, maka saya akan senang hati melakukannya. tidak usah meminta dua kali, karena saya akan berusaha menyiapkan diri untuk berada di sana. dan mungkin, kalian akan terkaget-kaget melihat bahwa saya bisa menjadi begitu bertipikal "melankolis". saya bisa ikut termehek-mehek mendengar cerita curhatan, atau mungkin bisa menjadi begitu penyayang dan peduli.

yup. namun sayang, tidak semua orang memiliki perspektif yang sama dalam melihat aturan-aturan dalam berinteraksi.

jadi, maaf jika kemudian saya memegang teguh beberapa standar saya dalam berinteraksi.

seperti saya akan lebih memilih berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki level sensitivitas negatifnya kecil. atau dengan kata lain, yang tidak sedikit-sedikit ngambek karena sesuatu hal yang sangat sepele. atau gara-gara saya yang kadang suka sedikit iseng ngerjain :)

dan please... jangan paksa saya untuk bersikap pura-pura manis atau pura-pura baik-baik saja ketika saya merasa sudah terganggu dengan suatu keadaan. sama halnya untuk tidak memaksa saya untuk diatur harus berbicara dan berteman dengan siapa.

well... I'm not your body, nor your mind!


*****

PS: untuk siapapun yang membaca ini dan merasa dirinya adalah yang saya ceritakan di sini, no dear.. jangan terlalu ge-er gitu ah! :)
read more “I'm not Your Body and Mind!”

Friday, November 20, 2009

Tanda Berikutnya

"Just like the seasons, people have the ability to change, it doesn't happen very often, but when it does, it's almost right"
-Gossip Girl-

*****

ya. perubahan. itulah yang saya coba cermati akhir-akhir ini. khususnya perubahan pada suatu situasi yang-saya-sudah-terlanjur-merasa-nyaman di dalamnya.

mungkin benar kata pepatah yang mengatakan bahwa "yang paling konsisten-eksis di dunia ini adalah perubahan itu sendiri".

tapi sebelum saya melanjutkan celotehan tentang perubahan, mungkin saya ingin sedikit mengajak flash back untuk postingan lalu yang berjudul "Tanda". postingan yang berisi tentang "awal mula saya dan beberapa orang bertemu" karena memiliki sesuatu yang "sama", yang kemudian sesuatu-yang-sama itu saya menyebutnya sebagai "tanda".

sebenarnya tanda apa yang akhirnya membuat kami bertemu?

jawabannya adalah Gadget yang sama. SGH-i780.

seperti ulasan sebelumnya, tanda inilah yang kemudian membuat kami dekat satu sama lain, dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya. dari pembicaraan mengenai teknologi baru dalam dunia handphone hingga tentang beragam kisah hidup yang patut untuk dimaknai bersama.

beberapa waktu lalu juga, kami sempat hang out bareng. tepatnya untuk merayakan ulang tahun salah satu dari teman kami.

sedikit kejutan tentunya telah dipersiapkan. mulai dari tag foto kue ultah di facebook tepat pukul 12 malam, hadiah ulang tahun berupa banner dan birthday cake beneran! dan ternyata kejutan ini sukses membuat sang "Birthday Boy" merasa termehek-mehek. hehehe. (ide banner sebagai kado ulangtahun ternyata oke juga loh! you must try it someday!) and here are some photos!




well.. bisa dikatakan bahwa pada saat itu kami benar-benar menikmati keceriaan yang ada. setiap kata-kata entah kenapa menjadi lelucon yang siap membuat otot-otot di sekitar pipi bekerja ekstra keras karena terlalu seringnya kami tertawa. setiap momen terlalu berkesan hingga entah disadari atau tidak, keterikatan kami tidak lagi berupa seonggok barang SGH-i780.

namun selayaknya suatu wadah yang berisi banyak kepala, ada beberapa hal (baik yang berasal dari dalam wadah itu sendiri atau yang berasal dari pribadi masing-masing personal) yang lantas memicu perbedaan. amat wajar jika hal ini terjadi.

dan akhirnya, situasi (mungkin) tidak lagi sama. terlebih setelah mundurnya salah seorang teman dari kami.

itu bukan lah suatu yang salah. karena memang dia (teman kami yang mundur, red) mungkin harus mengubah sedikit "kondisi" dalam hidupnya untuk pencapaian tujuan hidup lainnya. dan tentu saja kami sangat menghargai itu. yang mungkin membuat kami agak terkejut adalah perubahan yang datang tiba-tiba. tepat setelah kami ber-haha-hihi pada pesta ulang tahun kemarin.

oleh karena itu, kami memang tidak bisa menampik, bahwa terkadang kami merindukan juga obrolan hangat dan canda tawa bersamanya. dan saya pun yakin jika dia akan membaca tulisan ini (walaupun entah kapan), maka dari itu saya akan mencoba mengatakan ini:

"Abang,, sekali-sekali tengoklah kami kembali. ada yang berbeda ketika abang tidak ada. kami punya banyak cerita untuk dibagi bersama. dan kami punya banyak tawa yang kurang lengkap tanpa timpalan khas kata-kata, abang. kapanpun itu, sekali-sekali tengoklah kami kembali"


well... I'm done!

dan.. okey! saya tidak mengatakannya sambil memegang tissue dan sesenggukan menangis. tapi meskipun begitu, kata-kata tadi tulus merupakan ungkapan rasa rindu kami kepada salah satu Abang kami. yup! hope to see him back, soon!

*****


-dan walaupun akan ada yang berubah (lagi), kami masih yakin bahwa kami bisa menjaga persahabatan ini. melebihi tanda yang mengikat kami terlebih dulu-


read more “Tanda Berikutnya”

Wednesday, November 18, 2009

7.16 (2)


"It is remarkable how similar the pattern of love is to the pattern of insanity"
-
Merovingian, The Matrix Reloaded-

*****

Oke! mungkin ini gila. dan mungkin kali ini saya bercanda (lagi) dengan hidup. saya tahu dengan pasti apa yang saya pertaruhkan untuk pagi ini. pekerjaan saya!

yup! saya baru beberapa bulan menempati kantor yang sekarang. dan itu artinya segala tingkah laku saya masih dalam pengawasan super ketat. salah satunya adalah ketepatan akan jadwal masuk kantor. saya beruntung waktu si Jengki Merah kemarin ngambek, saya masih datang tepat waktu setelah penuh perjuangan mencari busway. dan sekarang, setelah si Jengki membaik, saya tidak lantas mengajaknya jalan-jalan ke kantor seperti biasanya. saya kembali berjalan ke arah shelter busway dan berharap bertemu dengan wanita itu, sekali lagi.

persis seperti 2 hari yang lalu. saya menumpangi busway dengan arah berkebalikan dengan kantor. saya tepat turun setelah shelter ketiga. dengan merapikan rambut ala kadarnya, saya pun berdiri persis di tempat yang sama ketika saya melihat wanita itu pertama kali.

7.16 AM.

"seharusnya dia sudah berada di sini sekarang" batin saya dalam hati. sementara kepala saya, sibuk celingukan kiri kanan memperhatikan sekeliling.

yup! dan benar saja, tidak kurang 1 meter dari saya, wanita itu telah berada di sana. kali ini memakai baju batik dengan rok hitam selutut. dan seperti 2 hari yang lalu, dia tetap terlihat begitu cantik hari ini.

5 menit berlangsung. dan saya masih saja diam di tempat. tanpa ada keberanian sekedar untuk melangkah mendekati.

"bodoh! bodoh!" rutuk saya dalam hati. saya benar-benar seperti orang gagu. kemana perginya deretan 27 alfabet yang senantiasa berkeliaran di mulut saya? kemana perginya pula berbagai keisengan yang saya miliki ketika harus berakrab-akrab ria bersama orang baru? saya benar-benar hanya berdiri kaku. tertunduk diam dalam pikiran yang berkecamuk seorang diri. sementara jantung berdegup lebih kencang.

sampai akhirnya ketidakberdayaan saya kala itu dibuyarkan oleh sesosok bocah mungil berusia kurang lebih 5 tahun yang dengan polosnya menarik-narik pinggiran celana panjang yang saya kenakan.

bocah itu berbicara dalam bahasa yang kurang begitu saya pahami, nampak seperti bergumam "Om, Om.."

saya menunduk sembari berkata "hei, adik kecil, mama kemana?"

"Duh... adek, jangan nakal ya. Maaf ya pak" kata seorang wanita yang saya pikir ibunya itu sembari menggendong bocah tadi dan menuju antrian khusus untuk ibu hamil, lansia, atau ibu-ibu yang membawa balita. "iya, Bu.. nggak apa-apa kok" jawab saya kemudian.

dan, oke! mungkin saya perlu berterimakasih pada Tuhan, karena atas kejadian tadilah, yang-ternyata-menyita-perhatian-seluruh-calon-penumpang, membuat saya memiliki kesempatan untuk bertatap muka (walaupun tidak secara sengaja) dengan wanita cantik itu.

saya tersenyum. dan dia pun membalas senyum.

entah dia masih mengenali wajah saya 2 hari yang lalu atau tidak, saya tidak begitu peduli. karena saya lebih peduli ketika saya berhasil menemukan ke-27 alphabet yang terangkai dalam berbagai kata.


"hmm... sering naik busway dari shelter ini ya?"

"iya. saya setiap pagi selalu naik dari sini. kamu?"

"err... beberapa hari terakhir, iya. ada sedikit masalah dengan kendaraan pribadi"

"ohh begitu.. kalau saya sih sudah "langganan" dengan shelter ini"

"hahaha.. baiklah. mungkin suatu saat saya juga perlu "langganan" di shelter ini"

"hahaha... ya! cobalah sekali-sekali. tapi untuk sekarang sepertinya itu buswaynya sudah datang"


dan begitulah, 2 kali bertemu, 2 kali pula kami berbeda busway. lagi-lagi karena muatan busway yang tidak cukup menampung kami berdua sekaligus. tapi tak apalah, setidaknya kami sudah berbincang (sedikit).

dan jangan tanyakan bagaimana rasanya, okey? yang saya tahu, hari ini saya ingin terus tersenyum.

*****

PS: masih persis seperti yang diceritakan Kaisar MF pada saya.
read more “7.16 (2)”

Sunday, November 15, 2009

7.16 (1)


"mungkin wanita itu adalah wanita tercantik yang pernah terlihat oleh kedua indera saya. wanita yang menurut saya dalam tingkat proporsional terbaik. sekali lagi, Tuhan memang tidak pernah bercanda dalam menciptakan makhlukNya. makhluk yang sekarang berada tepat di depan mata saya, pagi ini."

*****

awalnya, saya pikir hari ini adalah hari yang tidak begitu berjalan baik. pagi buta, saya sudah direpotkan oleh si Jengki Merah yang tiba-tiba ngambek. Mesin motor tidak mau menyala walaupun telah beberapa kali dipancing dengan segala cara. Tidak ada pilihan lain, akhirnya harus menggunakan busway, yang-saya-teramat-sangat-yakin bahwa busway di Jakarta, terlebih di pagi hari, padatnya luar biasa.

dan benar, di shelter busway terdekat, antriannya sudah begitu panjang.

Berkali-kali saya melihat jam tangan, sambil memperhatikan antrian panjang yang sepertinya tidak bergerak maju. Setengah jam menunggu tidak juga memberikan tanda-tanda bahwa saya akan "diangkut" segera. Busway yang datang setiap 5 menit sekali pun hanya mampu menampung 5-10 orang lagi karena telah penuh oleh para penumpang dari shelter sebelumnya.

Saya menyerah, akhirnya saya memutuskan untuk menumpangi busway dengan arah berkebalikan dengan tujuan kantor. saya mundur beberapa shelter, mencari shelter yang agak sepi dan berharap agar bisa mendapatkan tempat lowong di busway nantinya.

oke, mungkin ini terkesan bolak-balik, tapi setidaknya lebih baik begini dibandingkan harus berdiam diri di shelter yang penuh sesak tadi.

setelah mundur sekitar 3 shelter, akhirnya saya menemukan shelter yang cukup sepi. saya turun dan mengantri di bagian arah balik. atau arah yang menuju kantor.

tampak di sini hanya ada beberapa orang yang menunggu. tidak sampai berjumlah 5 orang.

salah satunya adalah wanita itu.

wanita cantik yang nampak rapi dalam balutan busana kerja. rambutnya terurai sebahu. dan dari tempat saya berdiri ini, samar-samar tercium aroma parfum yang dikenakannya.

ya. saya cukup detail melihatnya. karena dia berdiri tidak begitu jauh dari saya. hanya sekitar 1 meter saja. dan sudah 5 menit berlangsung, saya masih saja memperhatikannya, yang terkadang sesekali mengutak-atik telepon genggamnya dan tersenyum sendiri. "mungkin dia sedang melihat komentar facebook" begitu pikir saya.

entah dia memiliki radar atau semacam itu, tiba-tiba saja dia menoleh dan tersenyum. ya. tersenyum ke arah saya. sepertinya dia menyadari bahwa sejak 5 menit yang lalu, mata saya tidak terlepas darinya.

"deg!" saya berdiri mematung. wajah saya kaku. bahkan belum sempat membalas senyumnya. dia sudah terlanjur pergi dengan busway yang tepat saja datang. sialnya. saya tidak bisa masuk di dalamnya karena hanya cukup untuk 1 orang saja.

okey! saya bingung. antara kesal dan malu.

tapi mungkin lebih tepat disebut "sudah jatuh, tertimpa tangga pula". si Jengki mogok. berdesakan di shelter. no busway. dan belum sempat membalas senyumnya.

okey! mungkin ini gila, tapi sepertinya saya akan datang ke shelter ini besok.

tepat pukul 7.16 AM.

semoga sang wanita itu akan ada di sini (lagi).

*****

-karena sesungguhnya kita tidak pernah tahu bagaimana cara kita bertemu dengan seseorang kan?-



PS: 7.16 persis seperti yang diceritakan oleh Kaisar MF. terimakasih sudah mau berbagi. dan membuatku penasaran!

read more “7.16 (1)”

Thursday, November 12, 2009

Sang Maha


"Saya dan David bertemu ketika dia bermain dalam sandiwara yang berdasarkan cerita pendek yang saya tulis. Perkenalan selanjutnya, membuat saya akhirnya begitu tergantung padanya.

Ketergantungan yang luar biasa merupakan gejala dari orang yang sedang dimabuk cinta. Semua bermula ketika objek yang kita puja memberikan kepada kita sesuatu yang tidak pernah berani kita akui bahwa kita menginginkannya - yang membuat kepala pusing, dan menimbulkan halusinasi - mungkin suatu gejolak emosi, cinta yang membara dan kegembiraan yang menjengkelkan. Tidak lama kita akan mengidam-idamkan perhatian yang intens itu, dengan kehausan pecandu narkotika yang untuk memiliki.

Jika candu itu tidak diberikan, kita mungkin akan menjadi sakit, gila dan menjadi lemah. Langkah selanjutnya kita akan menjadi kurus dan berdiri dengan gemetar di suatu sudut, yang ada dalam pikiran hanyalah kita mau menjual diri kita atau merampok tetangga kita untuk mendapatkan barang tersebut sekali lagi."
-Liz, Eat Pray Love-


Sama seperti Liz dan David, saya dan Tom kurang lebih pernah mengalami hal yang sama. Oke, katakan saja, saya lah yang lebih pantas disebut kecanduan dibanding Tom. kecanduan akan perhatian yang belum-pernah-saya-dapatkan dari seorang makhluk bernama Adam. kecanduan akan rasa yang tidak pernah habis ditawarkan. kecanduan akan dilingkupi rasa bahagia selayaknya putri dalam dongeng ber-genre fairy tale.

ya. rasa yang mungkin sebelumnya tidak pernah terbayang. dan begitu sekalinya mengetahui kebahagiaan di dalam sana, jadilah candu untuk saya.

Sama halnya ketika Tom harus meninggalkan saya. meninggalkan semua candu yang begitu intens dia berikan. pernahkah saya membayangkannya? tentu tidak. bahkan terlintas sedikitpun tidak pernah. yang saya sadari adalah tiba-tiba saja saya sudah diantarkan pada jalan yang berbeda dengan Tom, jalan yang tidak nyaman untuk dilewati karena rasa kelelahan akibat perseteruan yang alot selalu menemani.

Saya limbung. Saya jatuh. Saya merasa terguncang.

namun pada saat yang bersamaan pula, saya belajar banyak. belajar bangun lebih tepatnya.

peristiwa ini mengantarkan saya pada pertanyaan dasar yang sering sekali saya lupakan. "sebenarnya dalam hidup ini saya butuh siapa?"

kasih sayang Tom? cinta tulus orang tua? atau perhatian dari para sahabat terkasih?

jika hanya butuh kasih sayang seorang seperti Tom, orang tua atau sahabat, lantas mengapa Liz (dalam Eat Pray Love, red) tetap merasa gamang ketika hampir semua elemen kebahagiaan berada dalam genggamannya? elemen yang hampir diidamkan semua orang? materi cukup, suami yang setia, karir yang melejit dan kehidupan sosial yang semarak. tapi ternyata tidak bisa dipungkiri, Liz tetap merasa ada ruang kosong dalam hatinya yang tidak bisa diisi oleh elemen-elemen tadi.

dengan demikian, jawaban dari pertanyaan tadi bukan dalam elemen-elemen tersebut, kan?

ya. dan begitulah fitrah dari seorang manusia, dengan natural dia akan mencari pegangan hidup lainnya yang jauh memberikan ketenangan dan kenyamanan yang hakiki.

Jika ditinjau dari insan yang beragama, tentu sudah selayaknya bahwa jawaban dari pertanyaan siapa-yang-paling-pantas-kita-butuhkan dalam hidup adalah Dia.

Dia, yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Dia, yang berkuasa atas segalanya. Dia, yang tidak pernah mampu digambarkan. Dia, yang akan tampak nyata ketika diyakini. dan Dia yang kita sebut dengan nama Tuhan.

tapi terkadang, kita lupa melibatkan Tuhan dalam hidup. terkadang kita hanya lebih fokus pada pelaksanaan kewajiban. kita juga lebih fokus pada saya-ingin-surga dan saya-takut-neraka. dibanding makna pelaksanaan dari kewajiban itu.

hal ini juga berlaku pada saya. keberanian untuk bertanya pada diri sendiri "sesungguhnya sejauh apa saya melibatkan Tuhan dalam hidup? sejauh apa Tuhan mendarah daging dalam diri hembusan nafas saya?"

kenapa lantas saya harus limbung ketika seorang Tom meninggalkan saya?

bukannya saya harus jauh lebih limbung ketika Tuhan yang meninggalkan saya? Iya kan? seharusnya begitu kan?

saya benar-benar masih teringat jelas, ketika begitu banyak rasa sakit di hati yang kemudian terefleksikan sebagai uraian air mata kesedihan. saya berbicara padaNYA dalam bahasa yang-entah-lebih-mirip-percakapan, saya ungkapkan semua tanpa tersisa, semua marah, kecewa, kesal, ketidakberdayaan dan "ketersesatan" yang saya rasakan, hingga saya (kalau boleh dikatakan) merasakan hal yang luar biasa.

yup! saya merasa, sakit di hati disembuhkan. tangis saya dihentikan. saya jauh lebih bahagia dan tenang. Momen ini pula yang lantas menjadi langkah awal saya untuk mengenal Tuhan (lagi) dengan lebih intens dan dekat. untuk kemudian berharap, bahwa saya selalu dilingkupi oleh ketenangan seperti ini. ketenangan yang tidak kosong. ketenangan yang benar.

maka dari itu, jika saya harus bertemu dengan seseorang seperti Tom ataupun yang berbeda dari Tom sekalipun, saya hanya ingin bertemu karena saya mencintaiNYA. bukan lagi atas dasar rasa yang dangkal. Pun demikian halnya untuk cinta yang lain, kecintaan pada harta benda, orang tua ataupun sahabat, semoga mampu mengantarkan saya kepada cintaNYA. hingga hati ini senantiasa penuh dengan rasa tenang yang hakiki. tidak semu. dan selalu terjaga.

selalu terjaga untuk tetap ingin mengenal dan melibatkanNYA dalam setiap sendi kehidupan. (dan saya yakin bagian ini tidak pernah mudah).
read more “Sang Maha”

Tuesday, November 10, 2009

Di Balik Tas Belanja


B e l a n j a.

satu kata yang lebih identik dengan para wanita. satu kata yang kadang malah membuat candu bagi para wanita. dan satu kata yang pastinya butuh modal tidak sedikit.

saya, mungkin salah satu wanita yang juga punya hobi belanja. bukan yang benar-benar gila belanja sih, sampai setiap bulan harus menyisihkan budget tertentu. saya masih bisa dikategorikan sebagai "belanja normal" kok. ya... setiap ada barang lucu, rasanya tangan gatel aja buat dibawa pulang. hahaha. (jadi, masih bisa disebut belanja normal gak yah?)

lalu, kenapa wanita senang belanja?

[1] belanja, menurut saya adalah salah satu cabang dari ilmu "art". dalam belanja ada banyak hal yang harus diperhatikan. misal: dalam menentukan barang apa yang akan kita beli. sebenarnya kita penting gak sih beli baju (lagi)? beli buku? atau (buat ibu-ibu rumah tangga) beli T-set lagi? apakah barang-barang yang ada, sudah tidak berfungsi dengan baik sehingga perlu diganti dengan yang baru? hmm... untuk mikir beginian aja, pasti perlu "analisis" lebih kan? nah.. di sini salah satu art-nya.

[2] jika sudah menentukan barang apa yang akan dibeli, sentuhan seni selanjutnya adalah "hunting" tempat yang menjual barang tersebut. apakah kita akan melakukannya secara online shopping? atau langsung ke toko? itu ada plus minusnya.

saya, termasuk orang yang mulai sering belanja online sekarang. terutama untuk barang-barang yang susah ditemukan di pasaran. positifnya, saya pasti lebih menghemat waktu. karena saya hanya butuh transfer dan barang akan tiba di tangan saya pada 1 atau 2 hari kemudian. negatifnya, tentu kita semua tahu bahwa tipe belanja ini rentan terhadap penipuan, oleh karena itu perlu analisis juga tentang web-nya, reputasinya, testimoni pelanggan dan lain-lain. Tips untuk pembelian barang-barang berharga mahal, pilih saja web yang memberikan layanan COD (Cash On Delivery), yaitu sistem pembayaran dilakukan di tempat setelah kita menerima barang. ini untuk menghindari terjadinya penipuan dan memberikan kita kesempatan lebih untuk melakukan cek kondisi barang.

art juga kan? #wink

[3] nah.. ini yang gak kalah serunya. "milih model dan harga". apakah harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas barang? kalau gak, kan bisa males banget tuh. udah beli mahal, tapi baru dipakai sekali dua kali, udah rusak. di sini perlu ketelitian dan "pengetahuan" kita akan kualitas bahan. tapi memang bener kok pepatah jawa yang mengatakan "ono horgo, ono rupo"(ada harga, ada barang). yup! hampir sebagian besar, barang-barang yang ber-merk dan punya harga tersendiri, memang lebih awet. tapi kalau ada yang nemuin barang murah dan awet? hmm... it means you are so lucky!! :)

oke selanjutnya, selain harga dan kualitas adalah model. saya selalu suka dengan barang-barang yang modelnya unik tapi tidak lekang jaman. jadi ketika saya pakai kapanpun, barang-barang tersebut tidak di-cap sebagai "barang ketinggalan jaman" atau "kuno". salah satu trik untuk tidak sering-sering belanja, plus tidak jadi korban mode pastinya! :)

[4] art yang ke-empat adalah jangan pernah menyesal membeli suatu barang. apalagi kalau sebelumnya sudah analisis kiri-kanan tentang harga, model, dan tingkat kebutuhan barang. nah ini nih yang paling berat, apalagi ketika kita melihat barang yang sama kualitas dan model, yang dibandrol dengan harga yang lebih murah di tempat lain. doh! rasanya pengen lagi balikin barang yang sudah dibeli, terus beli yang lebih murah itu. no no no, darling.. jangan pernah menyesal. karena dengan begitu artinya kamu tidak merasa bahagia dalam belanja. dan itu salah satu "art"-nya.

yup. [5] belanja bikin happy! apalagi kalau pas lagi tajir, begitu liat barang lucu, langsung bisa dibeli. hihihihi.

okey! happy di sini lebih saya titik beratkan pada perjuangan kita dalam mendapatkannya. hebohnya waktu mau beli barang, hunting kiri-kanan, nawar sana-sini, sampai akhirnya ketemu yang unik dan pas sesuai kebutuhan itulah keasyikannya tersendiri. dan jujur, ketika saya memang sedikit stress dengan pekerjaan atau karena hal lain yang bikin ruwet, belanja adalah salah satu teman setia saya! :)
Miring
[6] stay on the track. artinya, untuk apa kita bahagia belanja seabreg-abreg banyaknya kalau akhir bulan kita bingung mau makan apa dan gak ada yang ditabung. doh! kalau seperti ini, tidak ada toleransi lagi untuk kemudian disebut sebagai "belanja tidak cerdas". dan tidak punya art dalam belanja :(

yup. kira-kira begitulah beberapa hal yang saya amati dari balik tas belanjaan.

kalau aturannya terlalu ribet, just go a head with your own rules and make shopping as happy as can be! 'cause shopping is our best part, ladies... hihihhihi :D


kebetulan sekali sore ini, saya baru saja pulang dari shopping. cukup dengan 2 tas plastik hasil jarahan di toko batik cirebon. 2 baju batik dengan motif khas cirebon yang saya dapatkan dengan harga yang sesuai dengan kualitasnya. satu baju berbahan katun dan satu baju lainnya berbahan sutra. keduanya multitasking :p, cocok untuk dipakai acara formal ataupun nge-date (halah. nge-date sama siapa coba? haks haks!)



okey, ladies... happy shopping then :)

-XOXO-
read more “Di Balik Tas Belanja”

Wednesday, November 4, 2009

Keluarga Baru


Siang itu, kami sedang meeting dengan salah satu “Big Boss” empu-nya kantor ini. Anggota yang hadir dalam formasi team yang lengkap. Big Boss yang akhirnya kami menyebutnya dengan sebutan “Babe” itu tampak sibuk marah-marah dalam bahasa Inggris ber-aksen Jepang. Beliau marah karena kami menurutnya sudah bertindak terlalu jauh dalam pelaksanaan project ini. Tidak step by step seperti harapannya.

Yah, maklumlah, kami adalah segerombolan anak muda yang memang terkadang tidak pernah sabar jika harus berdiam diri dalam waktu yang cukup lama.


Asal mula kantor ini bisa dikatakan sebagai sebuah project hasil kerjasama antara kampus kami dengan DIKTI, JICA (Japan International Cooperation Agency), dan Kyushu University.
Tujuan utamanya adalah sebagai mediator dalam aplikasi berbagai penelitian yang telah berkembang di kampus yang pada umumnya masih bersifat sporadis.

Yup. Disadari atau tidak, jika kita melihat ke dalam setiap fakultas hingga ke jurusan atau program studinya, sudah pasti akan ditemukan banyak penelitian yang sayang sekali jika hanya mengendap sebatas Lomba Karya Ilmiah atau proyek hibah lainnya. Dengan terbentuknya
project ini, diharapkan akan dapat memberikan media aplikasi dari penelitian tersebut, entah dengan jalan diaplikasikan melalui kerjasama antara Pemerintah Daerah atau dengan berbagai Industri yang ada. Baik berupa pilot project atau scale-up project.

Tidak mudah memang, karena umur
project ini cukup singkat, kurang lebih 2 tahun lamanya. Padahal, penelitian yang menunggu untuk diaplikasikan sudah berderet-deret jumlahnya. dan begitulah kami, bersama beberapa orang lainnya yang berasal dari background keilmuan berbeda-beda mencoba menjalankan tugas dan kepercayaan tersebut.

Untuk selanjutnya, tiap hari secara otomatis kami bertemu untuk mengkondisikan berbagai hal. melakukan "perjalanan dinas" ke berbagai Pemerintah Daerah, meeting dengan berbagai peneliti, benar-benar pengalaman yang penuh pelajaran, terutama untuk pelajaran
"How to have-a-good-damn-lobby".

Beruntung pula bahwa kami menemukan personil-personil yang solid dan bertanggung jawab, namun juga memiliki semangat humor yang tinggi. sampai-sampai saya memanggil 3 orang "senior" dari team kami dengan sebutan "pakde".

Pernah mereka membuat saya menangis haru, dikarenakan surprise yang mereka berikan.

Yup. Selembar jilbab berwarna kuning gading berhiaskan payet-payet yang berjajar rapi. Cantik.

Walaupun saya sebenarnya curiga kalau ketiga pakde itu bisa tahu persis selera wanita. dan benar, ternyata mereka membelinya dengan ditemani oleh Mbak Wida, salah seorang senior lainnya. hahaha.
spotted it!

Belum lagi cerita lain di dalamnya, pelajaran bahasa Jepang tiap pagi,
morning meeting, e-mail report tiap hari, confrence call yang heboh, birokrasi kampus yang kadang bikin ribet, student internship baru, nggosipin Babe kalau lagi kesel, atau mungkin masuk kantor yang "agak telat" kalau Babe pas lagi pulang ke Jepang. hahahaha. semuanya benar-benar memperkaya kebersamaan kami. hingga akhirnya satu-persatu dari kami harus dengan rela "pergi" dari kantor tersebut.

Adalah saya yang duluan mengambil langkah hengkang, karena pada saat itu saya dihadapkan pada penelitian skripsi yang mengharuskan saya untuk menghabiskan tiap harinya di laboratorium, amat tidak mungkin jika disambi dengan kegiatan lainnya. terlebih lagi saya juga punya tanggung jawab moral yang lebih besar, yaitu janji pada Ayah-Ibu untuk lulus tepat waktu. Sedih? itu sudah pasti. tapi memang hidup adalah pilihan, kan?

dan selanjutnya, satu-persatu juga mengambil langkah yang sama. tentunya dengan berbagai alasan yang menyertainya. Hingga akhirnya
project itu berakhir karena memang sudah harusnya berakhir dan sudah tertunaikan tugasnya.

Kini, setelah satu tahun berselang, para personil yang ada telah lulus dari pendidikannya masing-masing dan telah menghadapi jalan hidup yang berbeda-beda. Ada yang di jakarta sebagai juragan pengembang "Taman Impian Jaya Ancol", ada yang tetap keukeuh mengabdikan dirinya di birokrasi kampus, ada yang menjadi juragan "pertambangan", ada yang bekerja di perusahaan swasta terkenal, ada juga yang melanglang buana hingga ke luar pulau jawa, ada yang menjadi peneliti ^^, dan ada yang akhirnya menikah dengan sesama personil.
Yup. ternyata project ini berhasil menyatukan cinta dari dua insan yang berbeda. Tidak ayal lagi, acara resepsi pernikahan mereka beberapa waktu yang lalu menjadi ajang reuni bagi kami. dan pssstt.... sepertinya ada pasangan lain yang akan menyusul. semoga apa yang telah dibina sekarang bisa berlanjut ke jenjang pernikahan... (ammiinnnnn)


******

dan kali ini, biarkanlah saya sedikit mellow untuk menyatakan bahwa:

"Terimakasih atas ketulusan kalian dalam bersahabat, terimakasih untuk canda tawa yang pernah kita miliki bersama, terimakasih atas perhatian yang besar, terimakasih atas kasih sayang yang terikat, terimakasih karena pernah mengijinkan saya untuk memiliki kalian. Dimanapun kalian berada, semoga Sang Khalik selalu memberikan tuntunanNYA."




read more “Keluarga Baru”