Wednesday, November 18, 2009

7.16 (2)


"It is remarkable how similar the pattern of love is to the pattern of insanity"
-
Merovingian, The Matrix Reloaded-

*****

Oke! mungkin ini gila. dan mungkin kali ini saya bercanda (lagi) dengan hidup. saya tahu dengan pasti apa yang saya pertaruhkan untuk pagi ini. pekerjaan saya!

yup! saya baru beberapa bulan menempati kantor yang sekarang. dan itu artinya segala tingkah laku saya masih dalam pengawasan super ketat. salah satunya adalah ketepatan akan jadwal masuk kantor. saya beruntung waktu si Jengki Merah kemarin ngambek, saya masih datang tepat waktu setelah penuh perjuangan mencari busway. dan sekarang, setelah si Jengki membaik, saya tidak lantas mengajaknya jalan-jalan ke kantor seperti biasanya. saya kembali berjalan ke arah shelter busway dan berharap bertemu dengan wanita itu, sekali lagi.

persis seperti 2 hari yang lalu. saya menumpangi busway dengan arah berkebalikan dengan kantor. saya tepat turun setelah shelter ketiga. dengan merapikan rambut ala kadarnya, saya pun berdiri persis di tempat yang sama ketika saya melihat wanita itu pertama kali.

7.16 AM.

"seharusnya dia sudah berada di sini sekarang" batin saya dalam hati. sementara kepala saya, sibuk celingukan kiri kanan memperhatikan sekeliling.

yup! dan benar saja, tidak kurang 1 meter dari saya, wanita itu telah berada di sana. kali ini memakai baju batik dengan rok hitam selutut. dan seperti 2 hari yang lalu, dia tetap terlihat begitu cantik hari ini.

5 menit berlangsung. dan saya masih saja diam di tempat. tanpa ada keberanian sekedar untuk melangkah mendekati.

"bodoh! bodoh!" rutuk saya dalam hati. saya benar-benar seperti orang gagu. kemana perginya deretan 27 alfabet yang senantiasa berkeliaran di mulut saya? kemana perginya pula berbagai keisengan yang saya miliki ketika harus berakrab-akrab ria bersama orang baru? saya benar-benar hanya berdiri kaku. tertunduk diam dalam pikiran yang berkecamuk seorang diri. sementara jantung berdegup lebih kencang.

sampai akhirnya ketidakberdayaan saya kala itu dibuyarkan oleh sesosok bocah mungil berusia kurang lebih 5 tahun yang dengan polosnya menarik-narik pinggiran celana panjang yang saya kenakan.

bocah itu berbicara dalam bahasa yang kurang begitu saya pahami, nampak seperti bergumam "Om, Om.."

saya menunduk sembari berkata "hei, adik kecil, mama kemana?"

"Duh... adek, jangan nakal ya. Maaf ya pak" kata seorang wanita yang saya pikir ibunya itu sembari menggendong bocah tadi dan menuju antrian khusus untuk ibu hamil, lansia, atau ibu-ibu yang membawa balita. "iya, Bu.. nggak apa-apa kok" jawab saya kemudian.

dan, oke! mungkin saya perlu berterimakasih pada Tuhan, karena atas kejadian tadilah, yang-ternyata-menyita-perhatian-seluruh-calon-penumpang, membuat saya memiliki kesempatan untuk bertatap muka (walaupun tidak secara sengaja) dengan wanita cantik itu.

saya tersenyum. dan dia pun membalas senyum.

entah dia masih mengenali wajah saya 2 hari yang lalu atau tidak, saya tidak begitu peduli. karena saya lebih peduli ketika saya berhasil menemukan ke-27 alphabet yang terangkai dalam berbagai kata.


"hmm... sering naik busway dari shelter ini ya?"

"iya. saya setiap pagi selalu naik dari sini. kamu?"

"err... beberapa hari terakhir, iya. ada sedikit masalah dengan kendaraan pribadi"

"ohh begitu.. kalau saya sih sudah "langganan" dengan shelter ini"

"hahaha.. baiklah. mungkin suatu saat saya juga perlu "langganan" di shelter ini"

"hahaha... ya! cobalah sekali-sekali. tapi untuk sekarang sepertinya itu buswaynya sudah datang"


dan begitulah, 2 kali bertemu, 2 kali pula kami berbeda busway. lagi-lagi karena muatan busway yang tidak cukup menampung kami berdua sekaligus. tapi tak apalah, setidaknya kami sudah berbincang (sedikit).

dan jangan tanyakan bagaimana rasanya, okey? yang saya tahu, hari ini saya ingin terus tersenyum.

*****

PS: masih persis seperti yang diceritakan Kaisar MF pada saya.

8 komentar:

Pohonku Sepi Sendiri said...

eh mbake, ini real ato fiksi ya? jadi penasaran.. hehe..
besok masih ada yg ketiga kan? blum berakhir kan?
nice story.. :)

Azhar said...

detail...i like it!

sama kaya pohon gw ampe penasaran sampe gw buka profile lo hahahahaha

real apa fiksi??

Wellsen said...

hi..salam kenal :)
cerita yang menarik..

yansDalamJeda said...

busway.....melahirkan rindu.

Gerimis Pagi said...

Aku rasa keterlibatan emosi dan jiwa penulis bisa sangat menyatu dalam proses penulisan.Ada hal-hal yang tak bisa luput dalam penuangan gagasan. Diantaranya adalah ego sang penulis.Betapapun hebatnya berjungkir balik dengan penciptaan tokohnya, ada kalanya sang penulis tak kuasa untuk menjelmakan dirinya dalam tulisannya. Btw, asik juga short storynya...hehe...sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit. Sedikit-sedikit lama-lama jadi novel #pantungaknyambung :D

Enno said...

malu bertanya sesat di jalan kan ya?

nice story

:)

Anonymous said...

masih nunggu poto ceweknya..

*mana, mana?!*

eh, 27 alfabet? agaknya ada 1 alfabet yg gw lewatin waktu jaman SD dulu nih..
*garuk-garuk*

dswrikandi said...

@pohon,, azhar,, cerita di atas seperti yang diceritakan oleh "Kaisar MF" temen gw. gw juga penasaran sama ceritanya. tapi udah beberapa hari ini gak contact sama sang Kaisar :(

@Wellsen,, salam kenal juga.. makasih udah mampir dan drop komen yak! :)

@yans'dalam'jeda,, iya betul itu! busway melahirkan rindu!! hihihi

@gerimis pagi,, wew. terimakasih atas komentarnya, dan mungkin istilah >> "ada kalanya sang penulis tak kuasa untuk menjelmakan dirinya dalam tulisannya", saya lebih suka mengartikannya sebagai "setiap penulis akan otomatis mengeluarkan ciri khasnya tersendiri di setiap karyanya" :)

@mbak Enno,, makasih sudah berkunjung mbak.. iya betul itu! malu bertanya sesat di jalan. terlalu gerak lamban! hihihi

@dodo,, hihihi. 26 alfabet yak? mungkin karena sekolah kita beda, makanya pelajarannya juga beda. haks haks #ngeles