Friday, October 30, 2009

No Boundaries


di sela-sela weekdays yang super hectic dan di tengah berpuluh-puluh laporan penelitian yang kejar tayang, saya tetap tidak kehilangan selera humor untuk tertawa bersama teman-teman. sesekali (atau mungkin lebih tepatnya berkali-kali) mampir ke twitter dan "nyampah" di sana!

yup! itu istilah saya kalau dalam beberapa menit saja, saya sudah menggelontorkan setidaknya 10 tweet untuk meramaikan home para followers. eits! belum termasuk balas-balasan tweet dengan para following dan followers ya!

jika sudah begitu, mungkin jumlah tweet yang ada bisa sepanjang 1 postingan di blog. hahahaha. maaf ya teman-teman. karena mungkin itu cara yang lumayan ampuh untuk sedikit mengeluarkan uneg-uneg dalam kepala. dan tentunya tetap keep-in-touch dengan teman-teman di luar sana. lebih gak mungkin kan jika saya harus update status fesbuk berkali-kali? terlalu mengganggu peradaban fesbuk sepertinya! hihihihi.

*btw, gara-gara cerita ini, followers saya jangan pada langsung unfollow yah! #bighug #kiss ^^*

nah, satu dari sekian banyak tweet yang masuk ke home saya, ada satu tweet yang mungkin membuat saya #terpesona #takjub #kagum #tidak percaya #amazing! (oke, saya mulai lebay!)

tweet itu dari teman saya, molyono (silahkan follow dia, kawan), dia memberikan link salah satu berita yang isinya tentang kehidupan seorang Nenek berusia 81 tahun.

lalu apa yang tidak biasa?

[si Nenek menikah dengan pria berumur 35 tahun]

kalau diliat-liat berdasarkan umur siklus generasi pada umumnya, mungkin si Nenek bisa dikategorikan menikah dengan cucunya. wew. mantap Nek! mau tahu kronologis ceritanya? here it is...


*****

"Nenek yang bernama Sarkonah (81) ini sudah lima tahun menjalani hubungan mesranya (ciieee..) dengan Ahmad Fadholi alias Mat Jali, tetangganya yang berusia 35 tahun.

Mereka berjalan tanpa pernikahan alias kumpul kebo, di kampung mereka di Desa Dempet, RT 02/RW 09, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.


Hubungan mereka akhirnya membuat para tetangga gerah. Hubungan kedua manusia yang usianya berbeda jauh ini dinilai sudah meninggalkan nilai kesopanan.


Namun, bukan jalan kekerasan yang diambil para tetangga Sarkonah dan Mat Jali. Mereka berembuk dan sepakat menikahkan pasangan tersebut.
Akhirnya, Sarkonah, warga asal Dukuh Dempet, Desa Gringsing, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, resmi diperistri Mat Jali.

Sarkonah yang akrab dipanggil Mbah Konah tampak bersemangat dan tidak memperlihatkan perasaan malu atau risih ketika diminta menceritakan perjalanan cintanya dengan Mat Jali.


"Sebelumnya, saya memang biasa-biasa saja ketika bertemu dengan Mat Jali. Namun, akibat sering bertemu dan adanya perhatian besar dari Mat Jali, saya pun mulai mencintai dirinya," katanya. (oh My God!! nenek centil ya!!!)

Ia mengaku sering memendam perasaan rindu jika sehari tidak bertemu dengan Mat Jali.

Dengan begitu, sering kali tanpa ada perasaan sungkan, Konah pun menemui pacarnya yang bekerja mencari ikan di sungai.

"Kami berdua memang sering mencurahkan perasaan cinta itu di tepi sungai Gringsing layaknya pasangan muda yang sedang dimabuk asmara," kata nenek yang bekerja sebagai buruh tani itu. (penasaran dengan gaya pacarannya nenek-nenek? here it is guys! hihihi)

Saat ini, pasangan tersebut sudah resmi menjalani pernikahan secara sah karena telah menjalani ijab kabul di depan petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Gringsing pada 25 Oktober."


*****

okey, deh... Nence (Nenek Centil, red).... selamat hidup berbahagia ya. langgeng sampai kakek-nenek.. wait! karena sudah jadi nenek, langgeng sampai maut memisahkan deh... ammiinn... ^^

well, well, well.... percaya atau tidak? memang cinta bisa datang pada siapa saja. dan tidak terbatas.


*****


so, how about your love life?
is there any boundaries?
if you believe in it, just break the rules
and make it happened, as happy as can be... #wink

[XOXO]

read more “No Boundaries”

Monday, October 26, 2009

Tanda


rinai hujan masih menerpa kaca taksi yang saya tumpangi. sepertinya, langit begitu saja menumpahkan airnya. deras. dan ditemani beberapa kali suara gemuruh petir.

malam itu saya memang dalam perjalanan menuju suatu mall. saya dan beberapa teman berjanji bertemu di sana. mengisi malam minggu yang lebih banyak digunakan para muda-mudi untuk bercinta. sedangkan kami? biarkanlah kami menghabiskannya dengan cara kami sendiri :)

*****

3 bulan lalu.

di belakang gelora senayan.

satu sama lain tidak saling mengenal. masing-masing datang dengan "asas kira-kira". hanya ada satu tanda yang kemudian membuat kami yakin bahwa kami sudah berada di tempat yang benar.

3 bulan lalu.


saya hanya tahu sebatas nama mereka. tahu karena kami memegang tanda yang sama. hanya pertemuan singkat yang kemudian berlanjut pada pertemuan-pertemuan berikutnya. yang kemudian membawa kami dalam kisah tertentu. kisah yang mungkin lebih banyak dibumbui oleh gelak tawa tidak jelas. kisah yang lebih banyak dipenuhi oleh keusilan-keusilan aneh. kisah yang lebih banyak diwarnai dengan info teknologi tertentu. yup. karena beberapa dari kami (atau mungkin sebagian besar dari kami) adalah hi-tech-freak-people. jadi obrolan pun tidak akan pernah jauh-jauh dari new-tech. tapi perlu saya akui bahwa saya nyaman berada di sana. berada di barisan yang minim makhluk bernama wanita.

3 bulan lalu
.
semua berawal dari satu tanda itu.

dan jika engkau bertanya sekarang, ada apa dengan kami? saya hanya bisa mengatakan bahwa ternyata masing-masing dari kami menyimpan bagian kisah hidup yang unik. di balik kisah -kisah percintaan yang ruwet bin kusut, ada juga kisah hidup yang benar-benar patut diacungi jempol! tentang perjuangan dalam pekerjaan, perjuangan dalam keluarga, perjuangan untuk orang yang dikasihi ataupun perjuangan untuk diri sendiri. tidak akan pernah cukup rasanya waktu yang kami miliki untuk membahas semua itu.

padahal faktanya, kami hampir tiap saat bertemu. bertemu dalam dunia maya tentu saja. hanya sesekali saja pada akhir pekan biasanya kami bersua wajah. dan jika sudah begitu, waktu terasa berjalan teramat cepat. tiba-tiba malam sudah menjelang. padahal cerita belum lah usai. tapi ya sudah, toh begitu bubar kami akan chatting lagi. hihihihi.

3 bulan lalu.
semua berawal dari tanda itu
.

dan akhirnya juga sukses membuat tagihan pulsa kami jadi membengkak. anggaran hang out juga ikut bertambah. kenarsisan menjadi-jadi (akibat ulah salah satu dari kami yang begitu narsis. semoga dirinya tidak membaca ini. hehehe). dan tingkat keusilan yg juga semakin kreatif saja. belum lagi dengan banyaknya gosip bertebaran. sama banyaknya dengan ilmu yang juga bertebaran. mungkin ini tampak berlebihan, tapi bersyukur bisa menjadi bagian dari mereka. saya benar-benar bersyukur.

3 bulan lalu.
semua berawal dari tanda itu.

dan kita sesungguhnya tidak akan pernah benar-benar tahu kan bagaimana cara untuk bertemu dengan seseorang atau beberapa orang?


*****


"Mbak, sudah sampai tempatnya nih" suara supir taksi cukup membuat ingatan saya buyar begitu saja.

"Oh iya, Pak. tolong berhenti agak depan saja ya" kata saya sambil memberikan beberapa lembar rupiah. sambil dengan cekatan mengetik beberapa kata untuk mengabarkan bahwa saya sudah tiba dan segera berjalan ke restoran yang dimaksud.

dan begitulah, saya memasuki mall itu dengan wajah tersenyum. kira-kira ada kejutan apalagi ya sekarang?


wait! apa kalian penasaran dengan tanda yang sering saya sebutkan? dudududu.. udah ah, saya sudah ditunggu teman-teman di sana :)
read more “Tanda”

Friday, October 23, 2009

Wanita


"Seorang wanita memiliki kekuatan yang dapat mempesona laki-laki.

Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi laki-laki.

Dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri.

Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.

Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan.

Dia berkorban demi orang yang dicintainya.

Mampu berdiri melawan ketidakadilan.

Dia tidak menolak kalau melihat yang lebih baik.

Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya.

Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat.

Cintanya tanpa syarat..........

Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang.

Dia girang dan bersorak saat melihat kawannya tertawa .

Dia begitu bahagia mendengar kelahiran.

Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian.

Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup.

Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.

Hanya ada satu hal yang kurang dari seorang wanita :


Dia lupa betapa berharganya dia........"


[dari seorang sahabat, untuk semua wanita]
read more “Wanita”

Monday, October 19, 2009

Anonymous

Kali ini biarkan saya bercerita sedikit tentang "Anonymous". Sang Misterius Berbicara.
Akhir-akhir ini beberapa komentar di postingan saya diramaikan oleh Anonymous. Tidak ada yang salah memang. Toh awalnya saya sendiri yang memberikan kesempatan untuk siapapun yang berkunjung di blog ini untuk memberikan komentar sebebas-bebasnya, tanpa perlu account google, atau harus memiliki account blogger terlebih dahulu.

Hal ini saya lakukan atas pertimbangan saya sendiri yang mungkin-sok-mengerti, bahwa jika ada sebagian orang yang lebih baik berbagi cerita atau menyampaikan sesuatu ketika berada dalam fasa "tidak dikenali". Maka begitulah, akhirnya saya memberikan pengaturan terhadap komentar dengan sangat bebas. Siapapun dapat berkomentar dan tanpa aktivasi moderasi komentar.

Namun, kemudian saya menemukan sisi yang kurang begitu menyenangkan. Oleh sebagian Anonymous, kebebasan ini lantas dijadikan sebagai ajang mengkritisi tanpa etika.

Pada awalnya (kalau saya boleh sedikit bercerita tentang sejarah blog ini), saya membuat blog hanya untuk menumpahkan beberapa ide, imajinasi atau perasaan pribadi untuk dituangkan dalam rentetan kalimat yang harmonis. dengan harapan, salah satu hobi saya yang memang suka bercerita itu dapat diakomodir dengan lebih baik dan jika memang nanti ada kesempatan, saya bisa membuat sebuah karya dalam hal tulis-menulis entah dalam bentuk buku atau novel. Tapi mungkin itu nanti, sekarang saya masih harus banyak belajar.

Harapan selanjutnya adalah saya dapat berbagi cerita hidup, jika ada hal yang baik, mari kita pelajari bersama, dan jika ada yang buruk, cukuplah saya menjadi contoh bagi teman-teman sekalian. Karena sesungguhnya Sang Sutradara Hidup yang Maha Luar Biasa itu tidak akan pernah memberikan sesuatu yang sia-sia bukan? Oleh karena itu, amat disayangkan ketika memang ada cerita hidup yang dapat dimaknai bersama untuk menjadikan kita lebih baik lagi, hanya mengendap sia-sia. Nah, itulah dua point terbesar saya mengapa saya kemudian memilih blog sebagai medianya.

Bagi beberapa teman-teman setia yang mungkin setia melihat blog ini (Ge-eR mode on), ada beberapa postingan sebelumnya yang saya menceritakan tentang kisah "Tom&Angela". Ada beberapa teman yang kemudian bertanya tentang realita dari cerita itu. Apakah itu kisah nyata atau tidak. Ada yang menyangsikan juga apabila itu adalah kisah nyata, karena terdapat kesan yang berlebih-lebihan di dalamnya.

Lalu, ketika saya mengatakan itu adalah kisah nyata, apakah kalian kemudian mempercayainya? Belum tentu kan? Pasti masih ada pemikiran di belakangnya, tentang karakter dari tokoh Tom dan Angela. Emang ada ya orang yang bisa seperti itu?
Jika saya memang mengatakan ada orang yang seperti itu, apakah kemudian kalian akan percaya?

Tidak kawan! saya menulis cerita bukan hanya sekedar ingin mendapat pengakuan bahwa hal yang terjadi itu adalah kisah nyata atau tidak. Saya lebih suka dilihat dari segi bagaimana saya bercerita, menuturkan kata, dan makna di dalamnya. Karena bukankah itu esensi dari penulis? Iya kan? Sama halnya ketika kita membaca karya dari penulis sekaliber (katakanlah) Dewi Lestari, apakah kita akan lebih sibuk dengan pertanyaan "Ini kisah nyata bukan sih?". Tentu tidak kan? Kita akan lebih menyukai bagaimana cerita di dalamnya, rangkaian kalimat dan maknanya. karena memang itu adalah esensi menikmati sebuah karya. dan saya sangat yakin, ketika kita bisa melepas sedikit embel-embel "nyata atau tidak" kita akan lebih bisa menilai sebuah karya secara lebih obyektif dan kita pun akan terkaget-kaget sendiri ketika menemukan banyak pelajaran dari menikmati sebuah karya.

Kemudian, ada satu hal lagi yang masih menjadi ganjalan di hati mengenai Anonymous. Sang Misterius Bercerita.

Entah kenapa, oleh satu atau lebih anonymous, kebebasan berpendapat di blog ini kemudian dijadikan "personal attack". Saya tidak lagi dinilai dari karya, tapi dinilai secara personal. Sekali lagi, sebenarnya ini tidak salah. Jika memang dilakukan secara ber-etika. Toh, saya bukan manusia suci yang tidak punya salah sama sekali, tentunya akan ada di antara segala tutur kata atau tindakan saya yang memiliki makna salah atau tidak menyenangkan pihak lain, baik dalan unsur sengaja ataupun tidak sengaja. Namun, jika memang ingin memberikan kritikan agar saya bisa belajar memperbaiki kesalahan dan menjadi lebih baik lagi, tolong, lakukan lah dengan ber-etika.

Tidak menggunakan kata-kata sopan, tidak kemudian mencantumkan nama, hanya berkata-kata dari asumsi yang dimiliki tanpa pernah ada konfirmasi sebelumnya, tiba-tiba berpendapat tanpa saya tahu sebenarnya duduk permasalahannya, adalah hal-hal yang (maaf) saya kategorikan sebagai perbuatan mengkritisi yang kurang ber-etika.

Jika memang ingin memberikan saran kritik, bisa kok dengan cara yang jauh lebih nyaman. Berbicara dengan kata-kata baik, hubungi saya melalui email atau mungkin di blog ini, berkomunikasi melalui twitter, bertanya bukan menghakimi, berbagi bukan menyakiti, menunjukkan diri bukan bersembunyi.

'Cmon.. kita bukan anak kecil lagi, kita bisa saling belajar satu sama lain, dan saling menghargai. Toh saya yakin, tidak ada seorangpun dari kita yang menginginkan hubungan yang tidak harmonis. atau dendam pribadi, dan lain-lain. Buat apa coba? hidup di sini tidak akan selamanya. dan betapa hidup akan membuang banyak energi jika hanya kita melakukan hal-hal seperti itu.

So, maaf kalau ada beberapa pihak yang merasa tersinggung. Sekali lagi saya hanya ingin mengemukakan sedikit teori tentang mengkritisi yang ber-etika. dan sedikit teori tentang menyatakan ketidaksukaan dalam jalur yang lebih damai. Bukan untuk saya dan Anda, tapi untuk kita semua. Atas nama "persahabatan" dan "perdamaian".

Yup. dan begitulah jika akhirnya saya harus menyesuaikan beberapa pengaturan blog sekarang. Untuk komentar akan saya moderasi, dan kali ini... "Anonymous, maaf saya harus menghentikan langkah Anda sekarang". Esok, mungkin tidak akan ada lagi nama Anonymous di sini. Esok mungkin saya akan merindukan kalian, karena penasaran menebak-nebak siapa yang berkomentar. hehehe. Bagaimanapun saya tetap memberikan apresiasi besar terhadap Anda. atas kesediaannya membaca blog ini, menulis beberapa komentar, dan berbagi sedikit "asumsi" Anda tentang saya. Apapun yang pernah tertulis, berarti bagi saya. dan semoga memberikan pelajaran yang lebih baik lagi bagi saya.

Juga untuk semua yang pernah berkunjung dan membagi pengalaman ataupun menilai karya saya, saya hanya punya ucapan terima kasih. Kalian termasuk salah satu penyemangat saya untuk menulis dengan lebih baik lagi.

Sekali lagi, Terima Kasih.
read more “Anonymous”

Friday, October 16, 2009

Surat Untuk Tom


[Dear Tom..]

Sayang..

Aku tidak tahu, apakah kau akan membaca tulisanku ini atau tidak. Tapi yang pasti, untuk sekarang hanya ini yang dapat aku lakukan agar tetap berhubungan denganmu. Karena seperti apa yang pernah kita sepakati bersama, memang berhubungan secara langsung di antara kita, tidak lagi diperlukan sekarang. Karena aku butuh mengistirahatkan hati, pun begitu halnya denganmu.

Sayang..

Aku tahu mungkin aku tidak lagi boleh memanggilmu dengan sebutan itu. Jangan khawatir, itu tidak akan berarti mengajakmu kembali mengingat kenangan dulu. Panggilan itu hanya sebutan akrab untuk seseorang yang pernah aku sayangi.

Sayang..

Aku sadar, sesungguhnya tidak hanya dirimu yang berbuat tidak adil padaku. Tetapi aku juga, aku pernah berbuat tidak adil dan menyakitimu. Mungkin karena atas dasar disakiti olehmu lah, terkadang apa yang aku lakukan diliputi oleh kemarahan dan kebencian padamu. Ya. Sehingga pada akhirnya kita menjadi sama-sama buruk. Dari yang dulu pernah saling mencintai, hingga kita pernah berada dalam saling ketidakpercayaan dan caci maki. Aku selalu mengira, bahwa kau tidak pernah berpikir bagaimana sakitnya menjadi aku. Aku selalu mengira bahwa kau tidak pernah peduli padaku. Pun aku selalu mengira bahwa kau tidak lebih dari seorang laki-laki berhati jahat. Tapi aku tahu sayang.. Aku salah. Ternyata kau peduli padaku. Ternyata kau juga menyadari bahwa kau telah menyakiti aku dengan luar biasa.

Sampai akhirnya kau bercerita padaku, bahwa kau sudah mendapatkan "hukuman" dari orang-orang di sekelilingmu. Mereka mencecarmu dengan berbagai caci maki. Mereka bahkan menilai berlebihan hingga kau begitu tampak buruk di mata sebagian besar teman-temanmu. Maaf sayang.. Aku tidak tahu jika mereka berlaku demikian. Karena memang tidak ada seorangpun di antara kau dan aku yang mampu menghentikan pikiran orang lain, kan?

Hanya ini kemudian yang mampu aku sampaikan. Maka tolong sayang, dengarkanlah baik-baik..

"Aku ingin memaafkanmu. Memaafkan dengan sebenar-benarnya. Sungguh. akan aku lakukan, sayang.."

Aku akan melupakan semua kenangan buruk tentangmu. Aku akan melupakan sakit yang sudah terlanjur menggores di sini. Aku akan membuat hati yang baru, agar nanti, ya, suatu saat nanti kita bisa bertemu dalam kisah yang lebih baik lagi.

Dan aku pun meminta maaf atas segala marah dan benciku padamu, yang terkadang karena sakit yang aku rasa aku seperti punya toleransi lebih untuk menghukummu. Maaf sayang..seharusnya aku tidak seperti itu.

Toh jika aku berpikir lebih jauh, dari dirimu lah, aku banyak berproses dalam hidup.

Masih ingatkah tentang pelajaran persahabatan yang kau ajarkan padaku? Bagaimana menghargai sahabat? Dan bagaimana menyayangi sahabat? Atau mungkin tentang ini, pelajaran mencintai dan peduli pada keluarga? Lalu bagian yang ini, fokus terhadap pekerjaan dan berencana secara detail?

Dan bagian saat kau memarahiku karena aku begitu terlalu sering memiliki jadwal makan yang awut-awutan, lalu kekonyolanmu yang selalu membuatku tertawa, atau tanganmu yang selalu berusaha meneduhkanku dari terik matahari dan derasnya hujan.

Ah sayang... Baiknya dirimu mana mungkin aku akan tega terus-terusan membencimu? Karena suka atau tidak suka, ada bagian yang luar biasa tentangmu. Dan itulah yang jauh lebih terpatri.

Denganmu lah aku belajar bahagia.
Denganmu lah aku belajar mencintai.
Denganmu lah aku mempelajari realita lain dalam hidup.

Untuk itulah, aku akan memaafkanmu sayang.. Melepaskan semua sakit untuk diambil kembali olehNYA..

Tapi bisakah kau mengijinkanku untuk sekali lagi jatuh cinta? Ya. Aku mulai jatuh cinta dengan menyebut namamu dalam setiap do'a yang aku panjatkan padaNYA. Do'a yang berisi pengharapan untuk menemukanmu kembali dalam kemasan yang luar biasa lagi. Do'a yang berisi pengharapan untuk kau agar selalu diberikan yang terbaik dalam hidup. Do'a yang berisi pengharapan agar DIA senantiasa menuntun hatimu.

Untuk kali ini, tolong jangan marah padaku ya sayang... :)


Best regards,
[Queeniie Angela]



PS: Biarkanlah orang berkata apa tentang kau dan aku. Karena sesungguhnya pemilik cerita yang lengkap hanya aku, kau dan TUHAN kan? Dan biarkan mereka iri akan cerita kita yang luar biasa :)


[siapa Tom? bisa dibaca di sini]
read more “Surat Untuk Tom”

Wednesday, October 14, 2009

Terakhir? (Mungkin)


Akhir pekan ini, saya ingin sedikit menjauhkan diri dari hiruk-pikuk ibukota. Bukan untuk "berlari" lagi, hanya sekedar ingin mengistirahatkan pikiran dari ruwetnya persaingan hidup di jakarta.

Jogja. Saya pilih sebagai tempat untuk berisitirahat sejenak. "Lumayan" pikir saya. Walaupun hanya hari sabtu dan minggu saja, tapi cukup untuk mendapatkan warna baru sebagai semangat sepekan mendatang. Entah kenapa ketika saya menapakkan kaki di Jogja, seolah-olah hidup berada pada fasa slow motion. Tenang, kalem, tidak banyak gejolak dan selalu terasa homy. Ya ya ya, belum ada kota lain yang sukses membuat saya jatuh cinta padanya seperti saya jatuh cinta pada Jogja.

Selain itu, kedatangan saya ke Jogja juga ingin mendapatkan jawaban atas segudang pertanyaan saya tentangnya. Pertanyaan yang terlanjur terrefleksikan sebagai amarah dan benci. Pertanyaan yang sudah terlanjur membuat banyak salah paham terjadi. Saya akui, bahwa saya selama ini terlalu diliputi oleh pikiran sendiri yang justru semakin mengantarkan pada pikiran bahwa Dia--orang yang saya cintai adalah orang yang hanya suka menyakiti. Tidak adil tentunya bagi dirinya jika saya terus-menerus memposisikan dirinya sebagai manusia salah. Maka dari itu, saya ingin menghentikan semuanya. semua sakit, dendam, marah dan benci yang ada. Dan begitulah, saya datang ke sana, bertemu dengannya, berbicara dengannya.

Saya tiba di bandara Adi Sutjipto sekitar jam 7 malam, setelah pesawat delay 40 menit. Tidak berharap banyak bahwa dia akan menjemput, karena sebelumnya dia berkata akan ada latihan futsal jam 7 malam. dan baginya, futsal adalah harga mati yang tidak bisa ditawar atau digantikan dengan kegiatan lain. Namun, ternyata dia menjemput saya. Saya sempat Ge-eR jika dia 'mengorbankan' latihan futsalnya demi menjemput saya, padahal ternyata futsalnya diundur jam 9 malam. Hahahaha! sepertinya karena cinta yang besar padanya sampai bisa berpikir seperti itu, padahal jika ditelisik lebih jauh, saya masih dalam kondisi yang begitu marah padanya lho.. Tapi entah kenapa saya bisa-bisanya berpikir seperti itu. Mudah sekali tersentuh dengan apa yang dia lakukan untuk saya.

Kalimat pertama saya ketika melihatnya kembali setelah 4 bulan berselang adalah "Kok kamu berantakan sekali? Is that you?"

ya. saya tidak bisa menyembunyikan keheranan ketika melihat dia yang dulu-begitu-rapi sekarang benar-benar berantakan. Rambutnya lebih panjang (walaupun tidak sampai melebihi tengkuk sih..), badan yang jauh lebih kurus, baju yang sepertinya nampak asal dia ambil dari lemari pakaian, dan wajah yang kuyu. Tidak ada semangat di sana. Sangat berbeda dengan 4 bulan yang lalu atau selama 2 tahun saya menemaninya. Walaupun tidak begitu bisa dikategorikan pria yang cakep luar biasa, tapi dia selalu tampil rapi. Rambut tidak pernah dibiarkan memanjang dengan berlebihan, kaos atau baju yang dikenakan pun tidak asal, jambang yang terkadang dibiarkan sedikit tumbuh di kedua pipinya memberikan kesan bahwa dia orang yang tegas. Tapi kali ini? dia jauh dari itu semua. Dua kata untuknya "kamu berantakan"

Obrolan kami kemudian berlanjut di sebuah resto steak favourit kami. Ya. Obrolan yang dimulai dengan "Apa kabar?". Kalimat pembuka yang wagu, seperti saya bertemu orang asing. padahal dulu kami begitu dekat. Berceritalah dia tentang kuliah S2 yang sedang dijalaninya. Kehidupannya sehari-hari. Sampai akhirnya pada "kami". Apa yang terjadi antara saya dan dia, apa yang membuat saya begitu terasa disakiti. dan mengapa dia begitu berubah.

"Ceritakan padaku. Ada apa denganmu Tom? kenapa kamu menjadi orang yang sama sekali aku tidak kenal? kenapa kamu begitu tega menkhianati janjimu sendiri? kenapa kamu bahkan tega mengkhianati pelajaran hidup yang pernah kamu berikan padaku dulu? Lihat dirimu sekarang. Apakah kamu masih memikirkan tentang makna hidup?" tanya saya seperti tidak sabar mendapatkan semua penjelasannya.

"Aku tidak tahu, mungkin benar katamu. Aku sudah lupa. Aku sudah lupa bahwa aku dulu adalah orang yang pernah punya pandangan hidup yang lebih tentang menjalani kehidupan yang berkualitas. Aku lupa bagaimana rasanya aku menggebu-gebu untuk berjuang dalam hidup. Aku lupa bahwa dulu aku pernah begitu dekat dengan keluargaku, sahabat-sahabatku, dan aku lupa bahwa aku dulu pernah mencintaimu dengan luar biasa. Yang aku tahu sekarang adalah aku sudah terjebak dalam kehidupan yang tak lagi berpikir tentang makna hidup. pun aku dikelilingi oleh orang serupa yang tidak terlalu mengambil pusing tentang kehidupan esok. bersama mereka aku merasa fun, tidak lagi penting dan peduli mengenai kata orang. hanya ada aku."

"Apa kamu juga sudah lupa bahwa kamu punya Tuhan?" tanya saya dengan hati-hati.

"Ya" jawaban singkat darinya yang membuat saya pada saat itu langsung meneteskan air mata. Betapa saya terlempar akan kenangan setahun lalu, ketika dia menanyakan tentang Tuhan. Walaupun saya bukan orang yang sepenuhnya paham, tapi kami kemudian berdiskusi, belajar dan berproses bersama, sampai akhirnya Tuhan berkenan menyentuh hatinya dan kami bisa berdoa dengan menyebut nama Tuhan yang sama. Di atas semua kenangan saya tentangnya, di atas bagaimana dia mencintai saya, momen "pencarian Tuhan" lah yang paling menyentuh saya hingga kini. Namun kini, apa yang saya temui? dia kembali kehilangan Tuhan. Saya begitu merasa bersedih. Sampai saya tidak peduli lagi jika pada saat itu saya berada di tempat ramai. Dan saya yakin, beberapa pasang mata melihat ke arah kami.

"Sudah. cukup. berhentilah, Angela. apa yang kamu lakukan padaku selama 4 bulan ini sudah lebih dari cukup. Katakan saja, aku sekarang sedang terperosok dalam jurang. tidak hanya kamu tapi semua orang mencoba membantuku keluar dari jurang itu. Bahkan hingga akhirnya yang bertahan cuma dirimu dan sampai kamu pun ingin loncat ke dalam jurang itu untuk menarikku keluar. tapi entah kenapa itu malah menggangguku. karena aku merasa nyaman di jurang itu. Aku tahu betapa celakanya aku. Tapi aku tidak tahu bagaimana keluar dan aku tidak tahu kenapa aku merasa nyaman di sana."

Saya terdiam lama. Benar sudah dugaan saya selama ini. Mungkin inilah mengapa kemudian dia kemudian mengkhianati janjinya, menyakiti saya dengan kata-katanya, menyakiti saya dengan pelajaran hidup yang akhirnya dia pungkiri sendiri, atau menyakiti saya dengan bersama wanita lain. Mungkin memang inilah sebabnya.

"Aku sudah mengira sebelumnya. semua perubahan pada dirimu. dan semua usaha untuk membuatmu kembali. bukan semata-mata mencintaiku kembali. Tidak! tapi lebih dari itu. Apa lagi yang akan kamu lepaskan dalam hidupmu, Tom? semua hal yang berharga sudah hampir pergi meninggalkanmu. sahabat-sahabat terbaikmu, keluargamu, kuliahmu, kepercayaan dariku, bahkan kamu meninggalkan Tuhan. dan jika begini, memang bukan lagi ranahku. Aku akan berhenti. Saatnya aku untuk memikirkan tentang hidupku yang 4 bulan ini sering aku lupakan karena aku begitu konsen terhadap hidupmu. Sudah cukup apa yang aku lakukan. Sudah cukup energi yang aku berikan untuk berjuang melihatmu menjadi lebih baik dan diantara semua itu sudah cukup pula aku marah padamu. Aku berhenti, Tom."

"Ya. itulah yang memang harus kamu lakukan. berhentilah berjuang untukku. biarkan aku menemukan jalan kembali sendiri. biarkan aku mempelajari bagian hidup yang ini dengan caraku sendiri. sudah cukup banyak yang kamu lakukan untukku. sudah cukup banyak pula orang-orang yang mengingatkan aku jika mungkin suatu saat aku akan begitu menyesal dengan ini semua. tapi aku siap menerima resikonya. toh, aku yang akan menanggungnya. bukan kamu. bukan orang lain."

"Tapi itulah mungkin sedikit makna mencintaimu, Tom. aku mencintaimu bukan hanya sekedar perasaan antara wanita kepada pria. Aku mencintaimu bukan karena kelebihan yang melekat padamu. Aku mencintaimu tanpa batasan. Aku mencintaimu karena memang ingin mencintaimu. jika aku masih memiliki waktu untuk mendampingimu, akan aku dampingi Tom. dan biarkan kita berproses sekali lagi dalam hidup. karena bagaimanapun aku begitu ingin melihat orang yang aku cintai mendapat tempat yang paling baik di sisi-NYA. tapi pilihan mundur, mungkin memang yang terbaik sekarang."

"Aku tahu bagaimana kamu mencintaiku, Angela. Aku sadar bahwa mungkin suatu saat aku yang akan menyesal seumur hidup pernah melepaskan orang sepertimu. Tapi sayangnya, aku tidak tahu bagaimana cara kembali sekarang. Dan aku mohon kamu jangan salah sangka. wanita yang saat ini sedang bersama ku sekarang, bukan penggantimu. Tidak! mungkin aku hanya merasa fun saja bersamanya."

Saya hanya tersenyum mendengarnya berkata seperti itu. tidak ingin lagi merasa percaya diri dengan perkataannya seperti itu. Yang ingin saya lakukan sekarang, hanyalah ingin berpasrah diri saja padaNYA--sang Sutradara Hidup. Saya hanya ingin punya Tuhan sekarang. Mengobati hati yang terlanjur terkoyak dan tetap memenuhi bibir ini dengan rasa syukur padaNYA. karena sekali lagi saya diberikan kesempatan menjalani episode kehidupan yang luar biasa, memahami (sedikit) arti mencintai yang tulus, pernah berbahagia dengan begitu luar biasa ketika merasa menemukan orang yang tepat, mengetahui salah dan benarnya dari cara saya mencintai, termasuk di sana adalah berproses bersamanya. Dan biarkan Tuhan yang kali ini bertindak apa yang terbaik untuk saya dan dia. Apakah saya akan tetap mempertahankan cinta ini? Atau kemudian langsung membumihanguskan? Apakah saya akan tetap punya harapan bersamanya? Apakah dia menjadi orang yang lebih baik lagi dan kemudian meminta saya kembali? Atau dia akan benar-benar terlepas selamanya? Tidak ada yang tahu. Biarkan Tuhan yang menentukan. Dan memang hanya DIA yang tahu apa yang terbaik untuk hambaNYA.

*****

[SMS delivered. 06.45 PM]
"hanya ingin kasih kabar, kalau aku sudah sampai di Jakarta. Alhamdulillah dengan selamat...
Selamat hidup yg bahagia. Selamat menjadi lebih baik lagi. Doakan aku jg ya, supaya bisa hidup bahagia, sabar, ikhlas, dan kuat."

[1 New Message Received. Tom. 6.50 PM]
"Alhamdulillah... semoga km jg bisa menemukan kebahagiaanmu. Maaf atas semuanya dan terimakasih untuk semua hal yang kamu lakukan buat aku. Sampai jumpa."

*****


[dan kini, biarkan aku mencintaimu dalam Do'a]
read more “Terakhir? (Mungkin)”

Wednesday, October 7, 2009

Saya Tidak Pandai


Saya tidak pandai berbohong

Saya tidak pandai menyembunyikan perasaan

Saya tidak pandai berkata lemah lembut kalau memang saya tidak suka

Saya tidak pandai berpura-pura

Saya tidak pandai mengalihkan perhatian dari hal yang sangat saya suka

Saya tidak pandai menahan godaaan dari ajakan untuk backpacking

Saya tidak pandai memasak gulai, rendang atau soto ayam

Saya tidak pandai makan coklat tanpa harus mengotori jari tangan saya

Saya tidak pandai menjaga berat badan. walau porsi makan saya lebih dari kata wajar, entah kenapa saya tetap langsing. saya mau sedikit lebih gendut.

Saya tidak pandai bersikap tenang jika ada seseorang yang saya suka dan dia tepat berada di depan saya

Saya tidak pandai bersikap tenang jika saya sudah membicarakan masalah tentang Kimia. Ilmu yang sangat saya gandrungi

Saya tidak pandai menghentikan ambisi untuk menjadi peneliti

Saya tidak pandai berpaling dari membaca jurnal, artikel jika saya sedang membuat proposal penelitian

Saya tidak pandai memadamkan impian untuk mengambil kuliah S2 dan S3 di Jepang

Saya tidak pandai menyembunyikan binar bahagia ketika saya harus berkunjung ke Jogja untuk kesekian kalinya

Saya tidak pandai terlepas dari jeratan makhluk bernama kenangan

Saya tidak pandai berdiam diri jika saya bisa melakukan sesuatu yang lebih baik

Saya tidak pandai berkata dengan terus terang jika saya merindukan Ayah, Ibu dan Adik saya

Saya tidak pandai mengelak dari sesuatu hal yang bernama tantangan berikut dengan apapun jenis tantangannya

Saya tidak pandai mendendam atas segala sakit. karena entah mengapa saya selalu punya banyak maaf

Saya tidak pandai menahan tangis jika harus menonton drama korea atau jepang yang terkadang super lebay

Saya tidak pandai menyembunyikan ketertarikan saya terhadap musik jazz

Saya tidak pandai menyembunyikan kekaguman dengan orang yang memiliki prinsip hidup yang kuat

Saya tidak pandai berhenti begitu saja atau duduk manis menerima takdir jika saya masih mampu berjuang

Saya tidak pandai berhenti mencintainya, walau asa sudah menguap tanpa bekas.

Untuk yang terakhir, saya benar-benar merasa tidak pandai.
read more “Saya Tidak Pandai”

Monday, October 5, 2009

Saya Lupa, Jika Saya Kaya


Pagi ini rencananya saya hanya ingin mengawali hari yang biasa, seperti senin sebelumnya ketika saya harus kembali beraktivitas dengan urusan kantor, yang berbeda, mungkin senin ini sedikit lebih sibuk, karena saya harus menyelesaikan 8 buah laporan penelitian yang baru saya kerjakan setengahnya saja.

Pagi ini rencananya juga, saya hanya ingin merasa bahagia, dan berjanji tidak akan kalah lagi dengan tangis yang tak kunjung kering. Oh..katakan saja akhir-akhir ini saya jauh lebih sensitif daripada sebelumnya. Itulah mengapa terkadang saya masih merasa sesak sendiri dan terus-menerus berlari jauh. Ya. hingga sekarang, saya meyakini bahwa "berlari" cukup ampuh untuk tidak menyisakan tempat bagi ingatan yang menyeret saya kembali dalam pikiran "pengkhianatan". Walaupun saya tahu, saya tidak akan bisa terus-menerus "berlari". bukan ini yang akan menyelesaikan tambalan di hati yang sudah terlanjur tercerai berai.

Namun, apa yang kemudian terjadi di pagi ini justru berkata lain. Sekali lagi, keteguhan hati saya untuk melihat dia dan hatinya yang baru, kembali diuji.

Dulu, saya pernah memanggilnya dengan sebutan yang sama yang saat ini dilakukan oleh hati yang baru. dan dulu pun, dia melakukan hal yang demikian, memanggil saya dengan sebutan yang sama yang saat ini dia lakukan padanya, hati yang baru.

Saya yakin, Anda tahu persis bagaimana rasanya ketika hal itu terjadi. Ketika seseorang yang begitu Anda kasihi memperlakukan Anda dengan tepat. Saya pada saat itu seperti merasa menemukan orang yang komplit. Rasa yang ditawarkan membuat saya merasa tidak pernah cukup untuk terus memintanya berulang kali. Rasa yang ditawarkan membuat saya bersedia untuk mendampinginya dan berlari bersamanya melintasi "padang mawar berduri". Ya. Dulu sekali, saya merasa bahwa diri ini seperti seorang "Ratu tanpa Hati" . hanya duduk di singgasana dan tidak ingin turun walaupun begitu banyak pangeran berkuda putih yang lengkap membawa hantarannya. Namun tidak. Saya tidak bergeming. Dan akhirnya datanglah dia, dia yang saat ini telah memiliki hati yang baru. Dia membuat saya merasa yakin untuk berlari bersamanya dan meninggalkan segala atribut "Ratu tanpa Hati" itu. Dengannya saya diajak berlari, menelusuri setiap sudut padang mawar berduri itu. Katanya "Mengapa saya harus takut? karena mawar memang tercipta bersama durinya, tetapi bukan berarti dia hadir untuk melukai. Dia hadir untuk pelengkap fatwa para pujangga"

ya ya ya, dia benar. pada saat itu. dan lalu "Boomm!" hancurlah sudah. semuanya. hilang tidak berbekas lagi.

Jangan tanyakan berapa kali saya terjatuh dan bangkit kembali. Jangan tanyakan pula seberapa sering mata ini basah dan mengering lagi. Jangan jua tanyakan bagaimana rasanya, karena saya sudah kehabisan kata untuk menjelaskannya.

Dan kembali pada pagi ini, ketika hari menawarkan cerita lain pada saya. kembali menguji apakah saya benar-benar sudah siap atau belum.

Ya. Terkadang sesak yang terlalu saya rasakan di hati ini membuat saya lupa pada hal-hal yang sudah saya raih dan saya genggam sekarang. pada banyak keajaiban yang saya terima. pada anugerah yang Tuhan berikan. pada nafas yang masih bersarang di tubuh ini. saya lupa karena saya terlalu banyak bersedih. saya lupa untuk apa saya begitu memikirkan perjuangan jika dia tidak pernah memikirkan sedikit pun tentang mempertahankan saya. dan saya lupa bahwa saya bisa berbahagia dengan cara yang jauh luar biasa pantas saya dapatkan dibanding apa yang pernah dia tawarkan sebelumnya. ya, saya mungkin terlalu percaya diri untuk mengatakannya, tapi dia baru saja membuang emas berharga yang langka. yang mungkin tidak akan pernah ditemukan lagi di hati yang mana saja. meskipun begitu, saya akan tetap mempersilahkannya untuk pergi. jika memang dia ingin mencoba rasa yang baru. ingin mengumpulkan petualangan sebanyak-banyaknya untuk memuaskan hasratnya. pergilah. karena saya tidak akan menghalanginya. karena sesungguhnya apa yang sudah terlepas, hanya akan ada 2 kemungkinan; terlepas selamanya atau akan tergenggam kembali.

dan jika pada akhirnya sampai tergenggam kembali, tolong katakan pada dunia bahwa apa yang saya katakan selama ini padamu adalah benar.

*****


[selamat memulai petualanganmu, musafir cinta.. saya di sini. di singgasana ini. mengamatimu.]
read more “Saya Lupa, Jika Saya Kaya”