Showing posts with label Woman. Show all posts
Showing posts with label Woman. Show all posts

Monday, June 28, 2010

Miss Panic.

Miss Panic dan saya sewaktu di Thailand


sebut saja dirinya Miss Panic.

panggilan sayang yang terilhami dari sifatnya yang memang mudah panik,
mudah terkejut dan mudah bersemangat.

melalui perantara bangku kuliahlah, awal kami dipertemukan satu sama lain.
dan hampir sama dengan cerita persahabatan lain --pada umumnya, kami juga mengalami fasa belajar bersama, berorganisasi, tahun kelulusan, proses melamar pekerjaan bersama,
dan pada akhirnya, kami pun bekerja pada kantor yang sama.
see?
kami memang suka bersama-sama.
dan sepertinya Tuhan juga suka menempatkan kami bersama-sama.
tidak heran, jika hingga hari ini kami masih bersama-sama.
:)

memang belum ukuran puluhan tahun panjangnya persahabatan kami.
tapi setidaknya 6 tahun ini cukuplah menceritakan banyak hal.
berbagai rahasia saya sepertinya tersimpan rapi di sana.
dari yang bahagia, hingga tentang pukul 1 malam yang saya bangunkan paksa dirinya untuk mendengarkan raungan-tangis-untuk-orang-saya-anggap-kurang-penting-sekarang.
ahh sepertinya saya banyak berhutang padanya!

selain itu, Miss Panic ini bisa disebut juga sebagai Best Partner in Crime.
yup. kami sama-sama suka jalan. backpacking. nonton. belanja.
kami memiliki prinsip.
kami dinamis.
kami memiliki mobilitas tinggi.
kami kuat. (atau lebih tepat menguatkan diri di tengah kejamnya ibukota)
yang dibuktikan dengan membanting pintu Taksi di tengah pagi buta pukul 4, karena ribut mempermasalahkan biaya yang harus kami bayar.

ahh.. sahabat saya yang satu ini,
patut sekali untuk dihadiahi seluruh ucapan terima kasih yang ada di dunia ini.

di tengah berbagai kepanikannya,
saya belajar darinya mengenai keuangan.
dia tega untuk pelit dengan dirinya sendiri.
sedangkan saya? sepertinya terlalu banyak "excuse" :)


well, Miss Panic.
tetaplah menjadi sahabat saya.
mari kita buat cerita-cerita seru lainnya.
buktikan kepada anak cucu kelak,
kalau kita bisa mengajarkan kepada mereka tentang persahabatan yang baik.
persahabatan yang terkadang harus dibumbui sedikit marah dan kesal,
untuk membuatnya lebih berwarna.
persahabatan yang juga harus diwarnai dengan waktu untuk masing-masing,
karena memang itulah hakekatnya bersahabat,
ada kala bersama, ada kala sendiri-sendiri.
dan berbagai teori persahabatan lain,
yang sepertinya sudah kita buktikan sedikit demi sedikit.
:)

bahagialah selalu, Miss Panic.
kau tahu harus kemana jika ada yang perlu diceritakan.

#cups






P.S: sahabat saya yang lain, kali ini jangan iri ya. bukan kalian tidak penting, tapi untuk kali ini biarkan Miss Panic yang saya ceritakan ;)
read more “Miss Panic.”

Tuesday, February 9, 2010

3 Words.




Idealism. Passion. Dedication.

tiga kata itu terus-menerus berlarian dalam pikiran saya beberapa hari terakhir. kata-kata yang terkadang saya bisa memeluknya dengan optimisme yang tinggi. namun terkadang menghilang tanpa jejak bagai anak itik yang kehilangan induknya. linglung. pasrah. bagai pecundang.


di antara ketiga kata di atas yang memiliki makna kekuatan luar biasa. ada pula kata-kata "let it flow" yang juga tak kalah bahayanya.

kata-kata ini yang terkadang membuat saya selalu merasa baik-baik saja untuk berada di zona aman. zona yang didalamnya terdapat unsur magis, yang seolah menyatakan bahwa kita diperbolehkan untuk menyerahkan langkah hidup hanya bergantung pada takdir. "semua sudah ada yang mengatur" "kalau rejeki nggak akan kemana" dan segudang kalimat-kalimat serupa yang intinya adalah "excuse untuk tidak berjuang".


dan jika sudah begini, saya benar-benar merasa menjadi orang yang linglung. pasrah. bagai pecundang.


kemana perginya peta hidup yang saya agung-agungkan?

kemana perginya impian?


kemana perginya cita-cita?

saya rasa hanya terejawantahkan sebagai mimpi di siang hari.


padahal sesungguhnya saya sadar sepenuhnya, bahwa waktu sama sekali tidak pernah berhenti. perkembangan ilmu sama sekali tidak akan menanti. bahkan kesempatan pun (mungkin) akan enggan datang 2 kali.


ya, hal-hal inilah yang kemudian terus saya dengungkan. berharap dapat menjadi cambukan ampuh untuk selalu menggenggam kata-kata "Idealism. Passion. Dedication" dengan penuh semangat perjuangan.

Idealism untuk mengerahkan seluruh kemampuan sesuai tupoksi amanah yang ada.

Passion untuk selalu memiliki konsisten otak agar terus haus akan ilmu.

Dedication untuk sesuatu yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

dan tolong jangan bantah apapun tentang mimpi yang besar ini. jangan pula bangunkan saya dari mimpi yang besar ini. karena dengan begitu saya akan merasa sia-sia karena pernah diberikan berbagai macam karunia olehNYA.


hmm... bagaimana kalau begini saja; mari kita sama-sama saling mengingatkan? sama-sama saling menguatkan? sama-sama memberikan masukan positif?


sungguh. sepertinya itu sesuatu yang luar biasa.


jadi, tetaplah hidup dengan "sesuatu yang terus ingin diperjuangkan". dan biarkan hidup menjadi benar-benar hidup.


jatuh dan bangun adalah hal yang wajar untuk suatu mimpi. yang terpenting bukannya setelah jatuh adalah bisa bangun lagi?





P.S: Jangan lupa jaga kesehatan, karena itu juga modal ampuh untuk berjuang ^^
read more “3 Words.”

Wednesday, December 9, 2009

Kebisuan Yang Nyata


ini mungkin kali pertama saya mengunjungi Film Festival. namun tidak berarti kali pertama pula saya mencoba menikmati film bergenre festival - film yang dalam versi saya, lebih banyak keluar dari pakem yang sudah ada.

yang saya sukai dari film-film ini adalah sisi sinematografinya. sangat khas dengan permainan zoom-in dan zoom-out untuk suatu fokus obyek. selain itu, setiap scene-nya terkadang berlompatan tidak beraturan, muncul berbagai macam simbol, dialog yang tidak biasa dengan makna yang tersirat hingga membebaskan setiap penikmat film untuk berasumsi dengan pikirannya masing-masing.

salah satu yang saya sempat nikmati beberapa waktu yang lalu adalah "Winter Silence". suatu film yang terpaksa ditonton karena saya kehabisan tiket "Home", "Mammoth" dan "Coco Avant Chanel".

film dalam bahasa Belanda yang mengetengahkan tema tentang perjuangan seorang janda yang harus berjuang hidup bersama keempat putrinya ini, merupakan salah satu film yang paling sulit untuk dimengerti sepanjang sejarah saya menikmati suatu karya bernama film.

oke. katakan saja, mungkin karena latar belakang saya yang memang kurang pengetahuan akan film, tapi saya bisa menjamin bahwa film ini bukan diperuntukkan bagi orang awam. film yang lahir lebih sebagai buah idealisme dari sang sutradara dibanding pemenuhan kebutuhan akan selera pasar.

dan baiklah. biarkanlah saya di sini mencoba sedikit bertutur tentangnya sesuai yang mampu ditangkap oleh indera saya.

Winter Silence.

dengan durasi 70 menit dan alur yang sangat-sangat lambat, saya dipaksa untuk bersabar menunggu hingga akhir dan kemudian mengumpulkan potongan-potongan puzzle dalam scene yang benar-benar minim dialog. ya, tampaknya sang sutradara paham betul akan judul yang diusungnya "Silence", jadi ketika ada dialog pun hanya berupa kata-kata singkat yang selalu direpetisi.

ya. repetisi dan seragam.

sepertinya itu tema sinematografi dari film ini. dialog singkat yang diulang-ulang. dan gerakan keempat wanita yang seragam. ketika menjahit, maka secara bersamaan akan mengangkat tangan kanan dengan serentak, begitu juga ketika melakukan aktivitas mencuci, menjemur pakaian, memintal benang, dan membuat kue. semuanya dilakukan dalam gerakan yang seragam.





selain itu, ada beberapa simbol yang hingga akhir saya tidak mengerti mengapa simbol ini dipilih dalam film. entah karena faktor historis dari negeri Belanda tersendiri atau sekedar imaji dari sang sutradara. satu yang pasti, saya merasa ada beberapa simbol yang justru tidak berarti apa-apa. salah satunya tentang seorang pemuda yang berseragam jubah putih ala kaum mongol dan membawa cambuk. muncul beberapa kali dalam film. tapi tidak ada keterangan apa-apa tentangnya dan hingga akhir cerita pun tidak diketahui kemana rimbanya. (dan maaf saya tidak bisa memperlihatkan gambarnya di sini, mbah google sepertinya belum memasukkan dalam list gambarnya)

kemudian tentang (katakan saja) teror "manusia-manusia rusa" yang sering mencuri ketenangan di malam hari. mengapa sang sutradara memilih manusia rusa? saya tidak tahu.


yang jelas, pada akhir cerita, manusia-manusia rusa ini akhirnya menculik keempat anak gadis ibu itu. dimana menculik di sini, saya dengan bebasnya mengartikan sebagai menikahi putri-putri ibu tersebut sehingga sang ibu tidak lagi merasa berat dalam menghidupi keluarganya semenjak sang ayah meninggal.

kenapa saya mengartikan begini, karena pada akhir cerita, di setiap tempat tidur keempat putri-putrinya, sang ibu mendapatkan tanduk rusa di sana, dan sang ibu bukannya kaget mendapati anak-anaknya "menghilang" tapi malah tersenyum bahagia.

ya. sebenarnya cerita film ini sangat sederhana, tentang bagaimana seorang janda dan keempat putri gadisnya tetap berjuang untuk hidup sepeninggal sang ayah. kesedihan ketika harus menerima kenyataan itu, kemudian mendapati putri-putri yang beranjak dewasa yang secara hormonal telah memiliki keinginan untuk "ber-ulah" dengan para pria.

dari segi cerita lainnya, di dalam film ini turut menghadirkan visualisasi tentang mitos atau tradisi dari penduduk Belanda yang sibuk dengan gaya hidup di pegunungan salju atau tradisi pemakaman dan berkabung yang jarang saya lihat. unsur katholik juga sangat melekat pada film ini. yang pasti, di tengah berbagai unsur yang membingungkan di dalamnya, film ini berhasil memperoleh penghargaan sebagai "Best Sound Netherlands Film Festival", yang saya pikir penghargaan ini kira-kira diperoleh dari suara-suara angin, salju yang berjalan turun, atau derik pintu dan tapak kaki yang beradu dengan lantai kayu. bukan karena dialognya.

ya, karena film ini benar-benar menjiwai kebisuan yang nyata.


salam hangat,
-Queeniie Angela-



read more “Kebisuan Yang Nyata”

Wednesday, December 2, 2009

Saya bernama Abdi


sudah hampir setahun lamanya saya berada di sini. di suatu tempat milik Pemerintah yang didekasikan untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

rasa syukur pastinya tidak lupa saya sampaikan, karena sebagai Abdi Negara yang lebih akrab dengan kesan "tanpa kerjaan", saya di sini masih bisa melalui tiap waktunya dengan punya banyak pekerjaan. baik pekerjaan "formil" maupun "tidak formil".

tidak formil di sini bukan berarti ilegal yah! tapi lebih kepada "pengkayaan" akan ilmu pengetahuan.

ya. kesukaan saya untuk mengubek-ubek web-web sains dengan segala macam jurnal ataupun penemuan baru tentunya akan terus memberikan inspirasi agar tetap dinamis dalam berkarya. terlebih lagi karena saya menyandang nama lembaga yang berembel-embelkan "Ilmu Pengetahuan dan Teknologi", malu rasanya jika saya harus stagnan.

yup. malu!

rasa ini juga yang masih melekat dalam diri saya. dengan waktu yang hampir menginjak setahun ini, jika ditelisik lebih jauh, saya belum memberikan suatu gebrakan yang fantastis. bukan hanya demi prestise nama besar lembaga semata, tapi tentunya untuk seluruh kalangan, terutama rakyat Indonesia yang selama ini telah ikut "membiayai" gaji saya. terlebih lagi untuk masa mendatang, lembaga saya (jika jadi) akan menetapkan Reformasi Birokrasi, yaitu suatu kebijakan Pemerintah yang mengkondisikan agar organisasi di lembaga dapat memberikan layanan primanya yang sesuai dengan visi dan misinya, dengan lebih terarah dan lebih ketat pengawasannya.

satu hal yang pasti, kondisi ini diharapkan akan semakin memacu setiap pegawai untuk taat pada peraturan. baik yang berhubungan dengan jadwal kantor (yang biasanya sering terjadi pada abdi negara, hanya absen datang dan pulang, lalu kabur entah kemana. semoga kali ini tidak ada lagi. amin), kinerja yang baik (dibuktikan dengan penelitian dan aplikasinya), serta efektifitas dalam penggunaan sumber daya kantor.

karena dengan sistem yang baru ini, kami akan diajarkan "asas keadilan", what you get is what you pay. ketika bekerja sesuai dengan aturan, maka reward yang diberikan juga akan sebanding. jika tidak sesuai aturan, maka hukuman akan berlaku. jadi, bukan lagi seperti sekarang "pintar-gak pintar, rajin-gak rajin, perlakuan sama".

hmm... semoga saja Reformasi Birokrasi nanti, mampu menambah semangat saya untuk selalu menang melawan virus yang bernama "malas" atau "jenuh" dalam melakukan penelitian-penelitian. dan semoga saya juga masih bisa berkarya lebih baik lagi. mumpung saya masih "muda" dan mumpung otak saya masih mau diajak untuk berpusing-pusing ria untuk berpikir njelimet. dan satu lagi! mumpung saya belum berkeluarga, jadi saya bisa fokus mati-matian di penelitian. hehehe.

oya, rencananya esok hari, akan ada medical check up untuk saya. ritual yang menandai satu tahun saya bekerja di sini.

hmm... agak was-was juga sih, karena akhir-akhir ini pola makan saya sedikit membabi buta gara-gara keinginan saya untuk menambah berat badan yang semakin menggila.

hampir semua jenis makanan sepertinya masuk tanpa filtrasi terlebih dulu. dan semoga puasa selama 12 jam sebelum melakukan medical check up besok, bisa "menghilangkan" bekas makanan aneh-aneh saya kemarin. tolong Tuhan luluskan saya di medical check up nanti. amin.

okey!

selamat bekerja teman-teman.

selamat berkarya dengan porsimu masing-masing.

selamat mengemban amanah.

dan selamat menikmati hidup.

karena sesungguhnya, sekecil apapun bakat, kesempatan, atau jenis pekerjaan yang ada, semuanya adalah rangkaian amanah dariNYA, yang tentunya kita akan selalu terikat tanggung jawab moril padaNYA.

dan selalu mensyukurinya, akan membuat kita semakin kaya!


-salam hangat-
Queeniie Angela


read more “Saya bernama Abdi”

Tuesday, November 24, 2009

I'm not Your Body and Mind!


"kamu hari ini pergi ya? sama siapa?"

kira-kira begitu lah maksud pesan singkat yang dikirimkan seseorang kepada saya beberapa waktu lalu.

saya sempat mengeryitkan dahi demi membaca pesan itu. ya. entah kenapa saya seolah-olah seperti tahanan kota yang memiliki keharusan wajib lapor 24 jam jika saya mau pergi kemana dan bersama siapa.

oke! katakan saja pada saat itu, saya sedang berada dalam naungan aura PMS, yang membuat saya menjadi begitu sensitif sehingga meributkan hal sepele seperti ini. tapi jika kejadian ini berulang, saya pikir wajar jika saya kemudian merasa sedikit terganggu. terlebih jika yang mengatakannya bukan keluarga atau orang terdekat saya.

dan karena saya adalah orang Aries, yang terkadang terlalu frontal dalam berekspresi, saya hanya menjawab sekenanya saja "gak pergi. di rumah."

di lain cerita, ketika saya ingin pergi dengan seseorang yang lain, sebut saja si A, dimana baik saya dan si A kenal juga dengan si B. dan pada saat itu, kebetulan saya tidak mengajak si B dengan alasan bukan semata pada "personal interest" tetapi memang banyak alasan logis yang tidak memungkinkan untuk mengajaknya ikut serta. maka bisa ditebak kelanjutan ceritanya seperti apa. yup! si B marah.

pada cerita berikutnya, saya kena tumpahan marah salah seorang teman yang mungkin pada saat itu dia sedang memiliki masalah pribadi yang-saya-tidak-tahu-apa-dan-saya-juga-tidak-mau-tahu-apa. yang pasti, saya bisa menilai bahwa apapun masalahnya tidak ada kaitannya dengan saya.

lalu kenapa saya yang harus dijadikan pelampiasan amarahnya? apa saat ini saya lebih mirip sebagai samsak tinju? sehingga sangat halal untuk dipukul-pukul dengan ratusan amarah? ohh. 'cmon... we're not child anymore. ada kalanya kita harus pandai memisahkan mana yang merupakan kepentingan pribadi dan mana yang harus dijaga untuk kenyamanan lingkungan sekitar.

mungkin saya juga tidak sepenuhnya berhasil melakukannya, tapi setidaknya ketika memang saya berada dalam kondisi super bad mood, saya akan menepi dari keramaian, lebih banyak diam, dan mengurangi atau bahkan tidak berinteraksi sama sekali dengan lingkungan di luar saya pribadi. karena ketika betapa pun kecilnya "pemantik", jika kita sudah berada dalam posisi yang tidak oke, maka tetap saja akan menjadi nyala api yang besar. dan jika begini sangat tidak adil bila kemudian lingkungan saya yang harus merasakannya.

[1] dalam berinteraksi dengan banyak orang, yang-memang-diciptakan-dengan-banyak-kemauan-dan-perasaan, saya mungkin tipikal orang yang bermain dalam level "kholeris". saya bisa begitu cuek bebek dan frontal dalam mengkritisi sesuatu terlebih jika saya harus direpotkan dengan aturan yang mengikat dan berlabel "mengganggu".

[2] dalam berinteraksi dengan banyak orang juga, saya sebisa mungkin berusaha membuat kondisi yang nyaman dengan lingkungan sekitar. menghargai apa yang telah menjadi batasan antara personal dan konsumsi publik. menghargai adalah terletak pada pemberian kebebasan pada siapapun untuk berteman dengan siapapun dan melakukan apapun yang disukai. menghargai adalah terletak pada koridor "memanusiakan manusia".

[3] namun ketika memang membutuhkan rekan untuk sharing, entah siapapun itu yang memintanya dan kebetulan saya bisa membantu sekecil apapun itu, maka saya akan senang hati melakukannya. tidak usah meminta dua kali, karena saya akan berusaha menyiapkan diri untuk berada di sana. dan mungkin, kalian akan terkaget-kaget melihat bahwa saya bisa menjadi begitu bertipikal "melankolis". saya bisa ikut termehek-mehek mendengar cerita curhatan, atau mungkin bisa menjadi begitu penyayang dan peduli.

yup. namun sayang, tidak semua orang memiliki perspektif yang sama dalam melihat aturan-aturan dalam berinteraksi.

jadi, maaf jika kemudian saya memegang teguh beberapa standar saya dalam berinteraksi.

seperti saya akan lebih memilih berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki level sensitivitas negatifnya kecil. atau dengan kata lain, yang tidak sedikit-sedikit ngambek karena sesuatu hal yang sangat sepele. atau gara-gara saya yang kadang suka sedikit iseng ngerjain :)

dan please... jangan paksa saya untuk bersikap pura-pura manis atau pura-pura baik-baik saja ketika saya merasa sudah terganggu dengan suatu keadaan. sama halnya untuk tidak memaksa saya untuk diatur harus berbicara dan berteman dengan siapa.

well... I'm not your body, nor your mind!


*****

PS: untuk siapapun yang membaca ini dan merasa dirinya adalah yang saya ceritakan di sini, no dear.. jangan terlalu ge-er gitu ah! :)
read more “I'm not Your Body and Mind!”

Tuesday, November 10, 2009

Di Balik Tas Belanja


B e l a n j a.

satu kata yang lebih identik dengan para wanita. satu kata yang kadang malah membuat candu bagi para wanita. dan satu kata yang pastinya butuh modal tidak sedikit.

saya, mungkin salah satu wanita yang juga punya hobi belanja. bukan yang benar-benar gila belanja sih, sampai setiap bulan harus menyisihkan budget tertentu. saya masih bisa dikategorikan sebagai "belanja normal" kok. ya... setiap ada barang lucu, rasanya tangan gatel aja buat dibawa pulang. hahaha. (jadi, masih bisa disebut belanja normal gak yah?)

lalu, kenapa wanita senang belanja?

[1] belanja, menurut saya adalah salah satu cabang dari ilmu "art". dalam belanja ada banyak hal yang harus diperhatikan. misal: dalam menentukan barang apa yang akan kita beli. sebenarnya kita penting gak sih beli baju (lagi)? beli buku? atau (buat ibu-ibu rumah tangga) beli T-set lagi? apakah barang-barang yang ada, sudah tidak berfungsi dengan baik sehingga perlu diganti dengan yang baru? hmm... untuk mikir beginian aja, pasti perlu "analisis" lebih kan? nah.. di sini salah satu art-nya.

[2] jika sudah menentukan barang apa yang akan dibeli, sentuhan seni selanjutnya adalah "hunting" tempat yang menjual barang tersebut. apakah kita akan melakukannya secara online shopping? atau langsung ke toko? itu ada plus minusnya.

saya, termasuk orang yang mulai sering belanja online sekarang. terutama untuk barang-barang yang susah ditemukan di pasaran. positifnya, saya pasti lebih menghemat waktu. karena saya hanya butuh transfer dan barang akan tiba di tangan saya pada 1 atau 2 hari kemudian. negatifnya, tentu kita semua tahu bahwa tipe belanja ini rentan terhadap penipuan, oleh karena itu perlu analisis juga tentang web-nya, reputasinya, testimoni pelanggan dan lain-lain. Tips untuk pembelian barang-barang berharga mahal, pilih saja web yang memberikan layanan COD (Cash On Delivery), yaitu sistem pembayaran dilakukan di tempat setelah kita menerima barang. ini untuk menghindari terjadinya penipuan dan memberikan kita kesempatan lebih untuk melakukan cek kondisi barang.

art juga kan? #wink

[3] nah.. ini yang gak kalah serunya. "milih model dan harga". apakah harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas barang? kalau gak, kan bisa males banget tuh. udah beli mahal, tapi baru dipakai sekali dua kali, udah rusak. di sini perlu ketelitian dan "pengetahuan" kita akan kualitas bahan. tapi memang bener kok pepatah jawa yang mengatakan "ono horgo, ono rupo"(ada harga, ada barang). yup! hampir sebagian besar, barang-barang yang ber-merk dan punya harga tersendiri, memang lebih awet. tapi kalau ada yang nemuin barang murah dan awet? hmm... it means you are so lucky!! :)

oke selanjutnya, selain harga dan kualitas adalah model. saya selalu suka dengan barang-barang yang modelnya unik tapi tidak lekang jaman. jadi ketika saya pakai kapanpun, barang-barang tersebut tidak di-cap sebagai "barang ketinggalan jaman" atau "kuno". salah satu trik untuk tidak sering-sering belanja, plus tidak jadi korban mode pastinya! :)

[4] art yang ke-empat adalah jangan pernah menyesal membeli suatu barang. apalagi kalau sebelumnya sudah analisis kiri-kanan tentang harga, model, dan tingkat kebutuhan barang. nah ini nih yang paling berat, apalagi ketika kita melihat barang yang sama kualitas dan model, yang dibandrol dengan harga yang lebih murah di tempat lain. doh! rasanya pengen lagi balikin barang yang sudah dibeli, terus beli yang lebih murah itu. no no no, darling.. jangan pernah menyesal. karena dengan begitu artinya kamu tidak merasa bahagia dalam belanja. dan itu salah satu "art"-nya.

yup. [5] belanja bikin happy! apalagi kalau pas lagi tajir, begitu liat barang lucu, langsung bisa dibeli. hihihihi.

okey! happy di sini lebih saya titik beratkan pada perjuangan kita dalam mendapatkannya. hebohnya waktu mau beli barang, hunting kiri-kanan, nawar sana-sini, sampai akhirnya ketemu yang unik dan pas sesuai kebutuhan itulah keasyikannya tersendiri. dan jujur, ketika saya memang sedikit stress dengan pekerjaan atau karena hal lain yang bikin ruwet, belanja adalah salah satu teman setia saya! :)
Miring
[6] stay on the track. artinya, untuk apa kita bahagia belanja seabreg-abreg banyaknya kalau akhir bulan kita bingung mau makan apa dan gak ada yang ditabung. doh! kalau seperti ini, tidak ada toleransi lagi untuk kemudian disebut sebagai "belanja tidak cerdas". dan tidak punya art dalam belanja :(

yup. kira-kira begitulah beberapa hal yang saya amati dari balik tas belanjaan.

kalau aturannya terlalu ribet, just go a head with your own rules and make shopping as happy as can be! 'cause shopping is our best part, ladies... hihihhihi :D


kebetulan sekali sore ini, saya baru saja pulang dari shopping. cukup dengan 2 tas plastik hasil jarahan di toko batik cirebon. 2 baju batik dengan motif khas cirebon yang saya dapatkan dengan harga yang sesuai dengan kualitasnya. satu baju berbahan katun dan satu baju lainnya berbahan sutra. keduanya multitasking :p, cocok untuk dipakai acara formal ataupun nge-date (halah. nge-date sama siapa coba? haks haks!)



okey, ladies... happy shopping then :)

-XOXO-
read more “Di Balik Tas Belanja”

Friday, October 23, 2009

Wanita


"Seorang wanita memiliki kekuatan yang dapat mempesona laki-laki.

Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi laki-laki.

Dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri.

Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.

Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan.

Dia berkorban demi orang yang dicintainya.

Mampu berdiri melawan ketidakadilan.

Dia tidak menolak kalau melihat yang lebih baik.

Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya.

Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat.

Cintanya tanpa syarat..........

Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang.

Dia girang dan bersorak saat melihat kawannya tertawa .

Dia begitu bahagia mendengar kelahiran.

Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian.

Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup.

Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.

Hanya ada satu hal yang kurang dari seorang wanita :


Dia lupa betapa berharganya dia........"


[dari seorang sahabat, untuk semua wanita]
read more “Wanita”

Wednesday, October 7, 2009

Saya Tidak Pandai


Saya tidak pandai berbohong

Saya tidak pandai menyembunyikan perasaan

Saya tidak pandai berkata lemah lembut kalau memang saya tidak suka

Saya tidak pandai berpura-pura

Saya tidak pandai mengalihkan perhatian dari hal yang sangat saya suka

Saya tidak pandai menahan godaaan dari ajakan untuk backpacking

Saya tidak pandai memasak gulai, rendang atau soto ayam

Saya tidak pandai makan coklat tanpa harus mengotori jari tangan saya

Saya tidak pandai menjaga berat badan. walau porsi makan saya lebih dari kata wajar, entah kenapa saya tetap langsing. saya mau sedikit lebih gendut.

Saya tidak pandai bersikap tenang jika ada seseorang yang saya suka dan dia tepat berada di depan saya

Saya tidak pandai bersikap tenang jika saya sudah membicarakan masalah tentang Kimia. Ilmu yang sangat saya gandrungi

Saya tidak pandai menghentikan ambisi untuk menjadi peneliti

Saya tidak pandai berpaling dari membaca jurnal, artikel jika saya sedang membuat proposal penelitian

Saya tidak pandai memadamkan impian untuk mengambil kuliah S2 dan S3 di Jepang

Saya tidak pandai menyembunyikan binar bahagia ketika saya harus berkunjung ke Jogja untuk kesekian kalinya

Saya tidak pandai terlepas dari jeratan makhluk bernama kenangan

Saya tidak pandai berdiam diri jika saya bisa melakukan sesuatu yang lebih baik

Saya tidak pandai berkata dengan terus terang jika saya merindukan Ayah, Ibu dan Adik saya

Saya tidak pandai mengelak dari sesuatu hal yang bernama tantangan berikut dengan apapun jenis tantangannya

Saya tidak pandai mendendam atas segala sakit. karena entah mengapa saya selalu punya banyak maaf

Saya tidak pandai menahan tangis jika harus menonton drama korea atau jepang yang terkadang super lebay

Saya tidak pandai menyembunyikan ketertarikan saya terhadap musik jazz

Saya tidak pandai menyembunyikan kekaguman dengan orang yang memiliki prinsip hidup yang kuat

Saya tidak pandai berhenti begitu saja atau duduk manis menerima takdir jika saya masih mampu berjuang

Saya tidak pandai berhenti mencintainya, walau asa sudah menguap tanpa bekas.

Untuk yang terakhir, saya benar-benar merasa tidak pandai.
read more “Saya Tidak Pandai”

Monday, October 5, 2009

Saya Lupa, Jika Saya Kaya


Pagi ini rencananya saya hanya ingin mengawali hari yang biasa, seperti senin sebelumnya ketika saya harus kembali beraktivitas dengan urusan kantor, yang berbeda, mungkin senin ini sedikit lebih sibuk, karena saya harus menyelesaikan 8 buah laporan penelitian yang baru saya kerjakan setengahnya saja.

Pagi ini rencananya juga, saya hanya ingin merasa bahagia, dan berjanji tidak akan kalah lagi dengan tangis yang tak kunjung kering. Oh..katakan saja akhir-akhir ini saya jauh lebih sensitif daripada sebelumnya. Itulah mengapa terkadang saya masih merasa sesak sendiri dan terus-menerus berlari jauh. Ya. hingga sekarang, saya meyakini bahwa "berlari" cukup ampuh untuk tidak menyisakan tempat bagi ingatan yang menyeret saya kembali dalam pikiran "pengkhianatan". Walaupun saya tahu, saya tidak akan bisa terus-menerus "berlari". bukan ini yang akan menyelesaikan tambalan di hati yang sudah terlanjur tercerai berai.

Namun, apa yang kemudian terjadi di pagi ini justru berkata lain. Sekali lagi, keteguhan hati saya untuk melihat dia dan hatinya yang baru, kembali diuji.

Dulu, saya pernah memanggilnya dengan sebutan yang sama yang saat ini dilakukan oleh hati yang baru. dan dulu pun, dia melakukan hal yang demikian, memanggil saya dengan sebutan yang sama yang saat ini dia lakukan padanya, hati yang baru.

Saya yakin, Anda tahu persis bagaimana rasanya ketika hal itu terjadi. Ketika seseorang yang begitu Anda kasihi memperlakukan Anda dengan tepat. Saya pada saat itu seperti merasa menemukan orang yang komplit. Rasa yang ditawarkan membuat saya merasa tidak pernah cukup untuk terus memintanya berulang kali. Rasa yang ditawarkan membuat saya bersedia untuk mendampinginya dan berlari bersamanya melintasi "padang mawar berduri". Ya. Dulu sekali, saya merasa bahwa diri ini seperti seorang "Ratu tanpa Hati" . hanya duduk di singgasana dan tidak ingin turun walaupun begitu banyak pangeran berkuda putih yang lengkap membawa hantarannya. Namun tidak. Saya tidak bergeming. Dan akhirnya datanglah dia, dia yang saat ini telah memiliki hati yang baru. Dia membuat saya merasa yakin untuk berlari bersamanya dan meninggalkan segala atribut "Ratu tanpa Hati" itu. Dengannya saya diajak berlari, menelusuri setiap sudut padang mawar berduri itu. Katanya "Mengapa saya harus takut? karena mawar memang tercipta bersama durinya, tetapi bukan berarti dia hadir untuk melukai. Dia hadir untuk pelengkap fatwa para pujangga"

ya ya ya, dia benar. pada saat itu. dan lalu "Boomm!" hancurlah sudah. semuanya. hilang tidak berbekas lagi.

Jangan tanyakan berapa kali saya terjatuh dan bangkit kembali. Jangan tanyakan pula seberapa sering mata ini basah dan mengering lagi. Jangan jua tanyakan bagaimana rasanya, karena saya sudah kehabisan kata untuk menjelaskannya.

Dan kembali pada pagi ini, ketika hari menawarkan cerita lain pada saya. kembali menguji apakah saya benar-benar sudah siap atau belum.

Ya. Terkadang sesak yang terlalu saya rasakan di hati ini membuat saya lupa pada hal-hal yang sudah saya raih dan saya genggam sekarang. pada banyak keajaiban yang saya terima. pada anugerah yang Tuhan berikan. pada nafas yang masih bersarang di tubuh ini. saya lupa karena saya terlalu banyak bersedih. saya lupa untuk apa saya begitu memikirkan perjuangan jika dia tidak pernah memikirkan sedikit pun tentang mempertahankan saya. dan saya lupa bahwa saya bisa berbahagia dengan cara yang jauh luar biasa pantas saya dapatkan dibanding apa yang pernah dia tawarkan sebelumnya. ya, saya mungkin terlalu percaya diri untuk mengatakannya, tapi dia baru saja membuang emas berharga yang langka. yang mungkin tidak akan pernah ditemukan lagi di hati yang mana saja. meskipun begitu, saya akan tetap mempersilahkannya untuk pergi. jika memang dia ingin mencoba rasa yang baru. ingin mengumpulkan petualangan sebanyak-banyaknya untuk memuaskan hasratnya. pergilah. karena saya tidak akan menghalanginya. karena sesungguhnya apa yang sudah terlepas, hanya akan ada 2 kemungkinan; terlepas selamanya atau akan tergenggam kembali.

dan jika pada akhirnya sampai tergenggam kembali, tolong katakan pada dunia bahwa apa yang saya katakan selama ini padamu adalah benar.

*****


[selamat memulai petualanganmu, musafir cinta.. saya di sini. di singgasana ini. mengamatimu.]
read more “Saya Lupa, Jika Saya Kaya”

Wednesday, September 30, 2009

Bantu Saya, Agar Tidak Mati


Maaf, jika kali ini dan mungkin lagi, saya membawa sedikit aura yang tidak bersahabat. aura yang sedikit kelam dan menyedihkan.

bukan senang mengumbar bagian cerita hidup yang pahit maka saya lantas menulis cerita ini sekarang. sama sekali tidak! Jika saya boleh sedikit berbangga hati, saya tidak pernah kurang mendapatkan perhatian. saya begitu bersyukur bahwa di tengah gejolak hidup yang selalu menyeret saya pada pilihan "berjuang atau mati", rasa sayang dan menguatkan selalu saya dapatkan dari teman-teman yang ketulusan mereka untuk bersahabat tidak perlu diragukan lagi. hanya saja, kali ini rasa perhatian mereka belum sepenuhnya bekerja untuk menghilangkan sedikit sesak di hati. Sesak yang terjadi atas nama "pengkhianatan". Dan berharap besar, ketika saya-orang-yang-seharusnya-bertipe-kholeris-namun-kali-ini-harus-menerima-bahwa-saya-juga-bisa-merasakan-menjadi-orang-sanguinis, bisa sedikit merasa lega setelah menumpahkan beberapa kata di sini.

Ya. Kembali kepada kata "pengkhianatan".

satu kata di atas, saya sangat yakin bahwa kita semua telah mengerti secara pasti apa maknanya. satu kata yang jika disebutkan akan selalu menggiring kita pada suatu perbuatan yang tidak baik atau jahat. satu kata yang jika dilakukan akan memberikan dampak sakit yang mungkin entah bagaimana menawarnya. atau satu kata di atas yang mungkin juga bisa membenarkan seseorang untuk melakukan tuntutan balik atas apa yang ditinggalkan oleh kata itu. dan entah makna lainnya dari kata "pengkhianatan" yang pada akhirnya akan bermuara pada satu kesimpulan yaitu: perbuatan yang tidak benar.

Saya, Anda dan Kalian semua, tentunya tidak akan pernah meminta jalan hidup untuk merasakan pengkhianatan, baik hidup sebagai pengkhianat atau terlebih yang dikhianati. karena sesungguhnya tidak ada kebaikan apapun itu dari bagian cerita hidup yang ini. Saya, Anda, dan Kalian semua, pun tak akan pernah meminta jalan hidup akan dikhianati dengan begitu sempurna oleh orang yang notabene sangat dekat dengan Saya, Anda atau Kalian semua. Karena jika hal ini terjadi, maka terlalu luar biasa sakit yang ditinggalkannya dan terlalu berbahaya untuk orang-orang berlabel kholeris. Ya. Orang kholeris yang cenderung merasa dirinya selalu memiliki kekuatan penuh akan mampu menembakkan serangan bertubi-tubi pada sang pengkhianat untuk menuntut balas atas apa yang telah ditanamkannya. Dan jika begini tentunya "dunia tidak lagi damai", namun suka atau tidak suka begitulah memang efek dari "pengkhianatan".

Kemudian seperti apa saya memandang "pengkhianatan" dalam hidup?

Katakan saja, bahwa saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang hidup di muka bumi ini yang harus memiliki bagian cerita hidup yang bernama "pengkhianatan". Dan begitu luar biasanya, ketika pengkhianatan itu justru datang dari orang yang paling saya percayai. orang yang paling saya kasihi. dan orang yang begitu banyak memberikan pelajaran berharga dalam hidup saya. yang sialnya saya lupa dengan aturan bahwa orang yang terdekat dengan kita adalah orang yang paling mungkin melukai kita sedemikian hebat. Sehingga ketika kata "pengkhianatan" itu menghampiri, jelaslah sudah saya begitu limbung tidak percaya dan sesak di hati.

Mungkin Anda atau Kalian semua berpikir, jangan-jangan saya saja yang terlalu melebih-lebihkan perbuatannya atau mungkin saya juga yang begitu mudah menaruh label "pengkhianat" padanya sehingga saya memiliki cerita yang begitu dramatis seperti sekarang ini dan merasakan efek limbung yang hebat. Tolong tahan sebentar pemikiran Anda dan Kalian semua, tunggu sebentar hingga saya menceritakannya sampai akhir.

Dia. Orang yang sangat saya kenal dengan baik. Orang yang saya dampingi dengan kasih yang tulus. Orang yang saya ikuti dengan rasa percaya yang tinggi. Orang yang saya dengarkan kata-katanya dengan baik. Baru saja melemparkan saya ke tempat amarah tingkat tinggi.

Dia membalikkan semua janji-janjinya. Dia tidak lagi menggenggam kata-katanya. Dia menjilat ludahnya sendiri. Dia melukai sendiri arti dan makna dari cinta yang luar biasa yang pernah ia konsepkan sendiri. Dan dia melakukannya. Tidak lagi menjaga hati. namun justru Membagi Hati.

dan sepertinya tidak cukup baginya kesempatan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya, untuk memberikan kelonggaran baginya agar segera kembali pada jalannya yang dulu. Jalan yang membuat saya tetap teguh mendampinginya dengan kasih yang tulus. Semakin ingin saya membuatnya tetap terbingkai sebagai orang yang baik, semakin banyak pula bukti yang kemudian menghanguskannya. Semakin ingin saya tetap teguh untuk mempercayai segala janjinya, semakin besar pula kebohongan yang saya terima.

Saya Sakit. Tidak cuma sekali. Namun berkali-kali. Dan karena saya orang kholeris. Saya masih bangkit untuk menariknya kembali. Mungkin inilah kelemahan orang kholeris, tidak dapat membedakan mana hal yang patut diperjuangkan, dan mana yang tidak. Lalu apa yang kemudian saya dapatkan dari perjuangan itu? Saya Sakit (lagi).

Tidak ada lagi kini saya lihat di hatinya untuk menjaga hati saya. Tidak ada lagi sepertinya ingatannya tentang memenuhi janjinya pada saya. Tidak ada lagi sepertinya pikirannya untuk kembali lagi memberikan rasa nyaman yang saya sukai. Entah karena ada hati lain yang baru. Atau memang sudah sampai di sini saja garis cerita saya dan dia.

Kini, tangis tidak lagi bisa merefleksikan apa yang saya rasakan. Semua lebur menjadi satu ketika sedikit demi sedikit perbuatannya mulai mengikis janjinya pada saya.

Pergilah. Jika memang itu pilihannya. Pergilah jika hati yang baru lebih menarik. Tapi tolong, saya hanya ingin dihapuskan ingatan bahwa saya dulu pernah dininabobokan dengan janji yang luar biasa. Tolong, berikan saya hati yang baru. Agar esok saya tidak mati rasa, mampu memaafkannya, dan mampu mempercayai arti cinta yang tulus sebenar-benarnya.

Ya. Bantu saya, agar tidak mati rasa.
read more “Bantu Saya, Agar Tidak Mati”

Saturday, September 26, 2009

Berawal Dari Perempuan


Tergelitik ketika melihat iklan sebuah produk kecantikan di televisi. Iklan yang salah satu tag line-nya adalah "Kekuatan Suatu Bangsa Berawal dari Perempuan".

Yup. Saya sangat setuju. Bukan karena saya perempuan ya. Lantas kemudian mengagungkan tag line tersebut dan mengesampingkan para pria. Tidak! Tidak! hanya saja kata-kata itu tepat adanya.

Kenapa? Mari kita sedikit menyelami analisis saya yang mungkin super ngawur ini ^^

Kita semua sudah sangat mahfum, bahwa perempuan diberi kodrat untuk mengandung dan dari rahim mereka pula lah, putra putri anak cucu Adam dilahirkan. Tidak mudah sama sekali memang ketika dalam masa mengandung. Setidaknya itu yang saya ketahui dari ibu-ibu hamil yang saya kenal. Mereka harus begitu konsen dengan apa yang mereka lakukan dan memastikan bahwa apa yang mereka usahakan telah mampu memenuhi kebutuhan Ibu dan sang calon bayi. Tentunya dalam hal ini sang Ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup agar dapat memberkan yang terbaik.

Tentang nutrisi, sang Ibu setidaknya harus mendapatkan asupan minimal 2500 kalori setiap hari, dengan kebutuhan protein 85 g/hari, kalsium 1,5 g/hari, zat besi 30 mg/hari, asam folat 0,4 mg/hari, plus ditambah vitamin-vitamin lainnya. Ibu pun harus mengetahui dengan cermat bagaimana pola hidup yang sehat. kebutuhan tidur, olahraga, bekerja, baik itu dari trimester pertama hingga ketiga, sehingga harapannya dapat memberikan kesehatan fisik yang baik terhadap sang bayi. Salah sedikit saja, mungkin dapat membahayakan keduanya.

Lalu bagaimana dengan kesehatan psikis sang bayi?

Sudah tidak asing bagi kita semua, jika banyak kegiatan baik yang dapat merangsang sistem saraf motorik bayi. Mendengarkan musik klasik, gerakan mengelus tanda sayang dari sang Ibu, atau kegiatan Ibu yang membacakan cerita dan mengajak ngobrol si jabang bayi semuanya dilakukan agar anaknya kelak memiliki kepekaan terhadap lingkungan, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi yang baik.

Saya jadi teringat ketika melihat seorang Ibu yang mulai mengenalkan TUHAN pada sang anak ketika masih berada dalam kandungan. Tidak jarang Ibu itu menceritakan kisah para nabi dan rasul, kemudian setiap akan melakukan sesuatu, Ibu senantiasa mengajak berbicara si bayi untuk berdoa terlebih dahulu. Dan yang luar biasanya adalah sang bayi memberikan respon menyerupai gerakan "menendang" perut Ibunya. ya ya ya! sepertinya bayi itu mulai mengerti maksud Ibunya. Saya yang melihat hanya bisa terpana takjub sambil berdoa dalam hati agar kelak anaknya dapat menjadi pribadi yang akan selalu berjalan ke arahNYA. Jika begini adanya, maka benar adanya pepatah yang mengatakan "ilmu itu dapat dikejar sejak dalam rahim hingga liang lahat".

Sekali lagi saya sangat bersyukur karena diberi kesempatan untuk menyaksikan "keajaiban-keajaiban" dari Ibu dan Anaknya. Memang, ternyata ada hasil yang berbeda dari perjuangan Ibu yang "sangat konsen" dengan pendidikan anaknya dan perjuangan Ibu yang mungkin "kurang begitu konsen" terhadap pendidikan anaknya. Tidak usah dilihat dari hal yang besar seperti pola pikir atau semacamnya, tapi hal kecil seperti: mengucapkan salam ketika masuk rumah, berkata terimakasih ketika dibantu atau diberikan sesuatu, membaca doa sebelum melakukan sesuatu, berkata maaf ketika berbuat salah, hal-hal kecil inilah yang kemudian menjadi cikal bakal dari "kecerdasan emosional" yang kita tahu itu sangat mahal harganya.

Dan jika bukan karena kerja keras Ibu, maka bagaimana hal itu dapat tercapai?

Mungkin, saya adalah orang yang berpikiran masih cukup kolot. Masih meyakini bahwa lembaga pendidikan yang paling dasar dan utama dari keluarga. Lingkungan, Lembaga Pendidikan resmi, teman-teman ataupun pengalaman hidup, saya pikir hanyalah unsur penambah dan penguat dari "ilmu dasar" yang diperoleh dalam keluarga. Dan dengan ilmu itulah, kelak para putra-putri ini yang kemudian memiliki tanggung jawab besar. Generasi Penerus Bangsa. Jika benar mereka dididik, maka hampir besar kemungkinannya mereka akan menjadi "orang yang benar" pula.

Jadi, apakah kekuatan suatu bangsa berawal dari perempuan? saya masih dengan lantang menjawabnya "IYA!" ^^
read more “Berawal Dari Perempuan”