Friday, February 19, 2010

Ababil.


apa jadinya jika seorang Remaja yang berlabel "ABG" masih punya jiwa psikologis yang labil? yup! itulah yang kemudian disebut "Ababil" alias "ABG Labil"

entah ada pergeseran budaya dan/atau dekadensi moral dan/atau pengaruh negatif yang luar biasa keras, nampaknya remaja-remaja Indonesia jaman sekarang lebih banyak suka meributkan hal-hal yang teramat-sangat-tidak-penting atau mungkin sebenarnya bagian dari kegiatan mencari sensasi saja? entahlah.

masih ingat kasus Rana? yang melalui account twitter, ia menyatakan bahwa "pengguna BB adalah alay" (oh Tuhan, bahasa apa lagi ini "alay"?) dan kontan saja akibat ulahnya itu, dia banyak menuai komentar pedas yang tentu saja isinya mengecam pernyataan semena-menanya itu.

walaupun saya bukan pengguna BB (karena saya lebih suka disebut wanita ber-windows mobile. oke, ini info nggak penting!), tapi saya juga kurang menyetujui tindakannya. karena entah alasan apapun di belakangnya, BB dalam kacamata saya adalah smartphone yang jika difungsikan dengan benar, maka lebih sekedar untuk chatting dan facebooking atau tweeting unlimited. buktinya banyak rekan kerja saya yang merasa terbantu dengan adanya layanan internet untuk BB yang menjangkau wilayah "real time".

dan sekarang setelah badai Rana mereda, muncul lagi Marsha. (masih) melalui account twitter, ia berkata bahwa "sekolah swasta itu lebih baik dari sekolah negeri. dan karena orang tua gue kaya, makanya gue sekolah di sekolah swasta".

ya Tuhan! apa-apaan sih para ABG ini?

dan bisa ditebak dong kelanjutan ceritanya seperti apa. sebelas-dua belas dengan Rana, Marsha pun mendapat komentar-komentar panas yang langsung menyerangnya tanpa ampun. beda halnya dengan Rana, jika Rana langsung meminta maaf dan (kalau tidak salah) menutup account blog/twitter-nya, sedangkan Marsha masih terus defensif dengan perkataan-perkataan yang tidak-kalah-"tidak-penting"-lainnya.

oke, berlanjut ke peristiwa lainnya lagi yang tidak kalah heboh.

tentunya ingat kasus Arie-Nova Marietta kan? yang bertemu lewat facebook dan kemudian melarikan diri. ya Tuhan! mereka masih berumur 14 tahun! perjalanan mereka masih teramat sangat panjang. bahkan saya yang sudah berumur 23 tahun saja merasa bahwa perjalanan saya masih panjang. masih perlu banyak berilmu. banyak beramal. banyak berbenah diri. masih begitu banyak tugas yang menanti.

sedangkan mereka sudah merasa mendapatkan "pernikahan seumur hidup" "dunia milik berdua" "cinta mati" dan sebagainya. bagaimana jika mereka punya anak kelak? padahal kita sepenuhnya sadar, bahwa biaya pendidikan di jaman sekarang tidak murah, belum lagi biaya kesehatan, sandang-pangan-papan yang luar biasa mahalnya. lalu dengan apa mereka akan membeli kepentingan-kepentingan itu?

ya Tuhan. benar-benar miris melihat tingkah polah remaja jaman sekarang.

entah hanya perasaan saya saja, atau kacamata pengamatan saya yang kelewat sempit, namun saya amat jarang sekarang mendengarkan berita mengenai remaja yang berprestasi atau berbagai pengumuman mengenai kompetisi ilmu yang bergengsi.

sebut saja olimpiade, pelajar teladan, cerdas cermat, debat bahasa inggris dan berita senada lainnya yang setidaknya membuat decak kagum orang se-Indonesia Raya. sekarang, seolah-olah trend fashion terbaru, berita-berita tentang "Ababil" malah merajai stasiun-stasiun TV di Indonesia.

apabila dirunut benang merahnya, sedikit-banyak tentunya hal ini berkaitan dengan cara pendidikan yang diberikan oleh orang tua. bagaimana bentuk pengawasan mereka. nilai-nilai yang ditanamkan dalam hubungan kekeluargaan. rasa "hormat dan patuh" pada orang tua. hingga kebiasan-kebiasaan dalam rumah.

mungkin benar adanya, jika budaya yang sedikit "kolot" justru ada baiknya untuk dipertahankan. seperti mengharuskan anak pulang tepat waktu, makan bersama di meja makan, pengawasan terhadap tontonan televisi, pengawasan terhadap teman-teman di lingkungannya, membiasakan agar anak punya rasa "takut" pada orang tua. setidaknya hal-hal tersebut nantinya semakin menyadarkan dan memberikan pemahaman pada sang anak, bahwa ada batasan-batasan dalam berperilaku. dan usaha untuk menjaga nama baik orang tua dan pribadi.

oke. mungkin saya belum punya anak, sehingga seolah-olah merasa mudah menjabarkan teori mengenai pendidikan anak yang baik. tapi, setidaknya saya pernah menjadi seorang anak-anak dan remaja, dan saya pernah melihat bagaimana saya dididik oleh orang tua.

dan berikut tips untuk Ababil supaya waktu mereka tidak sia-sia plus tidak merepotkan orang lain dengan tingkah polah mereka yang labil:
  1. daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik dimasukkan ke sekolah kepribadian
  2. daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik kursus piano, atau tata-boga
  3. daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik les bahasa Inggris atau bahasa Cina
  4. daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik dimasukkan ke kelompok Karya Ilmiah Sekolah
  5. daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik dipenjarakan dengan buku-buku di Perpus
  6. daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik dibayarin buat ikut seminar ESQ
  7. daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik disuruh maen Teater
  8. daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik ikut LSM Peduli Lingkungan
  9. daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik disuruh ikut kelompok prakarya tas Luis Vitton (emang ada gitu? oke. ini salah satu saran dari teman)

yup. begitulah kira-kira pandangan saya sebagai Generasi yang Lebih Dulu Tua melihat fenomena Ababil yang merajai Indonesia Raya. sedangkan untuk bagian tips, itu hanya sedikit ide "gila" :)


read more “Ababil.”

Thursday, February 18, 2010

Augusteum


Saya memperhatikan Augusteum, dan berpikir barangkali hidup saya sebenarnya tidak terlalu kacau. Sebenarnya yang kacau adalah dunia ini, membawa perubahan kepada kita semua, tanpa satu orang pun dapat mengantisipasinya. Augusteum memperingatkan saya untuk tidak terbelenggu dalam pemikiran-pemikiran kuno mengenai siapa saya, atau fungsi apa yang pada mulanya diperuntukkan bagi saya. Kemarin saya mungkin menjadi sebuah monumen yang mempesona bagi seseorang, benar - tetapi besok saya dapat menjadi gudang tempat menyimpan kembang api. Bahkan di Kota Abadi, kata Augusteum dalam diam, kita harus selalu siap untuk menghadapi kekacauan dan gelombang transformasi yang tak henti-hentinya.
-Eat, Pray, Love-


Bagian itu sempat saya baca berulang kali dalam buku "Eat Pray Love". entah kenapa buku ini seperti memiliki kebetulan yang terlalu banyak dengan apa yang sedang atau pernah saya alami. perjalanan hidup seorang Elizabeth Gilbert yang kemudian tertuangkan dalam serangkaian cerita di berbagai kota dan kata-kata, membuat saya sepenuhnya sadar, bahwa tidak semua orang mampu benar-benar memanajemen setiap masalah yang ada dengan baik.

dan bersyukurlah setiap orang yang dianugerahi berbagai masalah karena dengan begitu sesungguhnya Tuhan sedang benar-benar memberi anugerah dan apalagi jika mampu keluar dari tempat itu dengan kata "survive".

dan sesungguhnya, saya sudah lama berjanji untuk kemudian tidak akan mengumbar hal-hal sedih/merana/menderita/mengeluh/tragis/whatsoever di sini. karena saya tidak ingin ada aura negatif berkeliaran di blog saya. tapi apa boleh buat, nampaknya menulis menjadi cara yang cukup ampuh untuk sedikit melegakan kepenatan pikiran.

ada 1 hal yang benar-benar mengganggu pikiran saya.

hal yang sangat sensitif karena berkaitan dengan tempat bekerja.

seperti judul pekerjaan saya yang membawa-bawa kata "peneliti", tentunya untuk jangka waktu yang lama, saya akan terikat kontrak "seumur hidup" untuk terus berkutat dalam bidang pengembangan kelimuan. itu artinya saya harus dinamis.

pikiran ini kemudian agak terganggu setelah beberapa hari yang lalu, saya mengikuti meeting dengan Deputi. beliau banyak menjelaskan tentang kebijkan-kebijakan Pemerintah yang dituangkan dalam RPJMN dan kebijakan Lembaga saya bekerja.

sebelumnya, saya sempat memikirkan beberapa proposal penelitian yang setidaknya cukup baik untuk dijadikan program rencana tahun depan. namun, sepertinya beberapa ide itu sepertinya termentahkan begitu saja dengan tuntutan Kebijakan Nasional yang tidak mengindahkan beberapa hal penting yang sudah terlanjur ter-skema-kan dalam rangkaian calon penelitian yang akan saya kerjakan.

hal-hal penting yang (agak) diabaikan itu, sayangnya memiliki muatan "harus dilakukan" mengingat posisinya sebagai pendukung menuju tahapan riset yang lebih lanjut, yaitu berupa aplikasi teknologi. namun sayangnya, karena kebijakan yang (sedikit) berubah tadi, akhirnya bagian yang penting itu harus di-cut.

belum selesai masalah itu, terdapat juga masalah biaya. saya dan teman-teman dihadapkan pada aturan yang cukup sulit, yaitu yang mengikuti rumus ini:

input = 0 (nol); output = ~ (tak hingga)

"produksi materil dan non-materil" adalah maksud dari rumus di atas. tidak hanya sekedar mengubah barang yang berekonomi rendah menjadi ekonomi tinggi, tapi juga bagaimana mengubah dari sesuatu yang tidak berharga menjadi berharga luar-biasa-tinggi. mungkin jika ruang lingkupnya sempit, misal: untuk kabupaten tertentu, masih bisa diusahakan. tapi jika untuk satu Negara? perlu pemahaman yang lebih dari sebuah proposal berisi 60 halaman.

survey. screening. sumber daya alam. sumber daya manusia. funding. teknologi. sarana prasarana. komitmen. kebijakan. ketahanan pangan. proposal. deadline. rekomendasi. birokrasi.

ahh... nampaknya kata-kata itu terus berlarian di dalam otak saya. tanpa tahu harus mana dulu yang dipikirkan.

saya butuh lebih dari ilmu di masa kuliah dulu. saya butuh pijakan lebih tinggi. saya butuh insipirasi. saya butuh tenaga lebih. saya butuh peta. saya butuh jalan. saya butuh "sesuatu yang melengkapi" sebuah ide yang komprehensif. saya butuh berdedikasi. saya butuh berkarya. saya butuh otak yang sehat. saya butuh birokrasi yang fleksibel. saya butuh mendobrak "kotak".

saya butuh Tuhan. (ya. ini selalu pastinya)

ahh.. nampaknya saya sedikit kacau. apa dunia sekitar saya yang memang sedang kacau sehingga proses reparasinya nampak amat rumit?

entah.





P.S: Augusteum adalah sebuah Kota di Italia yang penuh sejarah atas dasar "perubahan kekuasaan", dari musoleum megah milik Octavian Augustus, benteng keluarga Colonna, perkebunan anggur, calon makam Mussolini, hingga sekarang menjadi tempat tersunyi dan tersepi di Roma. dan kini masih ada, menunggu inkarnasi selanjutnya.

P.S.S: Maaf untuk postingan yang meracau ini. sebenarnya sedikit-banyak, saya sudah tahu tindak lanjutnya seperti apa. hanya ingin menuangkan sedikit di sini, agar pikiran tidak terlalu penuh :(
read more “Augusteum”

Tuesday, February 16, 2010

Une Ville


Dua hari terakhir entah kenapa saya begitu merindukan Jogja. sebuah kota yang terlalu jauh merasuki memori saya. kota yang semula hanya menjadi tempat persinggahan sementara, malah memberikan bekas yang dalam.

ya. saya pernah berada di Jogja selama 4 tahun untuk kuliah. sebelumnya, sekitar 18 tahun lamanya banyak saya habiskan di bagian Nusa Tenggara Barat.

namun entah kenapa, baik itu Nusa Tenggara Barat, atau kota asal Ibu di daerah Jawa Timur dan asal Ayah di Jawa Tengah, tidak begitu membekas di hati. saya hanya merasa senang berada di tempat-tempat itu karena ada keluarga di sana. jika tidak, mungkin saya tidak akan menyukainya.

beda halnya ketika saya berada di Jogja. apakah ada keluarga atau tidak, ada teman atau tidak, saya tetap saja jatuh cinta dengan kota itu, dan saya akan tetap ke sana.

saya sama sekali tidak perlu alasan khusus untuk datang ke Jogja. begitu ada keinginan untuk ke sana, dan kebetulan situasi dan kondisi memungkinkan, maka saya akan segera berangkat. entah naik kereta Ekonomi, Bisnis, Eksekutif atau pesawat sekalipun, saya akan senang hati datang ke sana.

sebenarnya ada apa sih dengan Jogja, hingga saya begitu mencintainya?

maka, biarkan saya jelaskan satu-persatu.

*******

berada di sana, saya merasakan tempat yang bernama "rumah kedua".

nyaman. menyenangkan.

kota itu seolah-olah menerima saya dengan hangat dan ramah. membiarkan saya, seperti tidur di atas pangkuannya. bahkan ketika berjalan memutari kota tanpa seorang teman pun, saya tidak akan merasakan kesepian. karena di setiap bagian jalan, kita bisa bertemu seorang teman.

>> multikultural.


multikultural yang saya juga senangi dari kota ini. dilatarbelakangi dengan jumlah universitas-universitas yang mumpuni dalam bidang pendidikan, maka tak heran jika lantas banyak orang yang entah dari daerah manapun untuk menimba ilmu di sini. di sinilah jika kalian ingin mengenal Indonesia dalam ruang lingkup yang lebih sederhana.

teringat ketika saya masih di sana dulu. kebetulan beberapa teman kuliah/organisasi/kost berasal dari daerah yang berlainan. saat yang paling menyenangkan adalah ketika usai mudik Lebaran. biasanya kami membawa oleh-oleh khas dari daerah masing-masing. dan tentunya buah tangan ini nantinya disantap ramai-ramai sehingga acara "icip-menyicip" seperti menjadi agenda yang dinanti.

tapi tentu saja, di luar acara santap-menyantap tadi, pengenalan akan karakteristik dari beragam budaya itulah yang paling menarik.

>> pendewasaan otak


bagian ini pula yang membekas dalam ingatan saya. Jogja adalah titik pijakan besar yang membuat saya semakin mencintai Ilmu Kimia. saya bertemu dengan pengajar-pengajar profesional yang konsisten dalam memberikan dedikasinya untuk pengembangan ilmu. membuat saya selalu terpacu untuk terus mencari dan mencari akan ilmu. Tuhan telah benar-benar menempatkan saya di tempat terbaik.

selain itu, berbagai kegiatan penelitian Lab, organisasi, atau pekerjaan birokrasi, juga membuat saya semakin tertantang untuk menyelesaikan setiap masalah dengan solutif dan cerdas. entah kenapa pada saat itu, banyak hal-hal baru yang lantas mewarnai setiap keputusan yang saya ambil. benar-benar pengalaman luar biasa.

>> persahabatan


bagian ini tentunya tidak kalah menarik. saya bertemu dengan orang-orang yang menawarkan persahabatan yang tulus. persahabatan yang mengenal kata "Ya" dan "Tidak".

"Ya" untuk mendukung sebuah kebenaran.

"Tidak" untuk penolakan terhadap perbuatan salah.

walaupun tidak selalu berjalan mulus, tapi toh itu yang kemudian lebih merekatkan kami. saya banyak belajar dari mereka. tentang hidup dan perjuangan. tentang keluarga. tentang cinta. bahkan tentang persahabatan itu sendiri.

namun seiring berjalannya waktu, kami dalam sekumpulan besar orang-orang, yang entah ditemukan oleh kuliah/organisasi/laboratorium/pekerjaan birokrasi/takdir pada akhirnya harus berjalan dalam pilihan jalan masing-masing untuk melanjutkan cerita hidup. seperti saya contohnya, yang kemudian harus hijrah ke Jakarta.

>> cinta

Jogja pula tempat pertama kali saya menemukan cinta yang sebenarnya. sekaligus menjadi tempat untuk kehilangan cinta itu. perjalanan cukup panjang menyenangkan sekaligus melelahkan.

dicintai dan disakiti dalam waktu yang nyaris sama.

tapi meskipun begitu, saya belajar banyak. setidaknya belajar mengeringkan air mata sendiri, untuk kemudian tersenyum.

ya sudahlah, saya tidak ingin melanjutkannya, toh dia sudah bahagia sekarang. begitu pula saya, sudah amat bahagia sekarang.

*******

dan begitulah Jogja. begitu lengkap cerita yang saya peroleh di sana. amat wajar jika saya begitu mencintai kota itu.


lalu bagaimana dengan Jakarta? kota yang saat ini saya tempati?

apa saya akan jatuh cinta pula dengannya?

sayangnya, hingga saat ini posisi Jogja belum tergeser dari hati saya :)





PS:
maaf untuk posting kali ini yang terlalu panjang :)
read more “Une Ville”

Tuesday, February 9, 2010

3 Words.




Idealism. Passion. Dedication.

tiga kata itu terus-menerus berlarian dalam pikiran saya beberapa hari terakhir. kata-kata yang terkadang saya bisa memeluknya dengan optimisme yang tinggi. namun terkadang menghilang tanpa jejak bagai anak itik yang kehilangan induknya. linglung. pasrah. bagai pecundang.


di antara ketiga kata di atas yang memiliki makna kekuatan luar biasa. ada pula kata-kata "let it flow" yang juga tak kalah bahayanya.

kata-kata ini yang terkadang membuat saya selalu merasa baik-baik saja untuk berada di zona aman. zona yang didalamnya terdapat unsur magis, yang seolah menyatakan bahwa kita diperbolehkan untuk menyerahkan langkah hidup hanya bergantung pada takdir. "semua sudah ada yang mengatur" "kalau rejeki nggak akan kemana" dan segudang kalimat-kalimat serupa yang intinya adalah "excuse untuk tidak berjuang".


dan jika sudah begini, saya benar-benar merasa menjadi orang yang linglung. pasrah. bagai pecundang.


kemana perginya peta hidup yang saya agung-agungkan?

kemana perginya impian?


kemana perginya cita-cita?

saya rasa hanya terejawantahkan sebagai mimpi di siang hari.


padahal sesungguhnya saya sadar sepenuhnya, bahwa waktu sama sekali tidak pernah berhenti. perkembangan ilmu sama sekali tidak akan menanti. bahkan kesempatan pun (mungkin) akan enggan datang 2 kali.


ya, hal-hal inilah yang kemudian terus saya dengungkan. berharap dapat menjadi cambukan ampuh untuk selalu menggenggam kata-kata "Idealism. Passion. Dedication" dengan penuh semangat perjuangan.

Idealism untuk mengerahkan seluruh kemampuan sesuai tupoksi amanah yang ada.

Passion untuk selalu memiliki konsisten otak agar terus haus akan ilmu.

Dedication untuk sesuatu yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

dan tolong jangan bantah apapun tentang mimpi yang besar ini. jangan pula bangunkan saya dari mimpi yang besar ini. karena dengan begitu saya akan merasa sia-sia karena pernah diberikan berbagai macam karunia olehNYA.


hmm... bagaimana kalau begini saja; mari kita sama-sama saling mengingatkan? sama-sama saling menguatkan? sama-sama memberikan masukan positif?


sungguh. sepertinya itu sesuatu yang luar biasa.


jadi, tetaplah hidup dengan "sesuatu yang terus ingin diperjuangkan". dan biarkan hidup menjadi benar-benar hidup.


jatuh dan bangun adalah hal yang wajar untuk suatu mimpi. yang terpenting bukannya setelah jatuh adalah bisa bangun lagi?





P.S: Jangan lupa jaga kesehatan, karena itu juga modal ampuh untuk berjuang ^^
read more “3 Words.”

Thursday, February 4, 2010

Suami dan Istri.


Pernikahan akan menyingkap tabir rahasia , bahwa istri yang kau nikahi tidak seindah yang kau impikan , istrimu bukanlah semulia Khadijah , setaqwa Aisyah , setabah Fatimah , secantik Zulaikha . Tetapi istrimu, istri akhir zaman yang akan melahirkan anak yang sholeh dari rahimnya .


Pernikahan akan menginsyafkan kita akan perlunya iman dan taqwa , karena memiliki suami tak searif Abubakar , seberani Umar bin Khottob , sekaya Usman bin Affan , segagah Ali bin Abi Thalib. Suamimu adalah suami akhir zaman yang insyaAllah akan membimbingmu menempuh jalan yang diridhoi Allah.




P.S:
(again) I found a great-texts to be shared :)
read more “Suami dan Istri.”

Wednesday, February 3, 2010

Benci.


Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian.

Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.

Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?

Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di handycam yang sedang aku pegang. Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, aku tidak bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu…, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu.”

Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.

Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan…

aku takut sendirian
.




P.S: tulisan yang pernah saya baca di notes-Facebook. yang entah sumber-nya dari mana.
P.S.S: maaf kalau update-an akhir-akhir ini tentang jatuh cinta. no! no! no! bukan karena sedang jatuh cinta ya! :)
read more “Benci.”