Tuesday, December 29, 2009

Bukan Kamu.


saya sudah merasa baik-baik saja sejak lama.
tidak lagi berlari seperti yang kerap saya lakukan.
berlari hanya untuk tidak merasakan sakit di sini.
di bagian ingatan dan hati yang terlanjur berdarah-darah.

saya sudah hidup sangat damai.
sejak bagian yang paling tidak mengenakkan itu menyiksa neuron-neuron memori saya.
saya sudah bisa bangun.
saya sudah melihat hidup dalam sisi lain.
sisi yang jauh lebih semarak. walau tanpa kamu.

saya sudah bergerak maju. sangat maju.
bahkan jika harus melihatmu bersama dia -- wanita yang persis sebelumnya kamu abaikan,
namun akhirnya kamu cintai,
saya pun sudah siap.
tidak ada lagi tangis untuk semua itu.

tapi tidak jika dengan tiba-tiba kamu datang.
saya heran.
entah ini karena kesalahan apa.
nama kamu tiba-tiba muncul di barisan daftar orang-orang yang saya panggil "teman"
di barisan yang saya pikir begitu privat.

entah, kenapa kemudian nama kamu muncul di sana.
ingatan saya terakhir, dan saya yakin - saya sangat sadar,
nama kamu sudah tidak ada di sana.
ya, karena saya sudah menghapusnya.
atau jika saya boleh meminjam istilah jejaring sosial itu, nama kamu sudah saya "block"

bukan atas nama dendam.
bukan.
hanya saja, saya tidak ingin kamu tahu kabar saya.
saya tidak ingin kamu tahu sebahagia apa saya sekarang.

setelah apa yang kamu lakukan,
dan setelah semua rasa sakit yang bertubi-tubi,
tidak ada tanggung jawab lagi untukmu memastikan saya bahagia atau tidak.

dan kalaupun ada porsi kamu untuk bertanggung jawab,
terimakasih.
saya tidak butuh.
silahkan ambil dan bawa pulang sendiri.

bukan kamu.
bukan kamu yang saya butuhkan.
read more “Bukan Kamu.”

Tuesday, December 22, 2009

Light-Technophilic


saya jatuh cinta.
dan itu pada pandangan pertama.
masih dengan formasi yang sama.
The Stranger.

saya jatuh cinta hanya dalam waktu 5 menit.
dan setelah itu saya membabi buta.
mencari tahu tentangnya.
membaca tentang karyanya.
dan melihat dirinya.

oke. mungkin ini gila.
tapi bukannya jatuh cinta adalah penyakit gila yang nyata?

yang pasti, ketika saya sadar,
beberapa hal tentangnya menjadi menu harian.
kata-katanya yang terkadang aneh, justru menarik perhatian.
ya. bahkan tiap celotehan tidak jelas
yang berbaur dalam lirik dan nada yang harmonis,
membuat saya ingin ditemani beberapa kali dalam sehari.

dia bukan lah sosok yang sangat inspirasional.
bukan pula seseorang yang hidup dengan penuh kata-kata bijak.
sepertinya dia hanya ingin membangun kerajaannya sendiri,
dengan pikirannya yang berbeda dalam memandang dunia

dia juga selalu punya analogi di setiap katanya
pemilihan diksi yang susah dimengerti - atau aneh lebih tepatnya,
yang membuat saya berhenti sejenak untuk menaruh perhatian padanya.
ya. saya selalu penasaran,
kelihaiannya dalam permainan ragam kata, menghasilkan sesuatu yang tidak biasa.
sesuatu yang orisinil.
sesuatu yang......keren!

ahh.. sudahlah.
sepertinya saya terus memujinya.

dan karena saya sedang senang, saya ingin membagi sedikit kata-katanya.
lalu nikmati sendiri keanehannya.
here they are:

You would not believe your eyes. If ten million fireflies. Lit up the world as I fell asleep. 'Cause I'd get a thousand hugs. From ten thousand lightning bugs. As they tried to teach me how to dance.

I'd like to make myself believe. That planet Earth turns slowly. It's hard to say that I'd rather stay. Awake when I'm asleep.

and others:

Cave In. City captain and Cruise Ships. The Saltwater Room. Sky Driver. Rainbow Veins. Designer Skyline. Strawberry Avalanche.

yup.
dia adalah Owl City.
yang membuat saya jatuh cinta dengan musiknya.
yang beraliran techno-electric.

selamat menikmati karyanya, teman-teman.


Salam Hangat,
-Queeniie Angela-
read more “Light-Technophilic”

Wednesday, December 16, 2009

Karena Kami Memilih Kalian


Entah berapa kalinya saya harus menemui jalan cerita seperti ini. Lagi, salah satu dari sekian banyak orang-orang yang berlalu lalang dalam kehidupan saya, harus mendapatkan cerita yang sama. tentang orang tua. perjuangan. dan. cinta.

saya tahu bahwa kisah Romeo dan Juliet hanya sebatas roman belaka. begitu juga tentang Siti Nurbaya, saya amat yakin bahwa itu hanyalah imaji sang penulis. tapi tidak dengan hidup beberapa orang yang saya sematkan label "sahabat" pada mereka. ternyata mereka mengalami kisah Romeo dan Juliet atau Siti Nurbaya dalam versi yang jauh lebih luar biasa lagi.

semua berawal dari titik yang sama. merasa menemukan seseorang yang "tepat"-- yang mengasihi dengan tulus dan mengerti tanpa pamrih, namun ternyata seseorang itu belum tepat di mata orang tua. entah karena berbagai alasan yang menyertainya -- baik itu berupa alasan yang normal maupun alasan-alasan aneh lainnya.

beberapa orang yang saya sematkan label "sahabat" itu, perjalanan kisah romansa mereka mungkin bisa dikategorikan bukan waktu yang singkat, ada yang terhitung 2, 3, 4 bahkan 6 tahun. waktu yang tidak main-main untuk kemudian berakhir pada kesimpulan "saya mau hidup bersamamu". jangan tanya lagi dimana letak rasa nyaman, yang pasti kebulatan tekad sudah mengakar di masing-masing hati.

dan kemudian, tiba pada saat perjuangan untuk membuktikan semua janji dan komitmen yang diusung bersama. dengan penuh rasa hormat, semuanya berusaha untuk merobohkan tembok baja itu. tembok yang terbuat dari berbagai pandangan, harapan dan kasih sayang orang tua. tidak! tidak! ini bukan bentuk perlawanan kami kok, ayah-bunda... terkadang kami -- anak anakmu ini hanya ingin memiliki kesempatan untuk didengarkan. untuk diajak berdiskusi. untuk diajak berpikir tentang siapa-calon-teman-hidup-kami. ya, kami sadar jika urusan pernikahan bukanlah semata-mata urusan percintaan antara dua manusia. tapi tentunya dengan seluruh keluarga.

namun terkadang, alasan-alasan yang (maaf) bagi kami kurang logis itu, kenapa juga turut serta dalam pertimbangan kriteria calon teman hidup kami? percayalah ayah-bunda... kami pun pasti mengerti mana yang pantas dan mana yang kurang pantas. toh, ayah-bunda telah mengajarkan pada kami tentang rambu-rambunya, seharusnya ayah-bunda tidak perlu khawatir kan?

namun maaf, jika kami akan membuat ayah-bunda sedikit kerepotan dengan aksi unjuk rasa kami yang luar biasa keras. yang terkadang akhirnya menimbulkan berbagai gesekan kasar dengan hati bunda atau diam-nya ayah. tapi tenang, ayah-bunda... karena setelah mengetahui bahwa perjuangan yang tanpa henti tidak jua merobohkan tembok tinggi itu, maka kami akan berhenti kok. lalu menurutinya. karena bagaimanapun, cinta kami kepada pasangan kami, tidak akan pernah sebanding dengan cinta ayah-bunda kan? cinta kalian selalu mengalir, tanpa pernah lekang oleh waktu. tanpa pernah mampu terbayar. dan kami, akan sangat memahami itu.

ya. begitulah yang akan kami lakukan. selayaknya apa yang harus dilakukan oleh seorang anak. akan lebih memilih orang tua.

toh, jika pun berjodoh, kelak akan dipertemukan lagi kan? entah dengan bagaimana caranya. namun, jika tidak, kami akan tetap terus meyakini bahwa kelak akan ada pengganti yang terbaik -- yang datang dalam restu kalian.

*******

dan pada kali ini juga, biarkan saya sedikit berkata untuk semua orang-orang yang saya sematkan label "sahabat" pada kalian -- yang saat ini juga masih dalam arena perjuangan, tetaplah berdiri tegak dan berbicaralah dengan penuh rasa hormat. terus isi jiwa tak kenal lelahmu untuk meminta restu mereka.

dan untuk para "sahabat" yang telah tiba di garis akhir perjuangan, tetap isilah jiwamu dengan ikhlas yang tulus dan berdamailah dengan hati. karena sesungguhnya tidak pernah terjadi suatu hal (meskipun itu buruk) yang berakhir dengan sia-sia tanpa makna. selalu ada hadiah terbaik bagi kita, jika kita mampu mempercayaiNYA. walaupun saya sadar, tidak akan mudah dalam menjalaninya. tapi selalu ada jalan kan? :)

well...

Selamat Belajar.

Selamat Menikmati Hidup.


-Salam Sayang-
Queeniie Angela
read more “Karena Kami Memilih Kalian”

Friday, December 11, 2009

Datang Lagi


2009.
setelah 4 tahun lalu.

hampir lupa rasanya bahwa saya pernah memiliki sahabat ini. sahabat yang seperti kakak sendiri buat saya. sahabat yang juga turut memberikan warna tersendiri di masa remaja saya.

ya. hampir 4 tahun yang lalu, saya terakhir kontak dengannya. entah karena kesibukan kami masing-masing, atau kehanyutan kami masing-masing dalam dunia yang sedang menyita perhatian, entahlah, sampai saya pun lupa bahasan apa yang terakhir kali kami obrolkan. dan tiba-tiba siang itu, saya dikejutkan dengan tampilan deretan nomor yang bernada telepon masuk yang-sampai-sekarang-saya-tidak-asing-dengan-nomornya (baca: tidak asing = hafal di luar kepala). saya sempat beberapa detik membiarkannya. bukan karena tidak ingin mengangkat telepon dan berbicara dengannya. bukan. hanya sedikit terkejut dan saya butuh otak saya untuk sadar dengan keadaan sekarang. ya, orang yang tanpa kabar setelah sekian lama, lalu tiba-tiba hadir kembali.

namun akhirnya saya berbicara dengannya.

tidak banyak berubah. suara itu masih seperti 4 tahun yang lalu. obrolan kami pun tidak ada canggung seperti orang asing, semuanya mengalir lancar. dari bertukar kabar, hingga sepak terjang kami masing-masing. ya. memang jika kami sudah berbicara, tidak jarang kami menyita waktu yang tidak sedikit. sampai saya lupa bahwa pada waktu itu, saya sedang berada dalam office hours (maaf pak bos! hehehe).

dari ceritanya, sepertinya dia akan melancong ke Jakarta dalam waktu dekat. proyek-proyek yang dikerjakan di kota lain sudah selesai, dan saatnya bagi dirinya untuk mencari pengalaman hidup lainnya di ibukota yang super padat ini. hmm... "welcome then, kak" kata saya kemudian.

dan dia hanya berkata "seperti apa kamu sekarang?"

"hahahaha. masih seperti dulu, kak. tidak pernah bisa diam. selalu ribut mencari pengalaman baru. tidak pernah suka kesepian. masih suka makan. dan masih selalu belajar"

"iya. aku ingat. pisang goreng kan?" jawabnya kemudian.

wow. dia masih ingat. jajanan kesukaan saya.

dulu, sewaktu saya SMA, di dekat rumah ada yang jual pisang goreng dengan rasanya enak. kriuk-kriuknya pas. tidak terlalu asin. juga tidak terlalu manis. sampai-sampai saya kenal banget dengan penjualnya. tidak jarang juga dia membelinya. dan ternyata dia juga masih mengingatnya. padahal entah saat ini sang penjualnya sendiri telah melancong kemana.

hmm... obrolan yang cukup menyenangkan siang itu.

setidaknya saya kembali diingatkan bahwa saya punya sahabat lama.


-terimakasih, kak. sudah berbicara dengan saya lagi-
read more “Datang Lagi”

Wednesday, December 9, 2009

Kebisuan Yang Nyata


ini mungkin kali pertama saya mengunjungi Film Festival. namun tidak berarti kali pertama pula saya mencoba menikmati film bergenre festival - film yang dalam versi saya, lebih banyak keluar dari pakem yang sudah ada.

yang saya sukai dari film-film ini adalah sisi sinematografinya. sangat khas dengan permainan zoom-in dan zoom-out untuk suatu fokus obyek. selain itu, setiap scene-nya terkadang berlompatan tidak beraturan, muncul berbagai macam simbol, dialog yang tidak biasa dengan makna yang tersirat hingga membebaskan setiap penikmat film untuk berasumsi dengan pikirannya masing-masing.

salah satu yang saya sempat nikmati beberapa waktu yang lalu adalah "Winter Silence". suatu film yang terpaksa ditonton karena saya kehabisan tiket "Home", "Mammoth" dan "Coco Avant Chanel".

film dalam bahasa Belanda yang mengetengahkan tema tentang perjuangan seorang janda yang harus berjuang hidup bersama keempat putrinya ini, merupakan salah satu film yang paling sulit untuk dimengerti sepanjang sejarah saya menikmati suatu karya bernama film.

oke. katakan saja, mungkin karena latar belakang saya yang memang kurang pengetahuan akan film, tapi saya bisa menjamin bahwa film ini bukan diperuntukkan bagi orang awam. film yang lahir lebih sebagai buah idealisme dari sang sutradara dibanding pemenuhan kebutuhan akan selera pasar.

dan baiklah. biarkanlah saya di sini mencoba sedikit bertutur tentangnya sesuai yang mampu ditangkap oleh indera saya.

Winter Silence.

dengan durasi 70 menit dan alur yang sangat-sangat lambat, saya dipaksa untuk bersabar menunggu hingga akhir dan kemudian mengumpulkan potongan-potongan puzzle dalam scene yang benar-benar minim dialog. ya, tampaknya sang sutradara paham betul akan judul yang diusungnya "Silence", jadi ketika ada dialog pun hanya berupa kata-kata singkat yang selalu direpetisi.

ya. repetisi dan seragam.

sepertinya itu tema sinematografi dari film ini. dialog singkat yang diulang-ulang. dan gerakan keempat wanita yang seragam. ketika menjahit, maka secara bersamaan akan mengangkat tangan kanan dengan serentak, begitu juga ketika melakukan aktivitas mencuci, menjemur pakaian, memintal benang, dan membuat kue. semuanya dilakukan dalam gerakan yang seragam.





selain itu, ada beberapa simbol yang hingga akhir saya tidak mengerti mengapa simbol ini dipilih dalam film. entah karena faktor historis dari negeri Belanda tersendiri atau sekedar imaji dari sang sutradara. satu yang pasti, saya merasa ada beberapa simbol yang justru tidak berarti apa-apa. salah satunya tentang seorang pemuda yang berseragam jubah putih ala kaum mongol dan membawa cambuk. muncul beberapa kali dalam film. tapi tidak ada keterangan apa-apa tentangnya dan hingga akhir cerita pun tidak diketahui kemana rimbanya. (dan maaf saya tidak bisa memperlihatkan gambarnya di sini, mbah google sepertinya belum memasukkan dalam list gambarnya)

kemudian tentang (katakan saja) teror "manusia-manusia rusa" yang sering mencuri ketenangan di malam hari. mengapa sang sutradara memilih manusia rusa? saya tidak tahu.


yang jelas, pada akhir cerita, manusia-manusia rusa ini akhirnya menculik keempat anak gadis ibu itu. dimana menculik di sini, saya dengan bebasnya mengartikan sebagai menikahi putri-putri ibu tersebut sehingga sang ibu tidak lagi merasa berat dalam menghidupi keluarganya semenjak sang ayah meninggal.

kenapa saya mengartikan begini, karena pada akhir cerita, di setiap tempat tidur keempat putri-putrinya, sang ibu mendapatkan tanduk rusa di sana, dan sang ibu bukannya kaget mendapati anak-anaknya "menghilang" tapi malah tersenyum bahagia.

ya. sebenarnya cerita film ini sangat sederhana, tentang bagaimana seorang janda dan keempat putri gadisnya tetap berjuang untuk hidup sepeninggal sang ayah. kesedihan ketika harus menerima kenyataan itu, kemudian mendapati putri-putri yang beranjak dewasa yang secara hormonal telah memiliki keinginan untuk "ber-ulah" dengan para pria.

dari segi cerita lainnya, di dalam film ini turut menghadirkan visualisasi tentang mitos atau tradisi dari penduduk Belanda yang sibuk dengan gaya hidup di pegunungan salju atau tradisi pemakaman dan berkabung yang jarang saya lihat. unsur katholik juga sangat melekat pada film ini. yang pasti, di tengah berbagai unsur yang membingungkan di dalamnya, film ini berhasil memperoleh penghargaan sebagai "Best Sound Netherlands Film Festival", yang saya pikir penghargaan ini kira-kira diperoleh dari suara-suara angin, salju yang berjalan turun, atau derik pintu dan tapak kaki yang beradu dengan lantai kayu. bukan karena dialognya.

ya, karena film ini benar-benar menjiwai kebisuan yang nyata.


salam hangat,
-Queeniie Angela-



read more “Kebisuan Yang Nyata”

Wednesday, December 2, 2009

Saya bernama Abdi


sudah hampir setahun lamanya saya berada di sini. di suatu tempat milik Pemerintah yang didekasikan untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

rasa syukur pastinya tidak lupa saya sampaikan, karena sebagai Abdi Negara yang lebih akrab dengan kesan "tanpa kerjaan", saya di sini masih bisa melalui tiap waktunya dengan punya banyak pekerjaan. baik pekerjaan "formil" maupun "tidak formil".

tidak formil di sini bukan berarti ilegal yah! tapi lebih kepada "pengkayaan" akan ilmu pengetahuan.

ya. kesukaan saya untuk mengubek-ubek web-web sains dengan segala macam jurnal ataupun penemuan baru tentunya akan terus memberikan inspirasi agar tetap dinamis dalam berkarya. terlebih lagi karena saya menyandang nama lembaga yang berembel-embelkan "Ilmu Pengetahuan dan Teknologi", malu rasanya jika saya harus stagnan.

yup. malu!

rasa ini juga yang masih melekat dalam diri saya. dengan waktu yang hampir menginjak setahun ini, jika ditelisik lebih jauh, saya belum memberikan suatu gebrakan yang fantastis. bukan hanya demi prestise nama besar lembaga semata, tapi tentunya untuk seluruh kalangan, terutama rakyat Indonesia yang selama ini telah ikut "membiayai" gaji saya. terlebih lagi untuk masa mendatang, lembaga saya (jika jadi) akan menetapkan Reformasi Birokrasi, yaitu suatu kebijakan Pemerintah yang mengkondisikan agar organisasi di lembaga dapat memberikan layanan primanya yang sesuai dengan visi dan misinya, dengan lebih terarah dan lebih ketat pengawasannya.

satu hal yang pasti, kondisi ini diharapkan akan semakin memacu setiap pegawai untuk taat pada peraturan. baik yang berhubungan dengan jadwal kantor (yang biasanya sering terjadi pada abdi negara, hanya absen datang dan pulang, lalu kabur entah kemana. semoga kali ini tidak ada lagi. amin), kinerja yang baik (dibuktikan dengan penelitian dan aplikasinya), serta efektifitas dalam penggunaan sumber daya kantor.

karena dengan sistem yang baru ini, kami akan diajarkan "asas keadilan", what you get is what you pay. ketika bekerja sesuai dengan aturan, maka reward yang diberikan juga akan sebanding. jika tidak sesuai aturan, maka hukuman akan berlaku. jadi, bukan lagi seperti sekarang "pintar-gak pintar, rajin-gak rajin, perlakuan sama".

hmm... semoga saja Reformasi Birokrasi nanti, mampu menambah semangat saya untuk selalu menang melawan virus yang bernama "malas" atau "jenuh" dalam melakukan penelitian-penelitian. dan semoga saya juga masih bisa berkarya lebih baik lagi. mumpung saya masih "muda" dan mumpung otak saya masih mau diajak untuk berpusing-pusing ria untuk berpikir njelimet. dan satu lagi! mumpung saya belum berkeluarga, jadi saya bisa fokus mati-matian di penelitian. hehehe.

oya, rencananya esok hari, akan ada medical check up untuk saya. ritual yang menandai satu tahun saya bekerja di sini.

hmm... agak was-was juga sih, karena akhir-akhir ini pola makan saya sedikit membabi buta gara-gara keinginan saya untuk menambah berat badan yang semakin menggila.

hampir semua jenis makanan sepertinya masuk tanpa filtrasi terlebih dulu. dan semoga puasa selama 12 jam sebelum melakukan medical check up besok, bisa "menghilangkan" bekas makanan aneh-aneh saya kemarin. tolong Tuhan luluskan saya di medical check up nanti. amin.

okey!

selamat bekerja teman-teman.

selamat berkarya dengan porsimu masing-masing.

selamat mengemban amanah.

dan selamat menikmati hidup.

karena sesungguhnya, sekecil apapun bakat, kesempatan, atau jenis pekerjaan yang ada, semuanya adalah rangkaian amanah dariNYA, yang tentunya kita akan selalu terikat tanggung jawab moril padaNYA.

dan selalu mensyukurinya, akan membuat kita semakin kaya!


-salam hangat-
Queeniie Angela


read more “Saya bernama Abdi”