"Dia sudah menulis berbagai impiannya dalam hidup, Mbak. Mulai dari kursus bahasa, target kerja, kuliah hingga cita-citanya untuk menikah di umur 25 tahun. Kadang saya sering bilang "kok kamu ngoyo banget tho, Nduk? Bercita-cita dan berusaha boleh tapi jangan terlalu. Sisakan juga untuk menyenangkan diri sendiri" Ibu itu mengambil jeda sejenak sambil melanjutkan lagi pembicaraannya. Kali ini bukan cerita tentang putrinya, tapi beliau bertanya pada saya.
"Mbak, umurnya berapa? Mirip sekali dengan putri saya"
"Oh.. saya kelahiran 86, Bu. Jadi, sekarang masih 24 tahun" jawab saya.
"Ah..persis sekali seperti putri saya. Dia juga 24 tahun sekarang. Dia suka sekali ilmu kimia, Mbak. Makanya waktu kuliah kemarin, dia mengambil jurusan Kimia Analis"
"Ini kebetulannya banyak sekali ya, Bu. Saya.. uhm.. mungkin bisa dibilang kelainan. Terkadang perfeksionis tentang perencanaan. Sama seperti putri Ibu. Saya juga sangat menggilai Kimia. dulu kuliah juga ambil jurusan Kimia. Alhamdulillah.. sekarang pun punya pekerjaan yang hampir sesuai keinginan, tidak begitu jauh dari ilmu Kimia"
"Hahaha... iya, saya tahu persis bagaimana rasanya Mbak. Waktu putri saya dulu diterima menjadi Kimia Analis juga, rasanya membahagiakan sekali. Idealismenya menjadi kenyataan. Semangat dan kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil yang manis"
"Putri Ibu masih bekerja sebagai analis sekarang? Dimana? Sepertinya kapan-kapan kalau saya bisa bertemu dan ngobrol dengannya sepertinya akan seru sekali!"
"Putri saya sudah nggak ada, Mbak. Kecelakaan motor satu setengah tahun lalu, mengambil dia dari saya. Padahal impiannya masih banyak. Cita-citanya belum tercapai. Kursus bahasa, kuliah lagi dan pergi ke luar negeri. Kamarnya hingga sekarang masih sama sejak terakhir dia tinggalkan. Jejak-jejak semangatnya, gigihnya bekerja hingga larut malam. Saya masih benar-benar mengingatnya. Tapi... memang hidup tidak bisa ditebak kan, Mbak?"
Saya diam.
Hai, kamu yang di atas sana. Tidak keberatan kan kalau aku panggil Putri?
Apa kabar di sana? Semoga kamu selalu bahagia.
Err... ralat!
Aku yakin kamu pasti selalu bahagia, karena Tuhan begitu dekat denganmu kan?
Ngomong-ngomong, kau punya Ibu yang hebat.
Dan sama seperti sebelumnya, kali ini aku yakin, jika semua untaian do'anya terkirim padamu.
Tetaplah bahagia di sana. Jangan pikirkan mimpimu yang belum tercapai.
karena Tuhan begitu sayang dirimu.
2 komentar:
It's a life..sebaik apapun kita berencana, tetap saja Tuhan yang menentukan hasil akhirnya.
innalillahi.. ;( Semoga Ibu yang ditinggalkan ikhlas dan diberi ketabahan.. Kasian banget ibunya..
Post a Comment