Thursday, February 18, 2010

Augusteum


Saya memperhatikan Augusteum, dan berpikir barangkali hidup saya sebenarnya tidak terlalu kacau. Sebenarnya yang kacau adalah dunia ini, membawa perubahan kepada kita semua, tanpa satu orang pun dapat mengantisipasinya. Augusteum memperingatkan saya untuk tidak terbelenggu dalam pemikiran-pemikiran kuno mengenai siapa saya, atau fungsi apa yang pada mulanya diperuntukkan bagi saya. Kemarin saya mungkin menjadi sebuah monumen yang mempesona bagi seseorang, benar - tetapi besok saya dapat menjadi gudang tempat menyimpan kembang api. Bahkan di Kota Abadi, kata Augusteum dalam diam, kita harus selalu siap untuk menghadapi kekacauan dan gelombang transformasi yang tak henti-hentinya.
-Eat, Pray, Love-


Bagian itu sempat saya baca berulang kali dalam buku "Eat Pray Love". entah kenapa buku ini seperti memiliki kebetulan yang terlalu banyak dengan apa yang sedang atau pernah saya alami. perjalanan hidup seorang Elizabeth Gilbert yang kemudian tertuangkan dalam serangkaian cerita di berbagai kota dan kata-kata, membuat saya sepenuhnya sadar, bahwa tidak semua orang mampu benar-benar memanajemen setiap masalah yang ada dengan baik.

dan bersyukurlah setiap orang yang dianugerahi berbagai masalah karena dengan begitu sesungguhnya Tuhan sedang benar-benar memberi anugerah dan apalagi jika mampu keluar dari tempat itu dengan kata "survive".

dan sesungguhnya, saya sudah lama berjanji untuk kemudian tidak akan mengumbar hal-hal sedih/merana/menderita/mengeluh/tragis/whatsoever di sini. karena saya tidak ingin ada aura negatif berkeliaran di blog saya. tapi apa boleh buat, nampaknya menulis menjadi cara yang cukup ampuh untuk sedikit melegakan kepenatan pikiran.

ada 1 hal yang benar-benar mengganggu pikiran saya.

hal yang sangat sensitif karena berkaitan dengan tempat bekerja.

seperti judul pekerjaan saya yang membawa-bawa kata "peneliti", tentunya untuk jangka waktu yang lama, saya akan terikat kontrak "seumur hidup" untuk terus berkutat dalam bidang pengembangan kelimuan. itu artinya saya harus dinamis.

pikiran ini kemudian agak terganggu setelah beberapa hari yang lalu, saya mengikuti meeting dengan Deputi. beliau banyak menjelaskan tentang kebijkan-kebijakan Pemerintah yang dituangkan dalam RPJMN dan kebijakan Lembaga saya bekerja.

sebelumnya, saya sempat memikirkan beberapa proposal penelitian yang setidaknya cukup baik untuk dijadikan program rencana tahun depan. namun, sepertinya beberapa ide itu sepertinya termentahkan begitu saja dengan tuntutan Kebijakan Nasional yang tidak mengindahkan beberapa hal penting yang sudah terlanjur ter-skema-kan dalam rangkaian calon penelitian yang akan saya kerjakan.

hal-hal penting yang (agak) diabaikan itu, sayangnya memiliki muatan "harus dilakukan" mengingat posisinya sebagai pendukung menuju tahapan riset yang lebih lanjut, yaitu berupa aplikasi teknologi. namun sayangnya, karena kebijakan yang (sedikit) berubah tadi, akhirnya bagian yang penting itu harus di-cut.

belum selesai masalah itu, terdapat juga masalah biaya. saya dan teman-teman dihadapkan pada aturan yang cukup sulit, yaitu yang mengikuti rumus ini:

input = 0 (nol); output = ~ (tak hingga)

"produksi materil dan non-materil" adalah maksud dari rumus di atas. tidak hanya sekedar mengubah barang yang berekonomi rendah menjadi ekonomi tinggi, tapi juga bagaimana mengubah dari sesuatu yang tidak berharga menjadi berharga luar-biasa-tinggi. mungkin jika ruang lingkupnya sempit, misal: untuk kabupaten tertentu, masih bisa diusahakan. tapi jika untuk satu Negara? perlu pemahaman yang lebih dari sebuah proposal berisi 60 halaman.

survey. screening. sumber daya alam. sumber daya manusia. funding. teknologi. sarana prasarana. komitmen. kebijakan. ketahanan pangan. proposal. deadline. rekomendasi. birokrasi.

ahh... nampaknya kata-kata itu terus berlarian di dalam otak saya. tanpa tahu harus mana dulu yang dipikirkan.

saya butuh lebih dari ilmu di masa kuliah dulu. saya butuh pijakan lebih tinggi. saya butuh insipirasi. saya butuh tenaga lebih. saya butuh peta. saya butuh jalan. saya butuh "sesuatu yang melengkapi" sebuah ide yang komprehensif. saya butuh berdedikasi. saya butuh berkarya. saya butuh otak yang sehat. saya butuh birokrasi yang fleksibel. saya butuh mendobrak "kotak".

saya butuh Tuhan. (ya. ini selalu pastinya)

ahh.. nampaknya saya sedikit kacau. apa dunia sekitar saya yang memang sedang kacau sehingga proses reparasinya nampak amat rumit?

entah.





P.S: Augusteum adalah sebuah Kota di Italia yang penuh sejarah atas dasar "perubahan kekuasaan", dari musoleum megah milik Octavian Augustus, benteng keluarga Colonna, perkebunan anggur, calon makam Mussolini, hingga sekarang menjadi tempat tersunyi dan tersepi di Roma. dan kini masih ada, menunggu inkarnasi selanjutnya.

P.S.S: Maaf untuk postingan yang meracau ini. sebenarnya sedikit-banyak, saya sudah tahu tindak lanjutnya seperti apa. hanya ingin menuangkan sedikit di sini, agar pikiran tidak terlalu penuh :(

6 komentar:

Syifa Ahira said...

aku kok belum nemu-nemu bukunya mpe sekarang ya mba..

bandit™perantau said...

tetap bersemangatlah ya...
hehehe
meski kadang semangat saja tak cukup, tapi ada kalanya hanya semangat yg kita punya...

Pohonku Sepi Sendiri said...

wuah, banyak banget ya yg hrs dipikirkan utk langkah selanjutnya mbake..
ckckck, kalo aku mah dah tepar itu.. hehe..
tetap semangat ya mbake.. :)

mayank said...

hemmm puyeeng ya jadi scientist, researchers,
padahal aku pengen loh...mb...
pengen menemukan hal-hal baru dan bisa berkembang...
hemm
semua memang butuh perjuangan....

Lina said...

peneliti di indonesia selalu dihadapkan pada itu ya, birokrasi, kebijakan dan yang pasti anggaran. tapi semoga tetap semangat...., kalau sekarang bingung, berarti itu bagus. bingung adalah proses untuk menemu solusi.

Semangattttttttttttttt ya

- M3NOQ - said...

Ya Allah.... terima kasih untuk semua masalah yang KAU berikan :)

Mbak queeniie, semangat ya !!