apa jadinya jika seorang Remaja yang berlabel "ABG" masih punya jiwa psikologis yang labil? yup! itulah yang kemudian disebut "Ababil" alias "ABG Labil"
entah ada pergeseran budaya dan/atau dekadensi moral dan/atau pengaruh negatif yang luar biasa keras, nampaknya remaja-remaja Indonesia jaman sekarang lebih banyak suka meributkan hal-hal yang teramat-sangat-tidak-penting atau mungkin sebenarnya bagian dari kegiatan mencari sensasi saja? entahlah.
masih ingat kasus Rana? yang melalui account twitter, ia menyatakan bahwa "pengguna BB adalah alay" (oh Tuhan, bahasa apa lagi ini "alay"?) dan kontan saja akibat ulahnya itu, dia banyak menuai komentar pedas yang tentu saja isinya mengecam pernyataan semena-menanya itu.
walaupun saya bukan pengguna BB (karena saya lebih suka disebut wanita ber-windows mobile. oke, ini info nggak penting!), tapi saya juga kurang menyetujui tindakannya. karena entah alasan apapun di belakangnya, BB dalam kacamata saya adalah smartphone yang jika difungsikan dengan benar, maka lebih sekedar untuk chatting dan facebooking atau tweeting unlimited. buktinya banyak rekan kerja saya yang merasa terbantu dengan adanya layanan internet untuk BB yang menjangkau wilayah "real time".
dan sekarang setelah badai Rana mereda, muncul lagi Marsha. (masih) melalui account twitter, ia berkata bahwa "sekolah swasta itu lebih baik dari sekolah negeri. dan karena orang tua gue kaya, makanya gue sekolah di sekolah swasta".
ya Tuhan! apa-apaan sih para ABG ini?
dan bisa ditebak dong kelanjutan ceritanya seperti apa. sebelas-dua belas dengan Rana, Marsha pun mendapat komentar-komentar panas yang langsung menyerangnya tanpa ampun. beda halnya dengan Rana, jika Rana langsung meminta maaf dan (kalau tidak salah) menutup account blog/twitter-nya, sedangkan Marsha masih terus defensif dengan perkataan-perkataan yang tidak-kalah-"tidak-penting"-lainnya.
oke, berlanjut ke peristiwa lainnya lagi yang tidak kalah heboh.
tentunya ingat kasus Arie-Nova Marietta kan? yang bertemu lewat facebook dan kemudian melarikan diri. ya Tuhan! mereka masih berumur 14 tahun! perjalanan mereka masih teramat sangat panjang. bahkan saya yang sudah berumur 23 tahun saja merasa bahwa perjalanan saya masih panjang. masih perlu banyak berilmu. banyak beramal. banyak berbenah diri. masih begitu banyak tugas yang menanti.
sedangkan mereka sudah merasa mendapatkan "pernikahan seumur hidup" "dunia milik berdua" "cinta mati" dan sebagainya. bagaimana jika mereka punya anak kelak? padahal kita sepenuhnya sadar, bahwa biaya pendidikan di jaman sekarang tidak murah, belum lagi biaya kesehatan, sandang-pangan-papan yang luar biasa mahalnya. lalu dengan apa mereka akan membeli kepentingan-kepentingan itu?
ya Tuhan. benar-benar miris melihat tingkah polah remaja jaman sekarang.
entah hanya perasaan saya saja, atau kacamata pengamatan saya yang kelewat sempit, namun saya amat jarang sekarang mendengarkan berita mengenai remaja yang berprestasi atau berbagai pengumuman mengenai kompetisi ilmu yang bergengsi.
sebut saja olimpiade, pelajar teladan, cerdas cermat, debat bahasa inggris dan berita senada lainnya yang setidaknya membuat decak kagum orang se-Indonesia Raya. sekarang, seolah-olah trend fashion terbaru, berita-berita tentang "Ababil" malah merajai stasiun-stasiun TV di Indonesia.
apabila dirunut benang merahnya, sedikit-banyak tentunya hal ini berkaitan dengan cara pendidikan yang diberikan oleh orang tua. bagaimana bentuk pengawasan mereka. nilai-nilai yang ditanamkan dalam hubungan kekeluargaan. rasa "hormat dan patuh" pada orang tua. hingga kebiasan-kebiasaan dalam rumah.
mungkin benar adanya, jika budaya yang sedikit "kolot" justru ada baiknya untuk dipertahankan. seperti mengharuskan anak pulang tepat waktu, makan bersama di meja makan, pengawasan terhadap tontonan televisi, pengawasan terhadap teman-teman di lingkungannya, membiasakan agar anak punya rasa "takut" pada orang tua. setidaknya hal-hal tersebut nantinya semakin menyadarkan dan memberikan pemahaman pada sang anak, bahwa ada batasan-batasan dalam berperilaku. dan usaha untuk menjaga nama baik orang tua dan pribadi.
oke. mungkin saya belum punya anak, sehingga seolah-olah merasa mudah menjabarkan teori mengenai pendidikan anak yang baik. tapi, setidaknya saya pernah menjadi seorang anak-anak dan remaja, dan saya pernah melihat bagaimana saya dididik oleh orang tua.
dan berikut tips untuk Ababil supaya waktu mereka tidak sia-sia plus tidak merepotkan orang lain dengan tingkah polah mereka yang labil:
- daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik dimasukkan ke sekolah kepribadian
- daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik kursus piano, atau tata-boga
- daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik les bahasa Inggris atau bahasa Cina
- daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik dimasukkan ke kelompok Karya Ilmiah Sekolah
- daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik dipenjarakan dengan buku-buku di Perpus
- daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik dibayarin buat ikut seminar ESQ
- daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik disuruh maen Teater
- daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik ikut LSM Peduli Lingkungan
- daripada main twitter/facebook, Ababil lebih baik disuruh ikut kelompok prakarya tas Luis Vitton (emang ada gitu? oke. ini salah satu saran dari teman)
yup. begitulah kira-kira pandangan saya sebagai Generasi yang Lebih Dulu Tua melihat fenomena Ababil yang merajai Indonesia Raya. sedangkan untuk bagian tips, itu hanya sedikit ide "gila" :)