Showing posts with label Absurdity. Show all posts
Showing posts with label Absurdity. Show all posts

Tuesday, September 21, 2010

Popcorn.

Kau tahu? Hidupku itu tak ubahnya seperti mesin pencipta “popcorn”. Meledak-ledak. Aku sampai begitu hafal dengan pola ledakannya.

Ya. Tiga tahun dalam pekerjaan sebagai pegawai bioskop menjadikanku orang yang cukup akrab dengan popcorn. Mau dengar ceritanya? Saranku, ambillah setumpuk popcorn untuk menemanimu!

Desember 2006
“Anda diterima bekerja di sini. Tugas utama Anda menjadi pelayan CafĂ©. Menyiapkan pesanan minuman dan makanan untuk penonton bioskop. Sebentar lagi, pegawai yang lebih senior akan memberikan pelatihan bagaimana mengoperasikan beberapa alat, termasuk mesin popcorn yang baru saja datang itu” kata Bapak setengah baya yang saat itu resmi menjadi atasanku.

“Baik, Pak. Terimakasih atas kesempatan yang diberikan” jawabku dengan perasaan yang penuh kegembiraan.

Mungkin bagi sebagian besar orang, pekerjaan ini bukanlah suatu pencapaian besar dalam sejarah karir, tapi aku amat bersyukur karena artinya aku dapat hidup mandiri. Tidak lagi menjadi tanggungan Tante Ira─adik kandung Mama yang tidak punya pilihan lain, selain membagi kehidupan pribadi keluarganya denganku─ponakan yang resmi menyandang gelar yatim piatu semenjak 15 tahun yang lalu.

Februari 2007
Aku makin mahir sekarang dalam mengoperasikan berbagai alat makanan dan minuman. Tapi, tetap saja kecintaanku pada mesin popcorn lebih besar dibanding yang lain.

Aroma khas starch terpanggang pada temperatur 180 oC. Bunyi meletup seperti ingin mendobrak pintu panci bertekanan. Rasa gurih dan kriuk yang mengakrabkan hubungan gigi dan lidah. Kandungan non-sugar serta, takdirnya untuk dipilih banyak pengunjung sebagai teman mereka selama pemutaran film, membuatku merasa mendewakan popcorn dalam pekerjaan ini.

Terkadang aku usil, bereksperimen dengan popcorn. Komposisi margarine yang aku main-mainkan. Temperatur yang sedikit aku turunkan dan dibarengi dengan tekanan yang sedikit dinaikkan membuatku seolah patut meraih nobel atau setidaknya ucapan “terima kasih” berkali lipat dari tiap pengunjung. Popcornku rasanya beda!

..dan saat itulah, popcorn mengenalkanku pada Evan.

September 2008
“Hei! Apa kabar? Apa perlu aku menyebutkan apa pesananku? Ku yakin, kau sudah hafal di luar kepala” sapa Evan ramah beberapa menit sebelum film pilihannya akan diputar.

“Ya ya ya, aku tahu pesananmu. Bersabarlah sebentar akan aku kubuatkan”

“Ngomong-ngomong kemana saja kau? Seperti begitu sibuk, tempat ini jarang kau kunjungi lagi” kataku kemudian sambil menyerahkan pesanannya.

“Umm..ya begitulah. Bekerja pada kapitalis tak ubahnya jaman Cultuur Stelsel, kau bernafas di kantor untuk bekerja. Dan jika kau tak keberatan, selepas aku menonton, akan ku ceritakan kemana saja aku pergi selama satu bulan terakhir”

April 2009
Evan sudah seperti sahabatku. Saat ia mengunjungi bioskop secara rutin dan memesan setumpuk popcorn, itulah saat-saat berharga kami ku, dan tebaklah! Hari ini dia mengajakku jalan-jalan keluar.

Oke, aku tidak memiliki keyakinan cukup tinggi untuk menyebutnya sebagai kencan, tapi sebut saja sifat alami wanita, aku membawa baju ganti yang cukup bisa dikategorikan cantik hari ini.

Juni 2009
Bioskop ini telah kokoh berdiri lagi. Semenjak dua bulan lalu, entah bom keparat dari mana datangnya meledakkan bangunan berlantai 7 ini. Aku tahu aku tidak boleh mengutuk sesama, tapi sepertinya itu cukup pantas untuk mereka─yang hobi menyalakan sumbu peledak.

Tapi ya sudahlah, yang penting bioskop ini kembali beroperasi. Pekerja yang dulu, tetap mendapatkan pekerjaannya. Dan aku? Siap dengan mesin popcorn ku.

Tidak. Aku tidak mengoperasikannya. Hanya berdiri di sebelahnya. Mengamati sekeliling. Siapa tahu aku bertemu Evan lagi. Atau mungkin bertemu kalian, pengunjung bioskop baru dan jika kalian melewati mesin popcorn, jangan terlalu cuek. Terkadang aku ingin disapa.

Aku─sosok tak kasat mata akan senang hati menampakkan diri.


read more “Popcorn.”

Thursday, July 15, 2010

Selingkuh.


Kata-kata romansa sedang tidak sejalan dengan Otak. Otak selingkuh dengan Logika. Otak hanya berfikir Logika. Kata Romansa dimasukkan gudang.

Jari-jemari terkena imbas, tidak lagi menulis kisah klasik manusia berikut dengan bumbu percintaan atau filosofi embun pagi.

Jari-jemari hanya menulis kata hasil perkumpulan ide banyak orang. Menggenggam berbagai peralatan ilmiah. Melahirkan ide baru. serta Mengebiri teori konvensional tak layak pakai.

Mata tak kalah terkena dampak. Harus setia melihat spora-spora jamur bertebaran. Jamur yang terkadang nakal. Menggerogoti perencanaan yang tersusun rapi.

Kaki juga berjalan lebih dari 10.000 langkah sehari. Bergerak maju tanpa ragu. Atau mundur teratur. Bukan karena takut kalah. Hanya supaya tidak salah langkah.

"Karena langkah putar balik itu buang waktu, Jenderal!" teriak Kaki.

Telinga juga membeli kulit baru. Yang lebih tebal dan fleksibel. Cukup sudah dengan suara-suara sumbing tak bertanggung jawab dan bersarang menjadi serumen patogen. kali ini bermimpilah kalian! karena tidak ada lagi yang diijinkan masuk!

Mulut juga lebih banyak diam. Rupanya ia ingin mendulang Emas. Terlebih semenjak pepatah 'diam itu emas' menjadi 'suatu kebutuhan' lagi.

Ya. Kata-kata romansa memang sedang tidak sejalan dengan Otak. Otak selingkuh dengan Logika. Otak hanya berfikir Logika. Otak mengkudeta Hati. Kata Romansa ditinggal sendiri.

Tubuh? hanya geleng-geleng tak berdaya.

Tak satupun dapat diselamatkannya. Jari-jemari, Mata, Kaki, Telinga, Mulut bahkan Hati telah dipengaruhi Otak. semua sepakat menomorsatukan Logika.

namun, Otak tidak akan pernah merasa berdosa. karena perselingkuhan ini memang dinanti.






P.S: Semacam racauan di tengah berbagai lompatan ide di kepala.
read more “Selingkuh.”

Friday, July 2, 2010

A Letter to Fate.

Dear Fate,

You have known well, that I adore you so bad.
You have known very well too, how I love to-be-actively-attractive-involved in your crossword games or another puzzle of life.
but, very not now.
just save your very warm-hearted.
because I will argue a thing many things to you.

do you remember?
that I never asked to be Cinderella?
who get her fragile-shoes and limited-night-hang out-time before 12 o'clock,
just to make sure that she is still Princess, at least?

do you remember, too?
that I never asked to have a friendly-relationship with Cupids?
yeah. The Love Angels with their arbitrarily arrows shoot a Man to be my Mate.
for God's Sake. I'm not such deeply-madly-desperately-famine in finding Mate.

well.. okay! maybe sometimes I just need he—The Mate, suddenly shows up.
but, passion for being Solitude is another fascinating kind of Social Life that attract me more.

then, just so you know.
I never asked to be Justin Bieber, too.
who has been planned to be born as the famous one.
which many girls are ready dying to marry him.
or.. at least being together with him in a photo-frame.

believe me, Fate.
I'm not the person who lives for glamorous-celebrity-quiz-wanna-be.
I don't need your glitters to make me shining in to that way.
I'll shine with my own brain and heart.

so, Fate.
talk about brain and heart.
I never asked to be as brilliant as Einstein or as kind-hearted as Mother Theresa.
*though I won't refuse if you make me live as amaze as them.*

but... why are you so cruel with this part?
are you happy to see me talking with those plants?
just wishing every single day that they will grow up nicely?
are you happy to watch Time is about to devour me into pieces?
just because I can't make this research sees the finish line.

oh Fate... you are so damn good!
but, trust me. I will persevere.
I still have almost-normal Brain,
loathe efforts and lot of prays in my pocket.

be good there.
because, I am your very catastrophic enemy.




Sincerely,
Destiny Destroyer Lover.


P.S: write me back after you get this letter.
P.P.S: I forgive myself for being so enthusiastic to you—The Fate, due to progressive monthly syndrome.
read more “A Letter to Fate.”

Thursday, June 17, 2010

Words' Myth.


Kata-kata itu persis Oksigen.
Kita menelannya bulat-bulat. sedikit filter.
Tiba-tiba saja sudah berada di paru-paru,
dan selanjutnya menetap di seluruh bagian tubuh melalui darah.

Jika begini, maka otak adalah rumah paling nyaman bagi kata-kata.
Mereka akan membangun istananya di sana.
Menamai setiap kejadian dengan label sesuka hatinya.

Seperti; ketika mata mengalirkan air, mereka menyebutnya "menangis"
Ketika bibir tersungging dan sederetan gigi terlihat, mereka menyebutnya "tersenyum"
Rekaman peristiwa yang tersimpan dalam otak, mereka menyebutnya "kenangan"
Hati terasa hangat, otak bekerja keras selama 24 jam/7 hari membayangkan seseorang, mereka menyebutnya "jatuh cinta".
atau ketika bibir mulai menanyakan ketidakadilan Tuhan atas apa yang terjadi, mereka menyebutnya "sedang sakit".

Persis seperti yang saya alami.
Kata-kata juga merasuki tubuh saya dengan parahnya.
Hingga akhirnya saya dan kata-kata sepakat menikah.

Ya.
Cara ampuh untuk menahan kata-kata agar betah bersarang di tubuh saya.

terlebih karena saya jatuh cinta pada kata "Fascination".

kau tahu kenapa?
coba Anda sebutkan kata "Fascination".
yak. seperti itu: Fe-syi-nae-sion.
menarik bukan?
tabrakan setiap suku katanya terdengar sangat seksi,
seperti perpaduan antara bahasa Inggris dan Perancis!

artinya pun menyenangkan sekali, yaitu "pesona" atau "daya tarik yang kuat".
mungkin daya tarik yang kuat inilah, yang kemudian membuat saya jatuh cinta dengan kata "Fascination".

dan meskipun saya mencintai kata ini setengah mati,
"Fascination" adalah kata yang paling jarang saya gunakan secara tertulis.
terakhir kali digunakan untuk mengikuti kuis @hanyaoreo di twitter.

selebihnya saya sering-sering mencari alasan untuk bisa menyebut kata "Fascination"
entah untuk memuji sebuah Film, Penelitian, Kebaikan seorang kawan, makanan, hujan, matahari, ahh semuanya! :)

oya! ada satu lagu yang saya sukai berkaitan dengan "Fascination"
Alanis Morissette dengan Uninvited-nya.
penggunaan kata "Fascination" di dalamnya pas sekali untuk menghadirkan suasana perasaan yang sedang teriris-iris dramatis.

well, itulah sedikit uraian mitos tentang "Fascination" yang didasarkan pada kesepahaman akhir antara otak, hati dan tangan.

so, temukan kata-katamu sendiri.
dan jatuh cintalah padanya.

percayalah. menikah dengan kata-kata itu nikmat kok! :)



read more “Words' Myth.”

Wednesday, June 16, 2010

Dinner Menu.


#dinnermenu saya hari ini: 2gram Natrium diteguk dengan Air 500mL sebagai appetizer. sedangkan naphtalene bakar akan jadi main course.

sebagai dessert untuk rangkaian #dinnermenu saya kali ini, mungkin es krim coklat dengan ditaburi bubuk aluminium akan jadi hidangan penutup yg lezat.

kenapa saya pilih #dinnermenu agak berbeda malam ini? tidak lain tidak bukan karena saya ingin kembali bersemangat dan antusias.

mau tahu kenapa #dinnermenu saya bisa membuat semangat?

sabar.. saya akan ceritakan dengan detail.

dimulai dengan 2gr Natrium&500 mL air. Na powder jika bersentuhan dengan air, dia bisa meledak. apalagi jika saya panaskan di atas suhu 388 K.

nah, Na yang meledak ini biarkan dia sembuhkan dahaga tenggorokan saya yang sudah 3 hari ini terserang virus batuk parah.

kemudian berlanjut ke main course:

naphtalene bakar.
sebenarnya, dari naphtalene padat yang saya biarkan beberapa hari dalam mangkok dengan keadaan tertutup.

ini salah satu trick seperti kita membuat wine.
kau tahu kan filosofinya? "diamkan lebih lama dan kau akan dapatkan minuman bercitarasa tinggi"

nah. nah. persis seperti itu!

setelah didiamkan beberapa hari, bisa saya pastikan mangkok itu sudah sesak dengan uap naphtalene, tinggal saya cemplungkan sepercik api ke dalamnya.
dan voila! saya dapat naphtalene bakar.

dia pasti membakar darah-darah yang mengalir dalam tubuh, dan saya yakin itu akan menggelorakan jiwa semangat saya kembali.

well.. kita sampai ke menu dessert untuk rangkaian #dinnermenu saya kali ini,

Es Krim Coklat dengan taburan bubuk Aluminium.
dan... karena di kulkas masih ada sedikit bahan, maka sepertinya saya akan menambahkan sedikit bubuk besi sebagai bumbu pelengkap.

jadi, komposisinya seperti ini: air+sejumput bubuk besi+sejumput bubuk aluminium.

percayalah, mereka tidak akan kalah untuk memberikan ledakan-ledakan menarik di perut saya.

ledakan yang cukup ringan sebagai akhir santapan.

semoga setelah ini saya akan kembali berapi-api.
bersemangat dan antusias.


P.S: selamat makan malam, teman.
P.P.S: trying all of those menus at your own risk. #cups


read more “Dinner Menu.”

Wednesday, June 9, 2010

Detik Waktu. Saksi Bisu.

Wanita itu terpekur. membacakan mantra. khusyu'.
Sementara detik jam turut was-was menunggu.
Akan ada percikan api kah?
Ledakan dahsyat?
atau.... bulan tiba-tiba hilang?

Wanita itu tetap terpekur.
Melakukan gerakan aneh.
Memutar. Membungkuk. dan sesekali Berdiri Tegak.
sementara dari bibir mungilnya masih tergumam sejumlah kata.
Kata yang terdengar samar. Berbahasa aneh, yang entah artinya apa.

Lalu diambilnya segumpal kain yang telah dibentuk sebuah boneka.
Lengkap dengan 2 mata dari kancing baju,
1 hidung dan 1 mulut yang dibentuk dengan menggunakan jahitan benang.
Ditusukkan kepadanya sebuah peniti.
Peniti yang rupanya sedari tadi digenggam sewaktu ia melakukan gerakan aneh.

Pola tusukannya tidak acak.
Satu kali di kepala.
Berlanjut ke bagian dada, kedua tangan,
Dan Kaki.

Detik jam masih menunggu.
Apakah setelah ini baru akan terjadi ledakan?
Atau sesuatu lebih dahsyat dibanding itu?
Tapi suasana tetap hening.
Ya. begitu saja. Wanita itu berjalan mendekat, Lilin dimatikan.
Air kembang, kartu-kartu Remi, foto, sehelai rambut juga dibereskan,
Lampu kamar berbentuk Lampion lalu dinyalakan.
Lalu dia beranjak tidur.

“Ahh… payah!” detik jam mendesah.
Percuma ia menunggui wanita itu selama 1 jam jika hanya berakhir pada kegiatan tidur di malam hari seperti biasa.
Padahal ia menunggu sesuatu yang berbeda malam ini.
Entah bulan tiba-tiba hilang.
Atau mungkin 1 bintang berkunjung ke kamar malam ini.
Tapi nihil!

Keesokan harinya,
“Hai. Hari ini ada acara? Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Ada waktu?” kata Pria dari seberang sana.
Wanita itu kemudian tersenyum.

dan sejak saat itu, si Pria selalu menurut setiap titah sang Wanita.
ketika sedikit efek menghilang, maka ia akan melakukan hal yang sama.
Gerakan aneh, gumaman tidak jelas dan kegiatan tusuk-menusuk boneka.

Si Detik Jam, akan selalu jadi saksi bisu untuk hal ini.
Selalu.





P.S: In any kind of Realtionship, don't be her/his Voodoo. but be their Voodoo Controller! :)) #ngawurpuol
read more “Detik Waktu. Saksi Bisu.”

Friday, June 4, 2010

Kosmetik Pagi.



Hai Pagi.
Kamu tampak cantik.
pakai blush on apa hari ini?

Jingga?
Biru Muda?
Jangan bilang kamu lebih suka Abu Tua.


Esok Senin saja Abu Tua-mu.

Hari ini biarkan Biru Muda atau Jingga saja.


Oya, jangan ber-cardigan Awan,

Nanti Matahari enggan melihat saya.

Sebaiknya pakai saja selendang tipis Angin.

Bawa kesegaran untuk pekerja di jalan.

Toh Angin juga menikmati kok membelai lembut pipi para manusia.


Jangan juga pakai Maskara.

atau Eye Shadow Hitam atau Gincu Merah.

hari ini cukup Ear Phone saja.

Supaya kau bisa mendengar riuh rendah Manusia menyambut akhir pekan,


Tapi, kalau kau merasa kurang genit,

Pakai saja Lipbalm Strawberry.

Ciumi kami karena begitu memujamu hari ini.


dan... tarraaaaa!!

Selamat, Pagi!

Kau memang cantik sekali hari ini.


Oya, esok juga kamu harus tetap cantik ya!
Aku butuh sedikit awan biru untuk penerbangan.

*cups*






P.S: Happy Weekend! :)
read more “Kosmetik Pagi.”