Thursday, August 27, 2009

Perjalanan Menuju Ke Atas


Beberapa hari terakhir entah kenapa merasa begitu merindukan kegemaran saya yang satu ini, mendaki gunung.

Walau belum banyak gunung yang pernah saya daki, tapi aktivitas ini telah memberikan ruang tersendiri di hati saya. Ruang yang saya ingin terus mengisinya dengan kenangan-kenangan baru.

Catatlah baru ada 2 gunung yang saya daki, Merbabu dan Sumbing. Jika tracking ke Gunung Merapi bisa juga dikategorikan sebagai suatu "pendakian kecil", berarti ada 3 gunung yang baru saya jelajahi :)

Setiap tempat memberikan ceritanya sendiri. Menawarkan misteri tersendiri. Dan memberikan tantangan medan yang berbeda.

Satu yang pasti bahwa saya selalu terperangkap dalam pelukan keindahannya.

Sejauh apa saya berjalan dengan membawa beban yang tidak begitu ringan di pundak, tetap saja saya selalu tersenyum ketika berjumpa dengan ribuan pepohonan, yang terhampar bagai selimut abadi di bukit seberang, saya pun turut bernyanyi ketika burung-burung itu berkicau, atau saya malah tertawa ketika saya harus terperosok karena alas kaki saya yang bersinggungan dengan bebatuan atau tanah yang licin.

Belum lagi ketika malam menjelang, dan saya bisa melihat dengan nyata, tanpa batas, langit yang terhampar luas tepat berada di atas kepala saya. Malam itu pastinya dimeriahkan dengan berpuluh-puluh bintang jatuh. Sinarnya lemah memang, tapi bukan berarti kehilangan pesonanya. Tetap saja mereka luar biasa. Namun, tentunya momen ini tidak saya gunakan untuk meminta sebuah permohonan seperti halnya mitos tentang bintang jatuh. Karena belum lengkap satu doa saya panjatkan, bintang lainnya sudah jatuh. Dan begitu seterusnya. Jadi pastinya saya terlalu bingung akan memohon apa lagi karena begitu banyak bintang yang jatuh :)

Dan ketika pagi menjelang, udara dini hari lembut menusuk sekujur badan. Sedikit demi sedikit membuat tulang-tulang saya linu. Mungkin inilah saat yang paling tepat untuk memasak air panas untuk dicampurkan dengan sebungkus susu atau kopi. Entah kenapa, minuman atau makanan apapun terasa jauh lebih nikmat di sana.

Sambil berbagi rasa bersama-sama kawan seperjuangan, saya turut menikmati ketika sinar mentari mulai muncul untuk melaksanakan tugasnya lagi. Malu-malu dan kemerah-merahan. Persis seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Biasanya saya dan teman-teman tidak banyak berbicara ketika saat ini tiba. Hanya membiarkan diri terhanyut sesaat dalam sinarnya. Sambil melepaskan segala beban dan memenuhi rongga paru-paru dengan molekul oksigen sebanyak-banyaknya. Berharap masih bisa disimpan untuk tabungan jangka panjang :)


Kemudian, tibalah saya pada waktu perpisahan. Kembali pada tanah yang setiap hari saya pijak. Tanah yang setiap hari saya menapakkan cerita hidup di sana.

Tidak ada rasa sesal di hati dengan tulang-tulang yang seolah-olah ingin lepas dari engselnya atau kulit wajah yang mengelupas karena udara kering pegunungan, karena saya terlalu banyak mengambil pelajaran sewaktu saya berada di sana. Ya, pelajaran tentang semesta yang lebih luas, dan ternyata aku hanyalah makhluk kecil yang tiada bandingnya.

------

[obsesi berikutnya: Semeru]

1 komentar:

Andie said...

ak udah lama mau mendaki gunung mbaaakk... kayaknya seru aja gitu mendaki gunung, liat pemandangan dr gunung di temani banyak pohon. dingin *kecuali di gunung merapi yg aktif* tp sayang banget ga ada gunung di Riau. huaaaaaaaa....