Thursday, November 12, 2009

Sang Maha


"Saya dan David bertemu ketika dia bermain dalam sandiwara yang berdasarkan cerita pendek yang saya tulis. Perkenalan selanjutnya, membuat saya akhirnya begitu tergantung padanya.

Ketergantungan yang luar biasa merupakan gejala dari orang yang sedang dimabuk cinta. Semua bermula ketika objek yang kita puja memberikan kepada kita sesuatu yang tidak pernah berani kita akui bahwa kita menginginkannya - yang membuat kepala pusing, dan menimbulkan halusinasi - mungkin suatu gejolak emosi, cinta yang membara dan kegembiraan yang menjengkelkan. Tidak lama kita akan mengidam-idamkan perhatian yang intens itu, dengan kehausan pecandu narkotika yang untuk memiliki.

Jika candu itu tidak diberikan, kita mungkin akan menjadi sakit, gila dan menjadi lemah. Langkah selanjutnya kita akan menjadi kurus dan berdiri dengan gemetar di suatu sudut, yang ada dalam pikiran hanyalah kita mau menjual diri kita atau merampok tetangga kita untuk mendapatkan barang tersebut sekali lagi."
-Liz, Eat Pray Love-


Sama seperti Liz dan David, saya dan Tom kurang lebih pernah mengalami hal yang sama. Oke, katakan saja, saya lah yang lebih pantas disebut kecanduan dibanding Tom. kecanduan akan perhatian yang belum-pernah-saya-dapatkan dari seorang makhluk bernama Adam. kecanduan akan rasa yang tidak pernah habis ditawarkan. kecanduan akan dilingkupi rasa bahagia selayaknya putri dalam dongeng ber-genre fairy tale.

ya. rasa yang mungkin sebelumnya tidak pernah terbayang. dan begitu sekalinya mengetahui kebahagiaan di dalam sana, jadilah candu untuk saya.

Sama halnya ketika Tom harus meninggalkan saya. meninggalkan semua candu yang begitu intens dia berikan. pernahkah saya membayangkannya? tentu tidak. bahkan terlintas sedikitpun tidak pernah. yang saya sadari adalah tiba-tiba saja saya sudah diantarkan pada jalan yang berbeda dengan Tom, jalan yang tidak nyaman untuk dilewati karena rasa kelelahan akibat perseteruan yang alot selalu menemani.

Saya limbung. Saya jatuh. Saya merasa terguncang.

namun pada saat yang bersamaan pula, saya belajar banyak. belajar bangun lebih tepatnya.

peristiwa ini mengantarkan saya pada pertanyaan dasar yang sering sekali saya lupakan. "sebenarnya dalam hidup ini saya butuh siapa?"

kasih sayang Tom? cinta tulus orang tua? atau perhatian dari para sahabat terkasih?

jika hanya butuh kasih sayang seorang seperti Tom, orang tua atau sahabat, lantas mengapa Liz (dalam Eat Pray Love, red) tetap merasa gamang ketika hampir semua elemen kebahagiaan berada dalam genggamannya? elemen yang hampir diidamkan semua orang? materi cukup, suami yang setia, karir yang melejit dan kehidupan sosial yang semarak. tapi ternyata tidak bisa dipungkiri, Liz tetap merasa ada ruang kosong dalam hatinya yang tidak bisa diisi oleh elemen-elemen tadi.

dengan demikian, jawaban dari pertanyaan tadi bukan dalam elemen-elemen tersebut, kan?

ya. dan begitulah fitrah dari seorang manusia, dengan natural dia akan mencari pegangan hidup lainnya yang jauh memberikan ketenangan dan kenyamanan yang hakiki.

Jika ditinjau dari insan yang beragama, tentu sudah selayaknya bahwa jawaban dari pertanyaan siapa-yang-paling-pantas-kita-butuhkan dalam hidup adalah Dia.

Dia, yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Dia, yang berkuasa atas segalanya. Dia, yang tidak pernah mampu digambarkan. Dia, yang akan tampak nyata ketika diyakini. dan Dia yang kita sebut dengan nama Tuhan.

tapi terkadang, kita lupa melibatkan Tuhan dalam hidup. terkadang kita hanya lebih fokus pada pelaksanaan kewajiban. kita juga lebih fokus pada saya-ingin-surga dan saya-takut-neraka. dibanding makna pelaksanaan dari kewajiban itu.

hal ini juga berlaku pada saya. keberanian untuk bertanya pada diri sendiri "sesungguhnya sejauh apa saya melibatkan Tuhan dalam hidup? sejauh apa Tuhan mendarah daging dalam diri hembusan nafas saya?"

kenapa lantas saya harus limbung ketika seorang Tom meninggalkan saya?

bukannya saya harus jauh lebih limbung ketika Tuhan yang meninggalkan saya? Iya kan? seharusnya begitu kan?

saya benar-benar masih teringat jelas, ketika begitu banyak rasa sakit di hati yang kemudian terefleksikan sebagai uraian air mata kesedihan. saya berbicara padaNYA dalam bahasa yang-entah-lebih-mirip-percakapan, saya ungkapkan semua tanpa tersisa, semua marah, kecewa, kesal, ketidakberdayaan dan "ketersesatan" yang saya rasakan, hingga saya (kalau boleh dikatakan) merasakan hal yang luar biasa.

yup! saya merasa, sakit di hati disembuhkan. tangis saya dihentikan. saya jauh lebih bahagia dan tenang. Momen ini pula yang lantas menjadi langkah awal saya untuk mengenal Tuhan (lagi) dengan lebih intens dan dekat. untuk kemudian berharap, bahwa saya selalu dilingkupi oleh ketenangan seperti ini. ketenangan yang tidak kosong. ketenangan yang benar.

maka dari itu, jika saya harus bertemu dengan seseorang seperti Tom ataupun yang berbeda dari Tom sekalipun, saya hanya ingin bertemu karena saya mencintaiNYA. bukan lagi atas dasar rasa yang dangkal. Pun demikian halnya untuk cinta yang lain, kecintaan pada harta benda, orang tua ataupun sahabat, semoga mampu mengantarkan saya kepada cintaNYA. hingga hati ini senantiasa penuh dengan rasa tenang yang hakiki. tidak semu. dan selalu terjaga.

selalu terjaga untuk tetap ingin mengenal dan melibatkanNYA dalam setiap sendi kehidupan. (dan saya yakin bagian ini tidak pernah mudah).

10 komentar:

Anonymous said...

aggkkhh.. setiap baca isi blog ini, malah bukan mau komen, tp mau curhat..
ish ish ish..
pake ilmu apa kamu angela?! :))

Anonymous said...

insanity in love or madness in love.

the feeling when we all addicted or affected to someone's affection.

sampai pada akhir nya "tai kucing pun rasa coklat" :D

but, hey that's love is

isn't love great #wink

someday i'll write about this

desieria said...

Wow. Nice post mba.
Aku jadi ikutan merenung.
Mudah2an ke depan apapun yang kita lakuin, semua atas dasar cinta kepada-Nya. Amiiin

Pohonku Sepi Sendiri said...

waow.. bagus banget artikelnya mbake.. gile neh, pencerahan bangedh.. hihi.. ^^

pada intinya, semua yg kita jalani dan cari dalam hidup adalah untuk mendapatkan ridho-NYA, bahkan dalam rejeki maupun cinta sekalipun.. jika tidak, hanya kekosonganlah jawabannya..
satu yg berat mbake, apakah rindu telah usai dibekukan?

*pohon masih berusaha

Andie said...

kelimaks kah?

saya butuh beberapa menit untuk mengerti posting ini mbak. *nasib*

saya bersyukur ga punya pacar, jadi ya mungkin saya masih fokus ke Dia. hehehe.

maap mbak, koment ga mutu ini. saya *speechless*.........

Unknown said...

Musti disadarkan:
Kamu butuh dia (si makhluk) atau dia (si peran).
Bingung ya? Gue juga bingung mengartikannya. Tapi maksudnya adalah (dalam hal cerita dengan Tom), kamu membutuhkan Tom apa membutuhkan seorang kekasih?
Kamu membutuhkan si X sebagai suami atau membutuhkan seorang suami?
Karena kalo membutuhkan orangnya, maka akan dengan mudah kamu kecewa. Saat orangnya sedikit berubah saja sudah bsia kecewa berat. Apalagi saat orangnya pergi (putus, pergi jauh, atau mati). Tapi kalo kamu membutuhkan seorang kekasih, maka siapapun orangnya asalkan bisa memenuhi kebutuhan itu, tidak akan ada masalah. Tinggal sekarang membutuhkan kekasih yang bagai mana? Karena harta, karena fisik yang tampan, karena kedudukan, atau karena agamanya?
You choose and you will get only what you choose.

dswrikandi said...

@pacetgunung,, gw terima layanan curhat juga kok. bayarnya juga gampang. terima ATM bersama. haks haks.

@ommbul,, oke om, ditunggu tulisannya #wink

@desieria,, yup! amin. semoga senantiasa ditujukan untukNYA. :)

@pohon,, apakah rindu telah usai dibekukan?? hmm... aku melepas rindu dalam do'a saja.. hehehe

@cucuku tersayang,, haks haks. maafkan nenekmu ini karena tulisannya sudah bikin bingung km.. besok2 deh nenek perbaiki lagi :)

@Budhi,, makasih sarannya ya bro. btw, cerita lengkap tentang Tom ada di postingan "Terakhir? Mungkin", silahkan dinilai kira2 saya termasuk kategori membutuhkan dia sebagai peran atau sebagai orang.. hehehe. btw makasih sudah mampir... :)

Azhar said...

wuih beraaaaaaaaaaat

sampe gak tau gw mao ngomong apa hahahaha dasar gw aja yg bodoh :)

Anonymous said...

ah, curhat'nya gak gratis..
bayar pake makan siang di warteg aja gimana? :D

dswrikandi said...

@Azhar,, jangan-jangan kesalahannya ada di gw yang gak pinter bermain diksi. doh! maap yak! semoga besok bisa lebih baik lagi nulisnya! Amin... hehehe :)

@pacetgunung,, kalau gitu ganti sama biaya backpacker-an ke pekanbaru aja gimana? ikhlas kok gw! :p