Tuesday, September 15, 2009

Menanti Dering


“Apa kabarmu?” sapa seseorang sahabat pada wanita yang setiap harinya selalu menampakkan wajah tegar itu.

“Aku? Tidak ada yang berarti. Hidupku terlalu luar biasa normal. Ada apa gerangan? Firasatmu aneh kah?”

“Tidak. Tidak. Aku hanya begitu lama terlalu jauh darimu. Gedung itu terlalu menyita semua waktuku. Hingga tidak ada lagi kata-kata mu yang biasa aku dengar”

“Bukan salahmu. Aku memang sengaja menghilang. Bukan karena membencimu. Tapi aku sedang menyembuhkan luka. Luka yang masih mengoyak sebagian hatiku. Melamurkan mataku dengan butiran tangisan. Dan memincangkan langkahku ketika harus berjalan sendiri”

“Masihkah cerita tentangnya?” Kata sahabat itu dengan nada agak tinggi.

Wanita itu terdiam.

“Oh, ‘Cmon.. Harus berapa waktu yang kamu perlukan untuk menghilangkan dia dari pikiranmu? Tidak cukupkah kenangan buruk tentangnya sehingga menjadi alasan untuk berhenti mencintainya?”

“Tidak semudah itu”

“Ya, memang harusnya mudah. Engkau saja yang kemudian tak ingin kehilangan kenangan baik tentangnya kan? Engkau juga yang tidak ingin cap “mudah melupakan” menempel di dirimu, kan? Lalu untuk apa, darling? Sampai kapan kamu akan begini?”

“Aku masih memiliki keyakinan bahwa dia akan datang dan kembali padaku. Untuk sekali lagi.”

“Ya. Untuk sekali lagi menyakitimu. Tidak! Tidak! Just wake up! Berhentilah mencintainya dan lanjutkan hidupmu tanpa pernah lagi bersandiwara bahwa selama ini kau baik-baik saja”.

“Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan. Sudahlah.”

“Itu kalimat yang benar-benar menyinggung ku, darling.. Kamu pastinya masih ingat bagaimana si Mawar Merah itu meninggalkan ku?”

Wanita itu lagi-lagi terdiam. Ya. Mana mungkin dia lupa. Ketika dia mendapati sesosok sahabatnya berjuang mati-matian menyelamatkan hati yang sudah terlanjur tercerai-berai.

Waktu itu dia tidak mengerti persis bagaimana rasanya. Yang dia lihat bahwa kehilangan itu sepertinya sakit. Dan berat. Namun waktu itu, tak ada sesuatu pun yang dapat dia lakukan untuk membantu sahabatnya. Karena dia tidak mengenal cinta dan peraturan di dalamnya.

Dan kini… Setelah pemuda yang dianggapnya sebagai Pangeran Berkuda Putih itu meninggalkannya. Semua nampak jelas.

Rasanya. Sakitnya. Marahnya. Kecewanya.

“Lalu apa rencanamu selanjutnya? Hanya diam meratapi sambil terus menahan isak tangis?”

“Sudahlah. Tidak usah dibahas lagi. Aku bahkan berada di sebuah titik yang aku tidak tahu lagi, apakah kini mencintainya adalah suatu hal yang benar atau salah. Mungkin aku akan tetap menunggu namanya yang tiba-tiba muncul di layar handphone ku dan bertanya kabarku, menunggu dia merasa bahwa meninggalkanku adalah sebuah kesalahan, atau menunggu keajaiban lain datang dengan sendirinya”

“Tidak bisakah kau berhenti? Please… jangan menyakiti mu lebih dari ini”

“Sstttt…. Kamu dilarang berkomentar untuk hal ini. Biarkan aku melakukannya lagi. Menunggunya.” Kata wanita itu sambil tersenyum.

Lama mereka terdiam kembali.

Sang sahabat nampak sedang berpikir serius.

“Oke! Kalau begitu lakukanlah jika memang itu sebagai bentuk kesetiaan mu pada cinta. Walaupun sebenarnya aku sudah mulai melihat kebutaan pada mata cintamu. Tapi aku bisa bilang apa, selain aku masih punya pundak untuk berbagi jika memang suatu saat kau sudah lelah untuk menunggunya. Istirahatlah di sini sejenak.”

Wanita itu tersenyum.


*****

4 komentar:

Pohonku Sepi Sendiri said...

ideeeemmm.. hehe..
Menahan sesuatu itu pasti berat, pasti nda nyaman, pasti sakit.. Tapi utk sebuah "kehilangan", ternyata memang lebih 'berantakan' lagi rasanya..
Ahh, jadi inget kata-katanya mas Jason neh :
"Calm down. Deep breaths. And get yourself dressed instead Of running around. And pulling all your threads and breaking yourself up.
If it's a broken part, replace it. If it’s a broken arm then brace it. If it's a broken heart then face it.
Hold your own. Know your name. And go your own way. And everything will be fine." (Details In Fabric)
Standing strong, mbake..
(waks, maap komennya kepanjengen)

dswrikandi said...

terimakasih pohon untuk komentar yang panjang ini.... heehhe

Yup, I should be strong. karena aku telah memutuskan memilih jalan ini. Menunggu.

wish me luck yah!! ^^

Pohonku Sepi Sendiri said...

I wish you THE BEST of luck, mbake.. :)

dswrikandi said...

makasih banyak yaaaa buat wishes-nya... :D