Bulan itu telah meninggalkanku. Meninggalkanmu. Meninggalkan kita semua.
Baru kemarin rasanya begitu banyak ritual pagi dan malam hari yang dilakukan untuk bermunajat kepadaNYA. ritual yang jika benar dilakukan maka kedekatannya padaNYA seperti hanya sejengkal saja. dan tentunya untuk berjalan ke arah sana, tidak akan pernah mudah sama sekali. Ya. Kemenangan di bulan itu sesungguhnya susah diraih.
Terlempar akan ingatanku tentang coletahan sepupu kecil yang menginginkan hadiah tertentu jika puasanya penuh selama bulan ramadhan kali ini. Ya. Tradisi lama untuk memberikan iming-iming kepada buah hati agar tertarik untuk belajar berpuasa. Baju baru lah. Sepeda baru lah. Jalan-jalan ke tempat eyang. Ahh..sepertinya sepupu kecilku itu punya banyak permintaan sebagai hadiahnya. Namun tak apa, membahagiakannya atas prestasi yang dicapainya kali ini, dapat diberikan batas toleransi yang sedikit lebih lebar dibanding biasanya.
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mungkin secara finansial berada dalam kondisi kurang beruntung di luar sana. Apa yang mereka inginkan di penghujung bulan itu? Baju Baru? Kue Lebaran? Atau sesuatu yang kasat mata? Keberkahan sesungguhnya?
Sepertinya mereka bahkan tidak perlu meminta. Karena Tuhan telah menggariskan bahwa bulan itu adalah berkah untuk mereka. Beberapa kewajiban baik di bulan itu memang dikhususkan untuk mereka. Atas nama berbagi. Maka berharap bahagia akan dirasakan bersama. Yang memberi dan menerima.
Dan tahukah kalian? bulan itu memang selalu menyisakan cerita yang luar biasa. Entah kenapa sepertinya roda hidup berputar dalam jalur yang lebih harmonis. Ya. Atas nama sedang berpuasa maka kemarahan akan teredam, tangis akan tertunda, benci akan melamur, dan sakit akan terlebur. Karena jika tidak, maka esensi puasa hanya terbatas pada menahan lapar dan haus. dan sesungguhnya bukan sedangkal itu kan entitas berpuasa?
Dan baiklah. Mari bercerita tentangku sekarang.
Apa yang kemudian aku inginkan pada bulan yang luar biasa itu.
Aku ingin.. Hati Yang Baru.
Hati yang mampu melanjutkan hidup dengan kepala tegak. kaki yang tidak lagi pincang, dan luka yang sudah tertambal. Berharap tidak ada lagi umpatan kekecewaan tentang tuntutan atas janji-janjinya, marah atas ketidakadilan akan konsep cinta yang tulus atau perjuangan tanpa batas. Tidak! Tidak! Sudah cukup semuanya kemarin sayang... Aku ingin kembali berdiri tegak dan memenangkan atas perang melawan sesuatu yang paling aku sayangi. Lelah mu untuk menabuh genderang perang, sama lelahnya seperti aku mendengar suara gemuruhnya. Sudahlah sayang.. mari kita memulai semuanya dengan hati yang baru. Aku berjanji akan menepiskan segala benciku padamu. dan berjanji akan menarik sedikit demi sedikit segala tuntutan padamu, agar kau segera bebas dari cap sebagai makhluk Adam yang tak berhati yang suka menyakiti.
Dan apa kata Tuhan mendengar pintaku yang ini dan pintaku lainnya?
Hmm....maafkan kawan, aku tidak akan membaginya di sini ^^
Yang aku tahu, bersyukur padaNYA setiap detikpun tidak akan pernah cukup.
[Tuhan, terimakasih....]
Baru kemarin rasanya begitu banyak ritual pagi dan malam hari yang dilakukan untuk bermunajat kepadaNYA. ritual yang jika benar dilakukan maka kedekatannya padaNYA seperti hanya sejengkal saja. dan tentunya untuk berjalan ke arah sana, tidak akan pernah mudah sama sekali. Ya. Kemenangan di bulan itu sesungguhnya susah diraih.
Terlempar akan ingatanku tentang coletahan sepupu kecil yang menginginkan hadiah tertentu jika puasanya penuh selama bulan ramadhan kali ini. Ya. Tradisi lama untuk memberikan iming-iming kepada buah hati agar tertarik untuk belajar berpuasa. Baju baru lah. Sepeda baru lah. Jalan-jalan ke tempat eyang. Ahh..sepertinya sepupu kecilku itu punya banyak permintaan sebagai hadiahnya. Namun tak apa, membahagiakannya atas prestasi yang dicapainya kali ini, dapat diberikan batas toleransi yang sedikit lebih lebar dibanding biasanya.
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mungkin secara finansial berada dalam kondisi kurang beruntung di luar sana. Apa yang mereka inginkan di penghujung bulan itu? Baju Baru? Kue Lebaran? Atau sesuatu yang kasat mata? Keberkahan sesungguhnya?
Sepertinya mereka bahkan tidak perlu meminta. Karena Tuhan telah menggariskan bahwa bulan itu adalah berkah untuk mereka. Beberapa kewajiban baik di bulan itu memang dikhususkan untuk mereka. Atas nama berbagi. Maka berharap bahagia akan dirasakan bersama. Yang memberi dan menerima.
Dan tahukah kalian? bulan itu memang selalu menyisakan cerita yang luar biasa. Entah kenapa sepertinya roda hidup berputar dalam jalur yang lebih harmonis. Ya. Atas nama sedang berpuasa maka kemarahan akan teredam, tangis akan tertunda, benci akan melamur, dan sakit akan terlebur. Karena jika tidak, maka esensi puasa hanya terbatas pada menahan lapar dan haus. dan sesungguhnya bukan sedangkal itu kan entitas berpuasa?
Dan baiklah. Mari bercerita tentangku sekarang.
Apa yang kemudian aku inginkan pada bulan yang luar biasa itu.
Aku ingin.. Hati Yang Baru.
Hati yang mampu melanjutkan hidup dengan kepala tegak. kaki yang tidak lagi pincang, dan luka yang sudah tertambal. Berharap tidak ada lagi umpatan kekecewaan tentang tuntutan atas janji-janjinya, marah atas ketidakadilan akan konsep cinta yang tulus atau perjuangan tanpa batas. Tidak! Tidak! Sudah cukup semuanya kemarin sayang... Aku ingin kembali berdiri tegak dan memenangkan atas perang melawan sesuatu yang paling aku sayangi. Lelah mu untuk menabuh genderang perang, sama lelahnya seperti aku mendengar suara gemuruhnya. Sudahlah sayang.. mari kita memulai semuanya dengan hati yang baru. Aku berjanji akan menepiskan segala benciku padamu. dan berjanji akan menarik sedikit demi sedikit segala tuntutan padamu, agar kau segera bebas dari cap sebagai makhluk Adam yang tak berhati yang suka menyakiti.
Dan apa kata Tuhan mendengar pintaku yang ini dan pintaku lainnya?
Hmm....maafkan kawan, aku tidak akan membaginya di sini ^^
Yang aku tahu, bersyukur padaNYA setiap detikpun tidak akan pernah cukup.
[Tuhan, terimakasih....]
******
-Untuk para kawanku, Selamat Idul Fitri 1430 H. Mohon Maaf Lahir Bathin. Semoga KeberkahanNYA akan selalu menemani mu setiap langkah-
4 komentar:
"Hati yang mampu melanjutkan hidup dengan kepala tegak, kaki yang tidak lagi pincang, dan luka yang sudah tertambal. Berharap tidak ada lagi umpatan kekecewaan tentang tuntutan atas janji-janjinya, marah atas ketidakadilan akan konsep cinta yang tulus atau perjuangan tanpa batas."
Waoow.. Ku juga inginkan hati yang seperti itu.. Salut kata-katanya mbake..
makasiiihhh ya pohon.... ^^
Iya sedih juga Ramadhan sudah berlalu... tapi setidaknya, ada perubahan berarti (pastinya) dan semoga perubahan itu menuju ke-arah kebaikan :)
*me trying hard here to haha.
ammiinnn... semoga kita semua selalu berjalan menuju ke kebaikan... semangat!! ^^
Post a Comment